17. Look at me, Sas..

2.5K 203 7
                                    

Ps...
Ini hanya karangan semata, alur dari anime asli nya hanya secuil...
Characters yang ada itu milik Mr. Masashi Kishimoto.
Dibuat untuk mengisi kegabutan, apalagi terlalu banyak membaca fanfic Naruto Sasuke..

Note: cerita ini mengandung kisah Shinobi and Omegavers

So, let's reading..

#…………….#

Manik sekelam malam nya menatap langit-langit kamar Naruto. Pandangan nya belum terlalu jelas, karena dia memang baru saja terbangun. Tapi dia bisa tau kalau di pojok langit-langit kamar itu ada dua jaring laba-laba yang menghiasi. Tidak perlu terlalu heran, si Dobe itu pasti malas membersihkan bagian atas rumah nya.

Dia menghela nafas lelah.

Telunjuk nya menyentuh pelan lubang di bahu, bekas luka dari racun segel nya. Nyeri. Itu yang dia rasa.

Tatapannya beralih ke pintu kamar mandi yang tertutup rapat. Terdengar suara gemericik air dari dalam. Memberitahu nya kalau si pemuda berambut pirang ada disana.

Sasuke kembali mengingat ucapan Naruto pagi tadi, tentang bagaimana pemuda yang selama ini mencoba menariknya dari kegelapan itu berkata pada nya untuk pergi. Bahwa orang itu sudah tidak akan peduli lagi dengan yang terjadi pada nya. Selagi dia tidak mati dihadapan si pirang.

Tiba-tiba dia merasa sesak. Telapak tangan nya menyentuh bagian dada yang berdetak. Tempat yang sebelumnya akan dia hancurkan di hari pertemuan nya dengan Naruto. Denyutan disana terasa menyakitkan. Apa racun itu terus menyebar sampai sana, atau dia merasakan sakit karena ucapan si pirang yang menyiratkan kalau mereka berdua tidak lagi memiliki ikatan?

'Yah, akan ku kabulkan, Naruto. Aku akan pergi. Terimakasih.' lirihnya dalam hati, berniat akan segera pergi dari apartemen ini.

Onyx nya menerawang. Kira-kira, kemana dia harus pergi setelah ini? Dia tidak memiliki siapapun lagi. Kakaknya telah mati ditangan nya. Keluarga nya telah pergi sejak lama. Satu-satunya orang yang bisa dia percaya adalah rivalnya, Naruto. Dan kini, Naruto juga akan menjauh darinya.

'Mungkin aku akan melanjutkan rencana ku untuk mati. Untuk apa juga hidup jika terus seperti ini. Mati lebih baik, kan. Toh aku juga sendirian.' dia membatin pilu, matanya terpejam sesaat.

Berusaha bangkit dengan tubuh gemetar, dia menyandarkan punggungnya sejenak. Hanya sebentar, karena dia segera beranjak bangun, akan meninggalkan tempat yang telah menjadi tempat nya berteduh selama dua hari ini.

Tapi sepertinya takdir tidak berpihak pada keinginan Sasuke.

Baru tiga langkah berjalan, lututnya kembali melemas. Dia tidak memiliki tenaga sedikit pun untuk melanjutkan langkah. Pandangan nya sedikit mengabur, sementara di bagian kepala terserang pening.

Sasuke menutup mata, bersiap terjatuh dan menghantam lantai.

Tapi alih-alih merasakan dinginnya lantai kamar, dia malah merasakan sebuah kehangatan.

Sepasang tangan melingkari pinggang nya, menahan pergerakan pemuda itu yang akan terjatuh.

"Sas..."

Terdengar suara familiar di telinga si raven. Tentu saja, itu suara baritone Naruto. Sasuke refleks membuka kelopak mata nya, hanya untuk menemukan sebuah bahu bidang menjadi tempat dia kini bersandar.

"Hei, kamu mau kemana, Sasu? Kenapa tidak menunggu ku lebih dulu?" Raut wajah Naruto kentara cemas, karena melihat Sasuke hampir menghantam lantai.

"Bukan kah kamu bilang, aku harus segera pergi, setelah keputusan tetua ditetapkan?" Sasuke balik bertanya, nada suara itu terdengar lirih dan bergetar.

"Sas, aku tidak bersungguh-sungguh mengatakan itu, oke. Aku hanya sedang emosi kepadamu yang tidak mau menuruti permintaan ku."

"Tapi aku ingin, aku akan melanjutkan nya. Kamu bilang asal tidak mati dihadapan mu, kan?"

Mendengar ucapan Sasuke seperti itu, emosi Naruto pagi tadi kembali. Dia menatap datar Sasuke. Dia tidak menyukai topik yang diucapkan pemuda itu.

Satu tangan si pirang melepas rengkuhan nya, mencengkeram lembut dagu Sasuke, memaksa manik onyx itu menatapnya.

"Lihat aku, Sasuke."

Sasuke yakin sekali, suara ini sama seperti suara Naruto sebelumnya. Dimana pemuda berkulit Tan itu bersuara didepan gedung Hokage.

Manik sekelam malam Sasuke mengedar ke segala arah, kemana pun yang penting tidak melihat tatapan tajam sang rival yang biasanya secerah matahari pagi.

Tiba-tiba, obsidian nya membelalak, mendapati perlakuan si pirang kepada nya.

Naruto sendiri menunggu pandangan mata Sasuke mengarah tepat ke mata biru sapphire nya. Tapi onyx itu tidak juga melihat dia. Naruto malah melihat tatapan Sasuke meliar.

Tanpa aba-aba, Naruto menempelkan bibirnya pada bibir Sasuke. Tangan yang ia gunakan untuk menopang dagu si raven, kini beralih menarik tengkuk Sasuke agar ciuman mereka semakin dalam.

Naruto menggigit bibir Sasuke yang sejak tadi tertutup, membuat pemilik nya terpaksa membuka mulut, membuat Naruto lebih bebas mengeksplorasi setiap bagian didalam sana.

Naruto tau kalau belahan tipis kemerahan itu memang terlihat menggoda, tapi dia baru sadar ternyata rasanya sangat manis, hingga tanpa sadar dia malah semakin memperdalam ciuman nya pada si raven.

Pemuda pirang itu baru melepaskan tautan bibir mereka berdua saat dirasa Sasuke benar-benar kehabisan nafas, diiringi raga nya yang sangat tak bertenaga terjatuh ke pelukan pencuri ciuman pertama nya.

Nafasnya tersengal, dia berusaha meraup udara sebanyak mungkin.

Tak lama, dirasanya kecupan lembut pada kedua mata, dilanjut usapan halus pada kening nya yang bersimbah keringat.

"Jangan pergi, kumohon.."

Suara Naruto terdengar penuh kelembutan, berbeda dengan tiga kata sebelum nya. Membuat Sasuke tanpa sadar mengangguk, sehingga senyum kecil terbit dari bibir Naruto.

Naruto membawa si raven dalam dekapan nya kembali ke tempat tidur, dia duduk diatas ranjang dengan Sasuke masih berada dalam pelukan. Dia tidak melepas rengkuhan nya, tidak mau si raven meninggalkan nya.

"Naru...."

"Biarkan seperti ini.."

#...........#

Vote and comment please 💗
Ngomong-ngomong, jangan pada berharap adegan ekhem nya Lin tulis ya, gak bisa Lin soalnya 😭.
Paling mentok ciuman 😇

I'm here, with you..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang