MATA

13 14 0
                                    

“Terkadang yang selama ini engkau benci adalah seseorang yang membantumu paling depan dan berharap bahwa engkau akan tidak membencinya lagi

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

“Terkadang yang selama ini engkau benci adalah seseorang yang membantumu paling depan dan berharap bahwa engkau akan tidak membencinya lagi.”

Surabaya,
Rabu, 30 Agustus 2023.

SUDAH dua hari semenjak kecelakaan itu terjadi. Akasa telah sadar meskipun matanya kini tertutupi oleh perban. Ara senantiasa menjaganya selalu tanpa sekalipun meninggalkannya. Bahkan, dia harus diobrak-abrik oleh Anne—ibu Akasa, untuk pergi mandi.

Setiap adegan obrakan itu, Akasa selalu tertawa mendengarnya meskipun tawa tersebut tidak bisa keluar dengan leluasa. Dia juga telah mengetahui fakta bahwa Bella—si penabrak itu—telah meninggal di tempat dan telah di makamkan tepat di samping makam ayahnya.

Ara tidak lagi membahas itu. Dia telah mengikhlaskan semuanya. Mengetahui fakta bahwa Akasa baik-baik saja adalah cukup baginya.

Saat dia tengah menyuapkan Akasa, tiba-tiba siluet seorang perawat mengubah fokusnya. Perawat tersebut mengetuk pintu sebentar, lantas memasuki ruangan dengan membawa sebuah berkas yang kemudian diberikannya kepada Ara.

Ara lantas menerimanya, kemudian menatap sang perawat yang hendak memberitahukan sesuatu.
“Permisi, Nona. Ini hasil cek lab dari poliklinik mata. Ada beberapa kerusakan di sekitar pupil mata tuan Akasa. Jadi, di perlukan untuk operasi donor mata.”

Mendengar itu, baik Ara maupun Akasa sontak terkejut tak percaya. Mata Ara membulat dengan sempurna, lantas tangan yang tengah memegang berkas tersebut menjadi lemah hingga berkas itu jatuh ke lantai.

Sontak dia dan perawat mengambilnya secara berbarengan. Namun, perawat tersebut justru tersenyum.

“Puji syukur untuk tuan Akasa, Nona. Dia mendapatkan pendonor mata. Jadi, nanti siang bisa dilaksanakan operasinya.”

Kemudian perawat tersebut keluar dari ruangan Akasa bahkan sebelum Ara sempat bertanya. Gadis itu lantas duduk di bangku, menggenggam tangan Akasa dengan erat.

“Mas, ini gak akan bahaya ‘kan? Maksud Ara, kemungkinan terburuk tidak ada ‘kan?” tanya Ara dengan terbata-bata.

Akasa tersenyum menanggapi pertanyaan gadisnya itu. “Ada, kemungkinan terbesar matanya tidak berfungsi dengan baik ataupun tidak cocok. Doakan saja yang terbaik, Sayang.”

Ara mengangguk mantap, lalu dia bergerak untuk menghubungi orang tua Akasa, memberitahukan tentang hal sepenting ini.

Perkiraan dokter kemarin, mata Akasa yang terkena kaca, hanya berupa goresan sedikit dan mungkin bisa disembuhkan. Namun, ternyata ada kerusakan di pupil matanya akibat dari pecahan kaca tersebut.

“Sayang....”

Ara menoleh menatap Akasa dengan tersenyum, “dalem, Mas?”

“Tolong tanyakan nanti siapa yang mendonorkan ini, ya,” ujar Akasa yang langsung diangguki oleh Ara.

ANOTHER LILY {~END~} Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon