Berlatih Pedang?

55 13 3
                                    

Tiada kata bosan saat menyukai sesuatu, entah itu adalah hal yang bagus ataupun tidak. Memperhatikan dari kejauhan, karena jika mendekat takutnya akan terluka.

Itulah yang dilakukan Anne saat ini, memperhatikan keluarganya yang tengah berlatih senjata dari jarak yang cukup jauh.

Awalnya ia ingin melukis saja, namun ia menyadari bahwa catnya sudah habis dan ia lupa untuk meminta pada Peter tentang catnya.

Jadi sekarang Anne hanya bisa berdiam diri, duduk dari jarak seratus meter dari tempat yang seharusnya.

Anne duduk tepat dipinggir dekat dengan pohon palem sambil memperhatikan bagaimana suami dan adik-adik iparnya tengah berlatih senjata.

Susan dan Lucy berlatih panahan, Edmund dan Peter berlatih pedang bersama para prajurit lainnya.

Suara dentingan pedang jelas terdengar dengan begitu jelas ditelinganya. Teriakan Susan saat melatih prajurit perempuan juga terdengar begitu jelas.

Anne ingin sekali belajar memanah, hanya saja ia masih sungkan untuk minta diajari, jadi ia putuskan untuk memperhatikannya lebih dulu.

"Mereka hebat sekali" gumamnya takjub melihat keluarganya.

"Tapi sebenarnya kamu juga hebat"

Sebuah suara yang tidak asing terdengar ketelinganya, ia menoleh untuk melihat seorang pria tengah tersenyum padanya.

"Benarkah?"

Pria itu duduk disampingnya dan menatap Anne dengan tersenyum.

"Kau adalah pendekar pedang wanita terbaik yang pernah dimiliki oleh Narnia. Kau pendamping Peter dalam urusan segala hal, terutama saat perang" jelasnya.

"Aku masih tak mengerti"

Pria itu menarik nafasnya dan kembali tersenyum, seolah baru saja mengingat sesuatu tentangnya.

"Aku jadi teringat saat pertemuan pertama kita dulu"

Seolah tertarik dengan apa yang akan diceritakan oleh pria disampingnya, lantas Anne memusatkan perhatian padanya.

"Saat itu...aku belum tahu bahwa orang yang aku lawan adalah Peter. Pedang Peter terlempar dan ia tak mampu melawan, lalu kamu tiba-tiba datang dan mulai melawanku dengan pedangmu" jelasnya yang kemudian pria itu terkekeh.

"Lalu apa yang terjadi? Apakah aku membuatmu terluka?" tanya Anne.

"Tidak, tapi kamu mengalahkanku dan aku langsung menyadari bahwa saat itu kau adalah Ratu legendaris itu, sang pendamping Raja Agung. Aku menciut karena tak percaya bahwa seorang gadis bisa mengalahkan seorang pria" lanjutnya.

Anne masih tak percaya dengan cerita yang dilontarkan oleh pria tersebut. Tapi mendengar bahwa ia adalah orang yang begitu hebat, Anne mulai merasa tidak percaya diri sekarang. Ia tak seperti hebat pada masa itu.

Anne mulai menunduk dan memikirkan bahwa dirinya saat ini memang tidak berguna. Ia tak bisa mengingat hal yang begitu penting, apalagi dirinya adalah yang terbaik.

"Tapi jika kamu berlatih lagi sekarang, mungkin itu bisa meningkatkan kemampuanmu lagi"

Anne kembali menegakkan tubuhnya dan menatap pria disampingnya. Dia benar, jika ia kembali belajar sesuatu mungkin akan mendapatkan hal yang begitu bagus dan hebat.

"Kau benar Cas, aku harus mulai belajar lagi dan berlatih. Mungkin saat melakukannya aku akan ingat tentang hal itu hehe" ucapnya yang dipenuhi semangat.

Anne mulai beranjak berdiri, pria yang disampingnya juga mengikuti pergerakannya itu.

"Mau berlatih denganku Yang Mulia?"

It was Love❤ Peter Pevensie Where stories live. Discover now