27. egois mencintaimu

510 15 0
                                    

Akhirnya,  Mr.  El pun kembali terbangun dari koma panjangnya setelah satu tahun lebih berlalu.

Namun,  seperti apa yang telah dokter katakan sebelumnya. Kebenaran itupun benar-benar harus terjadi. Mr.  El hanya diam,  tak mampu bergerak bahkan hanya untuk bicara.  Mr.  El harus terus berada di atas kursi roda,  tanpa mampu melakukan komunikasi.

"Daddy.." isak Joseph pilu, begitu pula Camelia.

Pria pujaan hatinya,  yang sudah begitu banyak berkorban,  kini bak seonggok jasad yang tak berdaya.

Mr.  El pun dibawa kembali ke mansion kediaman baru mereka di kota C.  Joseph yang sedang menempuh pendidikan serta harus mengurus semua bisnis pun tak dapat terus bersama ayahnya.

Namun,  Camelia dengan sangat tulus merelakan waktunya untuk membantu merawat Mr.  El,  meski sudah ada dokter maupun perawat yang dipekerjakan.

"Sayang, maafkan aku, aku sempat merasa putus asa,  saat aku tahu,  kenyataan bahwa kondisimu akan seperti ini.. Betapa bodohnya aku, yang mencoba untuk bernegosiasi dengan takdir. Aku egois, bukan? Aku berharap kau baik-baik saja, padahal kau sudah berkorban dan mencintaiku dalam kondisi apapun.." Ucap Camelia sembari menemani Mr.  El di sebuah taman area mansion.

Derai air mata sudah tak terhitung banyaknya. Dibalik kenyataan pedih, tersirat sebuah harapan besar untuk pemulihan Mr.  El.  Meskipun kenyataannya,  harapan itu sangatlah tipis.

"Sayang, aku berharap tak ada penyesalan menghantuiku.. Namun,  melihat kenyataan ini, membuatku tak mampu lagi berharap. Aku takut,  jika harapanku membuatku menjadi egois. Egois,  karena menginginkan takdir dapat berubah semau hatiku.." ucap Camelia,  sembari terus mengabadikan momen bersama itu dengan sebuah kamera di depan mereka.

Setelah sekian lama,  akhirnya Mr.  El mulai mampu untuk memberikan respon. Respon itu berupa air mata yang menetes membasahi wajah tampan Mr.  El.

Hampir si setiap momen kebersamaan,  Camelia terus mengabadikannya,  seakan waktu mereka bersama di bumi tak lama lagi.

Pada suatu hari,  Camelia diharuskan untuk kembali ke perusahaan. Sementara Mr.  El dirawat oleh dokter juga para perawat yang Sudah diberi tanggung jawab penuh. Camelia harus menjalani kehidupan normalnya seperti semua,  dan tak selalu dapat bersama dengan Mr.  El.
Bzzttt...

°Perusahaan Caramel Group°

Tuan Hans memanggil...

Camelia: "Hallo,  Tuan Hans,"

Hans: "Hallo,  selamat siang,  Nona Camelia.  Maaf,  jika panggilan telepon dariku mengganggu pekerjaan Nona."

Camelia: "Tidak,  Tuan Hans.  Bagaimana kabar tuan sekarang?-"

Keduanya saling bercengkerama setelah sekian lama, dan perbincangan itupun berujung pada janji. Hans hendak bertemu dengan Camelia,  layaknya seorang teman lama.  Camelia pun tidak ada alasan untuk menolak hal tersebut.

Setelah membuat janji temu, Camelia pun melanjutkan pekerjaannya. Semua dokumen tertumpuk cukup banyak.

Karena selama hampir dua tahun,  Camelia sibuk dengan membantu proses pemulihan Mr.  El.  Camelia menjadi lebih jarang untuk datang mengontrol perusahaan juga usaha butik lamanya. Namun kini,  Camelia harus benar-benar serius dengan kehidupannya. Karena apapun yang akan terjadi,  kehidupan tentu harus tetap berlanjut sebagaimana mestinya.

"Permisi Madam,  ini adalah jadwal pertemuan dengan klien dari luar negeri. Ada banyak agenda yang sudah tertunda, dan ini harus dihadiri oleh madam." Ucap Boaz,  si asisten kompeten dan tampan.

"Ah, shit! Aku benar-benar hampir mengabaikan semua usaha kerja kerasku selama ini.. Aku sungguh naif." Ucap Camelia. 

Camelia yang dilanda rasa dilema,  antara ingin terus berada disisi Mr. El namun pekerjaannya juga bukan hal yang bisa disepelekan.

"Tak perlu menyalahkan diri sendiri,  madam.  Apa yang madam sudah lakukan, itu sangat luar biasa.  Tidak semua orang memiliki sifat murah hati seperti madam,  bahkan keluarga sendiri." Ucap Boaz  berusaha untuk  memberikan penghiburan pada bos cantinya.

TERGODA PAMAN dari SUAMIKU [END]Where stories live. Discover now