Chapter 1 : Story Begins

115 11 3
                                    

Sebagai seorang remaja, menjadi labil itu...menurutku biasa saja. Maksudku, remaja itu kan pertengahan menuju dewasa. Tapi, labil itu buat anak-anak nggak, sih? Eh, kok malah nggak masuk akal jadinya.

Aduuhh, pilih ini pilih itu.... Jujur saja inilah yang kubenci jadi seorang remaja. Hidup kami selalu dipenuhi pilihan. Dan parahnya, kami tidak bisa mundur setelah memilih keputusan itu. Oke, deh, ini bukan game! Life is not a game!

But, for us (Gamers) Life 'Is' a Game! Survival game! Atau lebih tepatnya, One-Life Game! Eh, ada ya game kayak gitu? Hm... kalo bukan game apa dong namanya?

"Vira, cepat habiskan sarapanmu!" Teriakan Mama membuatku kembali ke dunia nyata. Aku lupa apa yang barusan yang kupikirkan, tapi kayaknya aku sudah terdiam beberapa lama sehingga Mama harus berteriak memanggil kesadaranku. Oh, terima kasih Mama! Jika Papaku yang membentakku aku pasti sudah tidak ada di sini.

Dengan cepat aku habiskan sarapanku. Tentu saja melihat jam sudah menujukkan pukul setengah delapan dan Papaku mulai turun. Shit! Untung saja sarapanku hanya roti bakar dengan susu, jadi aku gampang saja habisin semuanya.

"Kakak, makannya pelan-pelan," ucap Papa sambil melewatiku dari belakang, membuatku merinding sesaat. Sontak makanku mulai memelan. Tinggal sedikit lagi!

Setelah mengelap mulut dengan tisu terdekat, aku langsung memakai sepatuku. Lomba akan dilaksanakan pada jam 9, tapi aku harus sampai ke rumah temanku jam 8. Oke, aku bisa ngaret sih, tapi ngaret bukan style-ku. Seperti kebanyakan orang-bahkan keluargaku sendiri-bilang, aku lebih mirip bule luar negeri dibanding orang Indonesia asli. Padahal aku jelas-jelas saja lahir di Jakarta, dan tinggal di Batam sampai saat ini. Belum pernah aku tinggal di negeri lain selain Indonesia. (Luv U Indonesia!)

Papa langsung masuk ke mobil diikuti oleh aku, lalu kedua adikku yang tak pernah berhenti berantem-Vera dan Fitri, dan terakhir barulah Mamaku. Ini mah hari Minggu, jadi jelas saja satu keluarga ikut dalam satu mobil.

Pertama aku akan diantar ke rumah temanku, Linda, untuk persiapan lomba. Dan barulah keluargaku bisa pergi untuk sarapan bareng. Sedangkan aku pergi bersama Linda.

Mau tau lomba apa yang akan kami ikuti? Sebenarnya lomba ini bukanlah lomba yang seharusnya aku ikuti. Namun jujur saja, gara-gara kemakan ucapan temanku aku akhirnya tertarik ikut lomba beginian. Ugh, seharusnya aku lebih milih ikut latihan bareng di pantai! Pasti mereka lagi bersenang-senang latihan menendang di dalam laut! Sementara aku harus bertahan berdiri tegak dengan sepatu hak milik mamaku. Nyiksa! Kezel deh!

Setelah didandani oleh ibunya Linda, kami berangkat ke mall menggunakan mobil keluarga Linda. Aku, entah kenapa, begitu semangat. Padahal semalaman aku terjaga karena sesuatu yang aneh.

---------------

Setelah menyelesaikan tugas remedial (membuat prakarya dari sabun), Vira langsung menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur setelah ia mematikan lampu kamar. Besok adalah hari penting, jadi dia harus men-charge tenaga jika ingin lolos.

Vira terus mengeliat di atas tempat tidurnya, berusaha untuk tidur. Namun, sesuatu membuatnya terus terjaga walau matanya tertutup. Sesuatu itu seperti, mengawasinya. Vira terus berusaha tidur dibalik selimutnya, tapi dirinya malah sesak nafas sehingga ia menongolkan kembali kepalanya.

Dan ketika ia tanpa sengaja membuka matanya, Vira melihat sepasang mata. Sepasang mata yang terbelalak di kegelapan. Vira bisa melihat rambut panjangnya. Dan juga senyum di wajahnya. Vira ingin menjerit melihat wajah itu, namun mulutnya langsung terbekap oleh orang itu. Tunggu, apa itu benar-benar orang? Bagaimana bisa matanya terbelalak kayak gitu? Berusaha untuk tenang, tangannya bergerak perlahan menuju bawah bantalnya ketika orang itu berkata, "Calm down, girl! Just go to sleep..."

When Creepypasta Comes AliveWhere stories live. Discover now