Chapter 2 : Meet Jane Arkensaw a.k.a Jane Everlasting

65 8 0
                                    

Aku tidak akan pernah memaafkan keparat itu!

Seharusnya aku tidak pernah masuk ke rumah itu, lalu melihat kedua orangtuaku dibunuh, dan akhirnya dia membakarku! Aku mungkin selamat, tapi tidak dengan wajahku! Dia bilang dia ingin membuatku cantik sepertinya! Apaan itu?! Dia malah memperburuk semuanya! Dia bahkan hanya mengirimku topeng sialan ini sebagai permintaan maaf!

Keterlaluan! Aku akhirnya menjadi pembunuh gara-gara dia! Dia harus membayar semua ini!

Aku ditarik oleh sesuatu memasuki dunia ini. Dunia yang aneh. Dunia dimana anak-anak seharusnya tidur pada jam 9 malam. Ternyata masih kutemukan mereka terjaga dengan ponsel mereka. Ada-ada saja.

Selama dua minggu ini aku terus bersembunyi dari orang-orang. Dia bilang kalau orang yang aku cari juga di dunia ini. Tapi belahan dunia mana? Dan dia menjawab, "Tentu saja dunia ini. Ini dunia yang sangat kecil."

Aku tidak tahu maksud dunia menurut dia seperti apa, tapi aku yakini saja bahwa dia berada di tempat yang sama denganku. Aku berusaha bertanya pada orang-orang sekitar dengan baik-baik, tapi mereka malah menjauhiku. Apa karena topengku? Bahkan ada beberapa mereka yang berani menyentuh tubuhku. Cih, berani sekali, ya!

Mau tak mau kusiksa saja mereka untuk mendapatkan informasi yang aku mau! Jika aku biarkan mereka hidup, bisa-bisa hidupku yang terancam. Aku masih belum tahu berapa kuat pertahanan dunia ini.

Dan info yang kudapat, bahwa aku berada di sebuah kota bernama Batam. Awalnya aku juga heran, bagaimana bisa aku berbahasa seperti mereka, padahal bahasa mereka sulit kukenali. Ah, aku abaikan dulu itu.

"Hmm... apalagi yang mau kutanya, ya?" ucapku sambil melihat korbanku yang sengaja kuikat di kursi. Saat itu aku berada di sebuah rumah kecil. Aku sudah membunuh semua yang berani teriak. Tinggal satu orang lagi dan kini aku menginte....introgasikah? Ah, entahlah apa namanya itu. Menanyai! Yah, itu saja bilangnya!

"Hei, apa kau punya peta kota ini?" tanyaku. Hihi, ternyata menyiksa orang itu menyenangkan juga. Bapak itu gemetaran ketika aku bicara. Segitu takutnyakah dia? Penakut!

"Maafkan saya! Saya tidak punya!" jawab bapak itu, masih gemetaran. Itu malah membuatku semakin senang untuk terus menyiksanya.

"Hmm, baiklah! Kalau begitu dimana saya bisa menemukannya?" tanyaku sambil memutar-mutarkan pisauku. Aku masih bisa mendengar suaranya walau mataku tak memandang dia.

"Aku tidak tahu. Maaf! Aku hanyalah seorang kuli bangunan!" jawabnya, masih gemetaran. Aku mulai kesal melihatnya. Jika kubiarkan dia hidup, dia pasti akan melaporkanku.

"Kamu menjawab satu dari tiga pertanyaanku. Sebaiknya kau memberiku sesuatu tentang tempat ini!" ucapku sambil mengibaskan pisauku, mengenai pipinya. Dilihat dari air matanya, aku yakin dia berusaha untuk tidak berteriak.

"Aku..." Aku duduk, menunggu jawabannya. Dia memang terlihat seperti berpikir, walau seluruh tubuhnya masih bergetar.

"Ada seseorang yang mungkin bisa membantumu." Finally, ini dia yang kutunggu!

"Aku ada teman di Jodoh. Dia, itu...ee, pemandu wisata! Ya, dia tahu segalanya tentang Batam! Temui saja dia! Ee.. dia tinggal di Kompleks Angkasa Utama blok B nomor 29. Ya, kamu tinggal temukan saja sebuah hotel Planet Holiday, lalu, lalu, kamu masuk saja jalanan di sampingnya. Lalu langsung belok kiri, terus kalo sudah ketemu supermarket, langsung belok kanan. Lurus saja! Pagarnya warna coklat. Sudah, aku sudah menjelaskan semuanya! Tolong jangan bunuh aku!"

Aku mungkin mendengar semua jawabannya. Tapi aku tidak mengerti satupun katanya. Kompleks? Planet Holiday?

"Heh! Jawab yang bener dong! Apa itu jodoh?! Apa itu Planet Holiday? Jawab aku, SEKARANG!" bentakku. Oh, sial! Aku tidak sengaja menusuk jantungnya!

Aaaargh, padahal dia sudah menjawab! Aku hanya ingin penjelasan yang lebih detail!

Ah, sudah deh! Setidaknya aku tahu dimana orang itu tinggal! Mungkin aku harus bertanya lagi. Dan kali ini, jangan pakai cara halus!

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Dan di sinilah aku berada. Di sebuah apartemen lusuh. Tapi bersih. Untung saja aku membunuh penghuninya di kamar mandi, dengan begini aku lebih mudah membersihkannya.

Aku memperhatikan semua benda yang berada di depan mataku. Entah kenapa ketika aku berbelanja dan begitu aku melihatnya di sebuah tempat yang bernama 'Nagoya Hill', aku langsung membelinya saja. Pas ditanya untuk apa oleh seorang wanita gendut, aku hanya menjawab, 'Koleksi'. Dan dia percaya saja. Ternyata manusia di dunia ini sama bodohnya dengan di duniaku.

Pisau lipat.

Granat.

Pedang.

O My God! Aku tidak percaya di dunia ini ternyata begitu banyak senjata keren. Aku tidak SABAR memakai semua ini untuk menghabisi Jeffrey Woods! Well, mungkin aku akan menyiksanya, sedikit.

"Bagaimana caramu mendapatkan itu?" Aku terkejut setengah....hidup! (Soalnya setengah mati sudah terlalu mainstream) Barusan seseorang berbicara di belakangku? For real? Begitu aku berbalik, aku hanya seorang anak kecil. Atau, remaja? Aku tidak tahu, yang jelas tingginya hampir sama denganku. Aku bersiap akan menghabisi anak itu dengan pisau di balik bajuku ini.

"Tentu saja dengan uang, Sayang!" Aku tidak tahu kenapa aku menggunakan kata 'Sayang' kepada bocah itu tapi harus kuakui wajahnya cukup manis.

"Darimana kakak dapat uang? Emang itu semua buat apa, sih?" Bocah itu tenang-tenang saja ketika aku berjalan mendekatinya. Apa dia tidak takut padaku? Apa karena aku menutupi wajahku dengan topeng ini jadi dia tidak takut padaku? Apa aku harus membukanya?

"Kakak kenapa pakai topeng dalam rumah? Ngerayain Halloween, ya?" What? Oke, cukup! Begitu aku mengayunkan pisauku ke muka polos sialannya itu. Semua menjadi gelap. Ada apa ini?

Kamu terlalu banyak main-main! Aku bosan!

"???"

Targetmu sekarang berada di .........................

"...Siapa?"

Good luck dan tetaplah, Survive!

Dan kemudian suara tersebut menghilang, bersamaan dengan menghilangnya gadis itu. Kalo diingat-ingat, suara itu adalah suara kedua yang kudengar selama aku di dunia ini. Dan gadis itu..... Akh! Aku lupa apa ciri-cirinya! Padahal aku melihatnya begitu dekat! Siapa dia? Sebenarnya???

Ah, aku pikirkan itu nanti! Jika dia tidak berbohong, Jeffrey Woods berada di sana. Mungkin tidak akan susah menemukannya. Aku sendiri pun bingung apa yang ia lakukan di sana?

Dan di sinilah aku berada. Setelah sekian lama aku berkeliling, mencarinya, akhirnya....

"AKHIRNYA AKU MENEMUKANMU! JEFF THE KILLER!" Dan setelah aku mengucapkan namanya, suara riuh serta teriakan lengking memenuhi telingaku. Aku bisa tahu itu dia! Aku tahu! Aku merasakan hawa pembunuh darinya.

Ayah, Ibu, Tuan dan Nyonya Woods, dan Liu Woods, lihatlah aku. Lihatlah aku yang akan membalas dendam atas nama kalian!

--------------------------------------------------------------------------------------------------------

Chapter 2 Ends Here.



When Creepypasta Comes AliveWhere stories live. Discover now