Ps....
Ini hanya karangan semata, alur dari anime asli nya hanya secuil...
Characters yang ada itu milik Mr. Masashi Kishimoto.
Dibuat untuk mengisi kegabutan, apalagi terlalu banyak membaca fanfic Naruto Sasuke..Note: cerita ini mengandung kisah Shinobi and Omegavers
So, let's reading...
#…………….#
Naruto memang setuju membiarkan Sasuke melewati jalan kenangannya sendiri, tapi dia tidak pernah setuju benar-benar meninggalkan pemuda rapuh itu. Tidak akan.
Dia tetap mengikuti langkah Sasuke meski dalam jarak teraman. Setidaknya Sasuke tidak akan terlalu terganggu dengan kehadirannya saat pemuda itu ingin sendirian. Dan dia juga bisa segera mendekat saat dibutuhkan.
Dan itu benar-benar terjadi.
Naruto memperhatikan diambang pintu, saat Sasuke menatap tempat para Uchiha keluarga nya yang lebih tua tiada. Itu semua tergambar jelas dalam tatapan penuh luka si rambut raven. Dia melihat Sasuke mengambil bingkai lalu terisak. Saat pemuda itu membiarkan lututnya menyentuh lantai, saat itulah Naruto segera mendekat, memberi sebuah dekapan hangat sebagai tempat si pemuda bermata onyx menangis.
"Naruto.."
"Tidak apa-apa. Menangis saja, Sasu. Jangan menahannya." Ucap Naruto sembari telapak tangan besarnya mencoba memberi kehangatan pada helaian rambut Sasuke
Tiga kalimat yang terucap dari Naruto menyebabkan air mata Sasuke semakin mengalir deras. Kedua tangannya terkepal, dia meletakkan kepala di dada sang rival. Naruto hanya terus memberi elusan di punggungnya, berharap bisa meringankan kesedihan sang Uchiha terakhir.
Hampir satu jam lamanya satu-satunya Uchiha yang tersisa itu menangis. Saat dia sudah selesai dengan isakan nya, dia menarik diri, menarik nafas perlahan dari mulut karena hidungnya terasa terhambat.
"Sudah merasa lebih lega?" tanya Naruto.
Dia menyingkirkan sisa-sisa aliran sungai di pipi Sasuke. Sasuke hanya menjawab dengan anggukan. Matanya terlihat agak bengkak karena menangis cukup lama.
Dia kembali menatap bingkai di tangan, meletakkan bingkai tersebut dengan berat hati."Kamu mau membawa nya?"
Sasuke menoleh, menatap Naruto ragu, tapi memilih menggelengkan kepala, "tidak usah, biarkan di sini saja."
Dia berdiri, telunjuknya mengusap ujung mata yang terasa masih berair, mengedarkan pandangan lagi.
"Kamu ingin ku tinggal lagi, Sasu?"
"Tidak.."
Saat ini, dia membutuhkan pemuda itu.
Rambut raven nya bergerak pelan, mengikuti gerakan Sasuke yang melangkah ke satu sofa panjang di sana. Dia juga menarik lengan Naruto agar mengikuti langkahnya. Setelah Naruto duduk di sofa, Sasuke mendudukkan dirinya di pangkuan Naruto, salah satu tempat nyaman untuk nya.
Yang membuat si pirang membelalakkan mata biru karena terkejut adalah, Sasuke menciumnya. Ingat, menciumnya! Sasuke benar-benar menciumnya!!
Ketika Sasuke sudah akan melepas ciumannya, Naruto bergerak lebih cepat. Dia menarik tengkuk Sasuke semakin dekat, lalu memperdalam ciuman mereka berdua, hingga keduanya terengah saat jalinan itu terlepas. Sasuke menyandarkan kepala di bahu Naruto, dia memejamkan mata diantara nafas yang memburu. Tangannya melingkar di leher Naruto.
Hatinya kembali merasa tenang dari semua kesedihan yang sebelumnya ia ingat.
Pemuda ini, adalah salah satu obat untuk nya menetralisir segala kesedihan. Pemuda ini, adalah seseorang yang selalu ada untuk nya. Saat dia senang ataupun sedih. Kenapa dia baru menyadari hal itu sekarang?
Kemana saja dia? Padahal Naruto tidak pernah berhenti mengejar nya. Pemuda ini adalah satu orang yang tidak pernah membiarkan dia benar-benar sendirian. Tidak ada orang lain yang memperlakukan dirinya seperti Naruto. Bahkan saat dalam perkelahian hebat, Naruto tetap menjaga agar dia tidak merasakan kesendirian lebih jauh.
"Sasu," panggil si pemuda berambut jabrik.
Dia mengecup tengkuk orang di pelukannya. Terbawa suasana, Naruto mendorong bahu Sasuke, sehingga terlepas dari sandaran. Tatapan bingung Sasuke yang terlihat menggemaskan di matanya, justru membangkitkan suatu hasrat.
"Naru?" Kali ini Sasuke yang memanggil, lirih.
Naruto mengelus pelan bagian di mana tonjolan kelenjar suara Sasuke berada, lalu kembali memberi kecupan di perpotongan leher Sasuke. Kecupan yang dilepas saat sudah meninggalkan bekas kemerahan.
"Eugh, Na--Naru," Sasuke melenguh pelan.
Oh, taukah kamu Sasu, lenguhan mu itu malah membuat Naruto tambah bernafsu.
Tapi Naruto, ini bukan waktu nya.
Naruto baru akan menurunkan resleting baju yang dikenakan pemuda di pelukannya, di barengi dia kembali mengecupkan bibir nya pada bagian lain leher pemuda berkulit putih lembut tersebut, saat tiba-tiba Sasuke terbatuk dan memuntahkan seteguk darah kehitaman. Dan darah hitam itu terus keluar tanpa henti.
"Uhuk!"
Seketika hasrat yang membuat Naruto terangsang nafsu menyurut, digantikan kekhawatiran yang mendera.
"Sasu,"
Yang dipanggil masih sibuk memuntahkan darah dari mulutnya. Darah hitam itu sangat banyak, bahkan hingga membasahi kemeja Naruto dari pundak sampai perut.
"Uhuk!"
Biarkan, Gaki. Itu racunnya sedang keluar. Suara Kurama si rubah ekor sembilan terdengar di pikirannya."Ta--tapi?"
"Uhuk!"
Kali ini muntahan darah Sasuke jatuh ke lantai.
Naruto menatap nanar darah yang berhamburan, dia sudah tidak heran menatap darah.
Tapi ini milik Sasuke, sekali lagi milik Sasuke!
Seseorang yang ingin dia lindungi, bahkan saat mereka berdua terlibat pertarungan sengit dulu.
Naruto kembali sadar dari keterpakuan saat Sasuke hampir terjatuh darinya, segera dia meraih bahu sempit Sasuke, menahan tubuh yang segera meluruh agar tidak jatuh ke lantai.
#.........#
Vote and comment please 💗
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm here, with you..
FanfictionSang rival yang selama ini ia kejar, untuk ia bawa pulang ke desa, kini benar-benar kembali.. Tapi dengan keadaan yang menyedihkan. Terkena kegagalan kutukan yang sebelumnya telah tertanam dari segel Orochimaru, dan chakra asing dari sebuah pohon. K...