17

398 59 5
                                    

Sebelumnya,

Mungkin sebagian dari kalian tidak nyaman dengan beberapa bahasa kasar dan umpatan-umpatan yang disensor. Kenapa gak diminimalisir, atau dibuat baku sekalian ?
Guys, i know dan emang sengaja untuk membuat ciri khas sendiri buat cerita aku. Setiap penulis punya gaya tulisannya masing-masing dan malah penulis itu bisa dihafal pembaca dari cara penulisannya.

Terimakasih buat kalian semua yang sudah mengikuti novelku dari awal. Dan kalian yang baru coba-coba akhirnya ketagihan. Terimakasih segala dukungan, kritik, dan saran.

"Eh udah, apasih malah nakutin anak orang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Eh udah, apasih malah nakutin anak orang." Ucap Prasasti menghentikan Leon.

Pria itu menatapnya kemudian beralih menatap tajam Rosemary. Gadis puber itu malah menatapnya seraya menjulurkan lidah.

"Dia. Dia yang duluan!" Tunjuk Leon merasa tidak terima diomeli Prasasti.

"Apa?!" Sanggah bocah itu membuat Leon mendecih dan melanjutkan makannya.

Prasasti hanya menggelengkan kepalanya memijat keningnya yang berkerut. Tiran sekejam itu berkelahi dengan bocil.

"Yang Mulia, ada para pedagang yang datang ingin menemui anda." Ucap Kaisar Zenus pada Leon yang hanya dibalas anggukan kepala.

Hari ini pekerjaan Leon menumpuk banyak karena beberapa minggu ia hanya fokus mencari Cinderella yang lari setelah mengambil perjakanya. Tak lain wanita itu tengah makan lahap di ujung meja dengan kaki diangkat satu. Sungguh saat ini gaun yang dikenakan Prasasti sama sekali tidak bisa menggambarkan seorang wanita yang anggun.

"Setelah ini kalian ada agenda apa?" Tanya Leon membuat Revina berpikir keras.

"Emak mau bikin surat buat bapakmu terus main sama Prasasti."

Leon diam menatap lurus Prasasti. Wanita itu masih asyik dengan daging iga bakar ditangannya.

"Baiklah, tolong jaga Asti ya." Ucap Leon beralih pergi meninggalkan ruang makan.

Prasasti sempat tersedak mendengar seorang pria haus darah itu menaruh perhatian padanya. Kenzio yang panik segera memberikannya segelas air seraya melotot tajam.

"Lo jangan banyak tingkah anj*ng, kepala gue taruhannya." Bisik pemuda itu hanya dibalas wajah datar Prasasti.

"Nyenyenye."

Kenzio hanya tersenyum menahan kesal. Prasasti bersendawa lebar sambil menepuk-nepuk perutnya dengan puas. Prasasti yang merasa tidak nyaman menggunakan gaunnya memilih mengikuti langkah Kenzio.

"Lo ngapain ngikutin gue?" Selidik Kenzio penuh curiga.

"Gue pinjem baju lo dong. Gak enak pakai ini."

"Ck, udah dibiasain aja. Nanti lo juga pakai gaun tiap hari." Ucap Kenzio berdecak kesal.

"Ah, pelittt..." Rengek Prasasti berkaca-kaca.

180Degrees [RETURN AGAIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang