Ps...
Ini hanya karangan semata, alur dari anime asli nya hanya secuil...
Characters yang ada itu milik Mr. Masashi Kishimoto.
Dibuat untuk mengisi kegabutan, apalagi terlalu banyak membaca fanfic Naruto Sasuke..Note: cerita ini mengandung kisah Shinobi and Omegavers
So, let's reading...
#…………….#
Lelaki muda bermata biru dengan rambut kuning mencolok itu, duduk dengan kelopak matanya yang setengah terpejam. Dia mengucek matanya malas, lalu mengerang pelan.
Sungguh! Dia masih ingin terlelap!
Tapi suara ketukan di pintu memaksa otaknya agar segera bangun dari tempat tidur.
Naruto menoleh ke samping, menatap pemuda berambut hitam yang masih sibuk dalam dunia mimpi.
"Setidaknya Sasuke tidak bangun." Dia bergumam, kemudian menghela nafas lega.
Si kepala kuning bangkit perlahan dari tempat tidur, berusaha agar tidak menimbulkan suara, karena takut mengganggu lelapnya si Uchiha terakhir.
Sebelum melangkah ke pintu, Naruto membetulkan letak selimut, menarik lembaran kain itu hingga mencapai leher Sasuke. Mengusap pelan pelipis tipis si raven, lalu mengecupnya singkat. Setelah itu, barulah dia pergi untuk membuka pintu depan apartemen nya.
Terlihat oleh ke-dua bola matanya yang masih separuh menyipit, dua orang yang tampak berdiri di depan apartemen nya.
Yang satu adalah seorang lelaki, yang selama Naruto mulai tumbuh dewasa selalu memberinya kehangatan. Garis luka melintang terlihat jelas pada wajahnya.
Sementara satu lagi adalah seorang pria bermasker dengan hittai-ate terpakai miring menutupi mata bagian kirinya.
"Silakan masuk Iruka Sensei, Kakashi Sensei." Naruto membuka pintu lebih lebar begitu dia tau kalau si pendatang adalah dua guru terdekat nya.
Begitu kedua gurunya memasuki ruangan, Naruto menutup pintu, lalu menyusul mereka.
Kakashi segera melenggang pergi ke dapur, membawa barang-barang belanjaan di tangan.
"Di mana Sasuke, Naruto?"
"Hoaaam, dia di kamar.." Naruto menguap lebar, lalu menggaruk rambut berantakannya.
"Jam berapa kamu tidur??" Tanya Iruka, tangannya merapikan rambut durian si pirang supaya tidak terlihat sangat acak-acakan.
"Tidak tau, mungkin menjelang pagi.." Naruto menjawab acuh.
"Haruskah aku dan Kakashi pulang untuk memberi waktu tidur padamu?"
"Kurasa tidak, kalian bisa menjenguk Sasuke dulu. Tapi tolong jangan membuat dia bangun ya, Sensei. Aku akan pergi mandi lebih dulu."
"Kenapa kamu tidak pergi tidur lagi saja, Naruto? Kamu terlihat jelas masih letih."
"Aku masih harus mengisi persediaan di dapur dulu, Kakashi Sensei. Semalam saja aku harus merepotkan kalian berdua."
"Oh, itu tidak perlu. Baru saja lemari makananmu ku penuhi dengan bahan masakan."
Mata Naruto yang sebelumnya mirip lampu kelap kelip, sekarang membulat. Dia menatap guru berambut peraknya dengan tatapan dramatis.
"Sensei, sungguh kalian adalah peri terbaikku!!" Puji Naruto dengan mata biru yang berbinar-binar.
Dua guru dihadapan si pirang terkekeh pelan. Kakashi bahkan sepenuhnya melupakan wajah menyeramkan si maniak ramen saat pertemuan dewan kemarin. Sementara Iruka, mau bagaimana pun ekspresi si pirang, baginya jinchuuriki kyuubi itu selalu menjadi bocah manis menggemaskan.
"Tapi tetap saja, Sensei-sensei ku yang sangat kucintai melebihi cintanya air pada bumi, aku tetap harus mandi. Setidaknya supaya wajahku tidak terlihat buruk dengan iler di mana-mana." Si pirang menghilangkan tatapan berbinarnya, hanya untuk memperlihatkan mata anak anjing yang memelas, minta dipungut, lalu dibawa pulang.
"Jadi tolong tunggu dulu, ya.. Masuk saja ke kamarku, Sasuke di sana."
"Errrr, kalian tidur di tempat yang sama??" Iruka bertanya ragu.
"Yah, tentu saja. Sekarang ini kondisi Sasuke bukan bagiannya untuk bisa ku tinggal sendiri. Aku harus menjaga dia."Naruto mengangkat bahunya acuh, lalu melenggang pergi ke kamar, berniat mandi.
Sepeninggal Naruto, Iruka menatap sekeliling. Dia memindai tempat tinggal si pirang yang biasanya sangat berantakan.
"Tumben sekali apartemen ini bersih? Biasanya pasti ada saja sampah, yang walaupun hanya satu." Iruka bergumam pelan.
Tapi gumaman itu masih terdengar jelas di telinga tajam Kakashi yang berada sejauh lima langkah di samping kirinya.
Sebelum si Umino sempat untuk duduk, tangannya lebih dulu ditarik oleh si pria berambut perak, untuk berjalan ke arah kamar Naruto. Tempat di mana tadi bocah pirang itu pergi untuk segera mandi.
"Hey, aku bisa berjalan sendiri Kakashi!" Protes Iruka dengan wajah berkerut kesal yang tidak dihiraukan si pemilik julukan The Copy Ninja itu.
Dia terus menarik tangan Iruka meninggalkan ruang tamu, meninggalkan dua ekor cicak di sudut dinding ruangan yang sedang asyik berkembang biak dengan semangat.
Ketika memasuki kamar, tatapan mata keduanya menangkap fitur seseorang yang tersembunyi di balik selimut. Hanya wajah dan rambut nya tidak tertutupi. Bola mata yang ketika terbuka selalu menampilkan kesan dingin dan tak tersentuh itu terlihat damai, tertutup dalam balutan kelopak mata yang masih terpejam.
"Sebenarnya Sasuke sakit apa? Kau tau, Kakashi??"
Iruka duduk di pinggir ranjang, memperhatikan nafas teratur dan mata terpejam si Uchiha terakhir.
"Yah, aku memang tau.." Kakashi menjawab pertanyaan rekannya.
Tangan si pemilik satu sharingan dengan cekatan membuka gorden jendela kamar Naruto, sehingga cahaya matahari pertengahan antara pagi dan siang itu menembus hingga lantai ruangan. Dia juga mematikan sakelar lampu yang masih menyala.
Melalui jam di dinding, dia mengetahui kalau tinggal satu jam lebih waktu menuju ke tengah hari.
#.........#
Vote and comment please 💗
Ada yang nungguin kah?
YOU ARE READING
I'm here, with you..
FanfictionSang rival yang selama ini ia kejar, untuk ia bawa pulang ke desa, kini benar-benar kembali.. Tapi dengan keadaan yang menyedihkan. Terkena kegagalan kutukan yang sebelumnya telah tertanam dari segel Orochimaru, dan chakra asing dari sebuah pohon. K...