15

418 69 213
                                    

Spam yang banyak kalau mau lanjut!!!!

Sesuai dengan permintaan Ibu Suri, seluruh pasukan kini siap dengan kuda mereka masing-masing memasuki hutan Hijau Tenggara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesuai dengan permintaan Ibu Suri, seluruh pasukan kini siap dengan kuda mereka masing-masing memasuki hutan Hijau Tenggara. Dengan alasan bagaimana jika calon istri Leon bersembunyi di hutan tersebut? Padahal niatnya untuk jalan-jalan naik kuda.

Dengan muka masam Prasasti menarik tali kekang Kuda jantan hitam gagah bernama Paijo milik Kaisar Messi.

"Eh mau kemana?" Celetuk Revina menghentikan langkah Prasasti.

"Mengikuti Yang Mulia Kaisar Messi. Ada apa Ibu Suri?" Tanya Prasasti keheranan dan mengecek kondisi Revina.

"Gak, aku mau kesana!" Tunjuk Revina di arah kanan.

Lah, semua orang sudah berjalan terus kemudian dengan seenaknya wanita itu ingin pergi kearah kanan yang bahkan mereka sama sekali tidak tahu jalannya.

"Semua berjalan kearah sini Yang Mulia." Ucap Prasasti dengan sabar.

"Heh! Aku maunya kesana. Bentar aja. Nanti kita balik lagi ke jalan utama." Ucap Revina tidak terbantahkan.

Pada akhirnya dengan berat hati, Prasasti menggiring kuda ke arah kanan sesuai permintaan Revina. Semakin masuk kedalam, pohon-pohon besar mulai rapat hingga sulit dimasuki.

Perasaan Prasasti sudah tidak enak merasakan jalanan yang lembab. Instingnya menajam memikirkan hewan-hewan buas bisa kapan saja menyerang mereka.

"Yang Mulia, sebaiknya kita kembali saja bagaimana?" Tanya Prasasti menghentikan langkah Paijo.

"Eumm, okay. Kita kembali."

Lah, kesini untuk apa?! Prasasti dongkol setengah mati menghadapi emak-emak banyak maunya seperti Revina. Namun jika menentang, kepalanya bisa lepas kapan saja.

"Loh, tadi jalannya gak bercabang deh perasaan." Ucap Revina melihat jalan dengan bingung.

Prasasti juga merasakan hal yang sama. Mati sudah jika mereka nyasar disini. Pasrah sudah dengan nasibnya setelah ini, ujungnya umur Prasasti hanya bergantung pada kebaikan dan mood Revina.

Mereka hanya berputar-putar hingga langit berubah jingga menandakan petang akan tiba. Prasasti hanya berharap tidak ada binatang buas yang datang.

Mematahkan ranting dan mengumpulkan dedaunan untuk Revina beristirahat. Wanita itu nampak tidak banyak protes mungkin karena kelelahan.

"Ada batu besar c*k! Disana! Ada batu! Ada batu!!!" Girang Revina membuat Prasasti bingung. Memang kenapa dengan batu? Memangnya mau disembah?

"Hei, ayo naikkan Paijo ke batu itu. Kita naik batu itu." Ucap Revina dengan enteng membuat Prasasti menganga.

"Hah?"

"Ayo cepat.... Kalau naik batu, kita bisa sampai ke Istana."

"Bagaimana bisa?" Ucap Prasasti memijit pangkal hidungnya merasakan lelah hati dan pikiran menghadapi Revina.

180Degrees [RETURN AGAIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang