PERSETERUAN

15 12 0
                                    

“Sejatinya, balas dendam terbaik adalah mendoakan

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

“Sejatinya, balas dendam terbaik adalah mendoakan. Bukan menunjukkan jati diri bahwa kau tidak mempunyai hati.”

Surabaya,
Rabu, 12 Juli 2023

PAGI INI Ara terbangun dengan keadaan punggung yang sakit. Tidurnya sama sekali tidak nyenyak padahal kasurnya empuk. Gadis itu sering kali terbangun ketika luka di kakinya terimpit ataupun terkena geseran sprei.

Kata Dimas kemarin sewaktu menyetir mobil, luka yang kemungkinan Ara alami cukup dalam. Akasa hanya menahan luka itu saja sekaligus mengobatinya sedikit. Untuk keadaan lanjut apakah luka tersebut masih terdapat sisa-sisa serpihan kaca ataupun yang lain, akan Akasa periksa esok hari.

Mungkin ada pertanyaan mengapa Ara tidak di bawa ke rumah sakit saja? Ya, itu adalah permintaan Ara sendiri kemarin. Dimas sudah memaksa Ara untuk pergi ke rumah sakit, tetapi Ara menolaknya kuat-kuat karena gadis itu hanya merasakan perih sedikit. Lagian, dari pengalamannya dulu sewaktu ikut PMR, luka seperti ini bisa sembuh hanya dengan diobati di rumah dengan obat seadanya saja.

Gadis itu menyibak selimut berusaha untuk bangun. Betapa terkejutnya dia ketika perban di kakinya terlihat basah serta berganti warna. Pantas saja dia merasakan hal yang ganjal sekaligus perih di kakinya. Awalnya, dia mengira itu hanya karena luka biasa saja, tetapi sekarang gadis itu sungguh ketakutan. Dia sangat takut jika lukanya semakin memburuk dan infeksi.

Ketukan pintu kamar tiba-tiba di dengarnya dengan tidak ada sahutan dari luar. Kalau seperti itu, Ara sudah yakin bahwa yang mengetuk adalah bi Jani—asisten rumah tangga yang diperkerjakan Dimas.

“Masuk, Bi!” suruh Ara pelan.

Kemudian dia melihat knop pintu bergerak. Dorongan pintu itu lantas menampilkan seorang wanita paruh baya yang membawa sebuah bak baju kotor. Wanita tua itu membungkuk sebentar, sebelum meminta izin kepada Ara untuk mengambil baju kotornya.

Ara tidak bergeming atau membantah. Gadis itu hanya mengangguk dan memperbolehkan asisten rumah tangga itu untuk melakukan tugasnya. Biasanya dia akan menaruh baju kotornya sendiri di bak dekat mesin cuci agar di cuci oleh bi Jani atau ketika asisten rumah tangga tersebut sedang repot, dia akan mencucinya sendiri. Namun, Ara yakin ini adalah suruhan Ayu karena mengingat luka di kaki Ara tidak memungkinkan untuknya mencuci sendiri.

Jujur saja, kemarin sewaktu sampai di rumah, Ara memaksakan dirinya untuk jalan sendiri masuk ke dalam rumah. Namun, begitu keluar dari mobil, dia terjatuh karena kaki kirinya sungguh sakit dan tidak bisa menopang dengan baik.

Sewaktu selesai mengambil pakaian kotor Ara, bi Jani berpamitan untuk pergi. Sebelum itu, dia sempat melirik perban di kaki Ara yang berubah warna. Bukan lagi putih, tapi mulai memerah kecokelatan. Sontak bak yang di bawanya terlempar ke lantai dengan mulusnya. Bi Jani mendekat, memegang lengan Ara dengan khawatir.

ANOTHER LILY {~END~} Kde žijí příběhy. Začni objevovat