KEPUTUSAN TIDAK TEPAT

18 13 1
                                    

“Seharusnya aku tahu kalau menyesal selalu datang belakangan, tetapi untuk membuat penyesalan itu tidak terjadi nyatanya susah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Seharusnya aku tahu kalau menyesal selalu datang belakangan, tetapi untuk membuat penyesalan itu tidak terjadi nyatanya susah. Karena semua itu di luar kehendak seorang manusia yang tak luput dari perbuatan dosa.”

Kuta Selatan - Badung,
Selasa, 8 Agustus 2023.

BRYA sampai di bandar udara Ngurah Rai Bali pada pukul tujuh pagi. Setelah dia mendengar percakapan Dea dan Zidan yang sedang membicarakan Ara dan Akasa, dia akhirnya mengumpulkan tekad untuk mengambil cutinya lagi dan berangkat menyusul keduanya. Laki-laki itu tidak terima ketika mengetahui gadis yang selama satu tahun ini disukainya, menjadi milik orang lain.

Dia memesan taksi dengan cepat dan pergi ke Pantai Pandhawa. Sebenarnya dia tidak tahu keduanya menginap di mana, tetapi dia akan menunggunya di Pantai Pandhawa saja karena yakin Ara akan ke sana lagi.

Masih hari kedua bagi Ara dan Akasa. Pikir Brya, dia bisa dengan mudah untuk mengacaukan liburan keduanya.

Tidak seperti di film atau drama lainnya, seperti pucuk dicinta ulam pun tiba, begitu sampai di pantai, dia langsung melihat Ara yang sedang membeli ice cream sendirian tanpa di temani Akasa.

Brya terkekeh pelan, tidak perlu bersusah payah untuk mencari atau menunggu kedatangan Ara karena Tuhan dengan mudahnya mempertemukan mereka berdua. Langkah laki-laki itu tiba-tiba menjadi ringan, sedikit berlari menuju ke arah Ara.

“Ara....”

Sang empu yang dipanggil sontak terkejut tak main hingga menjatuhkan cone ice cream-nya. Gadis itu tidak menatap Brya, dia justru menatap sedih ice cream-nya yang sudah bercampur dengan pasir pantai.

“Maaf, aku belikan lagi ya?”

Tanpa menoleh ke arah Brya, Ara berucap dengan dingin. “Mas ngapain di sini?”

“Ara....”

“Mas Akasa mana sih? Lama banget ke kamar mandi,” gumamnya yang dapat di dengar oleh Brya dengan jelas.

“Sayang—”

“Jahat kalau aku langsung menyuruh Anda untuk pergi, iya ‘kan dokter Brya?” Ara tersenyum miring. Lelah menghadapi laki-laki di depannya yang seolah-olah tidak merasa bersalah sama sekali atas apa yang telah dia perbuat kemarin. Ara muak dan mungkin Ara telah ilfeel sekarang.

“Kamu bilang apa sih, Ra?”

Namun, belum sempat Ara menjawab, Akasa tiba-tiba datang dan langsung merangkul gadisnya. Dia menatap tajam seolah-olah ingin menerkam Brya sekarang.

ANOTHER LILY {~END~} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang