Chapter 6 : Help!

50 7 2
                                    

Vira

Aku sial banget dah hari ini!

Pertama, mama-papa pergi ke Balikpapan karena mama ada acara kedokteran entah apa namanya itu. Dan papa ikut sedangkan kami nggak diajak! Minggu siang mereka pulang.

Kedua, adikku, Vera, dia ada kemping sampai Minggu besok.

Ketiga, adikku yang bontot, Fitri, dia ada acara menginap pulak di rumah temennya dan bakal kembali sampai hari Minggu juga.

Dan aku, terpaksa, harus stay alive, in this big house! Well, ada pembantuku sih! Tapi tetap saja itu tidak akan membantu karna kami tidur beda lantai. Dan artinya, mau segimana pun aku berteriak kencang, di dalam kamarku, she still doesn't hear anything from down there! Bahkan jika aku sudah mati. Sucks, right? This is why I hate big houses!

Saat ini aku sedang nonton anime di laptopku. Yah, mau gimana lagi! Nggak ada kerjaan lain! Besok Sabtu nggak ada pr. Akhir-akhir ini aku susah kali tidur gara-gara.... Setiap malam (bukan setiap kali) aku berusaha untuk tidur walau aku udah ngantuk banget. Yang ada di kepalaku bukanlah mimpi-mimpi seperti aku sedang terbang, kissing and hooked up (eh?), dan lain-lain. Justru...

"Shh... Calm down, girl! Just go to sleep..." AAAH!! Ish, keinget lagi, kan?! Kok kayak mimpiin gebetan, sih? Dasar jomblo!

Gara-gara insiden di Keprimall dan juga di rumahku minggu lalu, aku harus lebih waspada. Jeff the Killer pasti sudah tahu siapa aku dan dimana aku berada. Jadi, aku menyimpan pepper spray dan (kali ini) pisau dapur yang ukurannya cukup besar di laci meja belajarku. Hihi... Mbak Tina pasti bakal nyariin, nih, ni pisau! Tapi, apa peduliku! Pokoknya aku selamat! Aku masih mau hidup, Ya Allah!

Dan.....

Sesuatu pun terjadi. Pintu kamarku diketuk. Aku pikir itu Mbak Tina yang udah selesai masaknya. Aku pun membuka pintu. Dan yang di depanku jelas bukan Mbak Tina.

"Boleh saya masuk?" tanyanya, sopan. Aku yang masih bingung hanya bisa mundur beberapa langkah, mempersilahkan dia masuk. dan ketika dia menutup pintu kamarku kembali,

"Pintu rumahmu samasekali tidak dikunci. Jadi aku bisa masuk dan mengunci pintunya." Ah, dia bisa tahu isi pikiranku? Siapa dia?

"Namaku Jane Arkensaw. Salam kenal." Shit! Dia beneran tahu isi pikiranku?!

"By the way, itu semua hanya tebakan. Bisa terlihat jelas dari mukamu." Oh! Well, that's a relief.

"Kamu mengunci pintunya? Kenapa?" tanyaku.

"Entahlah. Karena aku nggak mau ada yang ganggu?" Dia bahkan terlihat bingung dengan tindakannya sendiri?

"Kenapa kamu masuk ke sini? Kamu.... Ah, kamu wanita yang dibunuh ama Jeff the Killer di mall itu, kan?" tanyaku karena aku mengingat jaket serta topengnya. Tunggu dulu! Jika dia ingin membunuh Jeff di mall itu, maka sudah jelas kalau dia itu....pembunuh! Apa dia salah satu pelaku dari pembunuhan massal itu seperti Jeff?

"Ya. Dan aku punya firasat kau tahu siapa dia." Wanita itu menatapku. Aku tidak begitu bergidik saat melihatnya. Apa karena dia perempuan?

"Tentu saja aku kenal. Semua orang juga kenal," jawabku sambil menunjukkan layar laptopku. Terpampang sebuah web berisikan latar belakang tentang Jeff the Killer. Wanita itu memandangi layar itu dengan sedikit membungkuk. Aku tidak bisa tahu apa dia bingung, atau terkejut, atau apa, karena dia memakai topeng putih. Aku bisa melihat beberapa helai rambut coklatnya dibalik rambut hitamnya. Dia pasti memakai wig.

"Dan aku juga menemukan ini." Aku mengklik nama 'Jane the Killer' di web tersebut. Dan terpampanglah, sebuah foto yang sama persis dengan wanita di belakangku ini. Rambut hitam karena wig dan topeng putih yang (kata web ini) rupanya adalah hadiah dari Jeff.

When Creepypasta Comes AliveWhere stories live. Discover now