Chapter 8

45 5 3
                                    

Oookee... Mari kita kembali ke Aldina dan Vira!

Aldina

Aku membuka mataku. Dan aku melihat Vira mengguncang tubuhku. Oh, sudah berapa lama aku pingsan?

"Tante Dina! Bangun! Plis, bangun!" jeritan Vira semakin terdengar jelas di telingaku. Begitu kedua mataku terbuka seutuhnya, kedua mata Vira terlihat basah. Kenapa dia? Dia pikir aku mati?

"Kamu kenapa, Vir? Kok nangis gitu?" tanyaku sambil bangkit duduk. Dan aku benar, Vira beneran menangis. Jangan dia beneran berpikir kalau aku dah mati?

"Kenapa Vira sayang? Udah, ya, nangisnya! Cup...cup..cup..." Aku segera memeluk Vira supaya dia tenang. Rasa sakit di bahu serta kepalaku sudah mulai menghilang. Aku bisa kembali bergerak bebas.

"Jeffi tadi berantem sama anak kecil. Mereka mainnya pake pisau. Aku dah berusaha untuk melerai mereka. Tapi....tapi...." Napasku serasa berhenti ketika mendengar cerita Vira barusan. Siapa Jeffi? Anak kecil? Ben?

"Ben!" Aku langsung berdiri dan berlari meninggalkan Vira. Tidak! Tidak! Tidaaak! Ben! Jangan mati!

Begitu sampai di kamar, aku melihat Ben....

.

.

.

.

.

...sedang bermain monopoli bersama pria yang pasti namanya 'Jeffi'.

"Yes! Aku menang! Ayo, bayar lagi!!" seru Ben disambut oleh gerutuan si Jeffi.

"Sialan kau! Kau pasti curang, kan?!" Aku menjerit keras ketika mataku melihat tangan Jeffi bergerak cepat mencekik Ben.

"AAAAAAAAAAHHHHHHHH!!!!! JANGAN! BERHENTIII!!!" Dan semua pandangan menghadapku.

"Tante apaan sih?" tanya Ben. Jeffi masih dalam posisi mencekiknya. Dan itu membuatku stress.

"Siapa kau?! Ngapain kau di rumahku? Jangan bunuh-bunuh anak sembarangan, ya!" bentakku. Jeffi langsung menjauhkan kedua tangannya. Dan aku langsung memeluk Ben dan menangis.

---------------------------------------------

Jeff

Aku merasa aneh melihat tante itu memeluk Ben sambil menangis. Aneh? Kok aku merasa aneh?

"Tante Dina?" Vira muncul dari belakang pintu. Mata serta hidungnya merah. Kenapa dia menangis? Sejak kapan dia menangis?

KENAPA SIH CEWEK ITU SELALU MENANGIS?!

"Fiiuh, Alhamdulillah deh! Semua aman-aman saja!" seru Vira sambil menempelkan punggungnya di pintu di belakangnya. Aku masih tidak mengerti jalan pikiran anak ini.

"Vira! Ini siapa sih, Vira?! Kenapa dia main kasar ama Ben?!" Tante itu membentak lagi setelah memeluk Ben cukup lama. Hell, kenapa sih dia begitu marah? Aku dan Ben, kan, cuma main-main! Mainnya pun nggak gitu kasar amat pun!

"Ben? Nama ko... Ben?" Heh, bukannya jawab pertanyaan tante itu Vira malah nunjuk-nunjuk Ben. Baru tahu, ya?

"Ya, namaku Ben!" Ben menjauh perlahan-lahan dari tante itu.

"Ben Drowned?" DIa tahu nama lengkapnya? Apa ini bukan pertemuan pertama mereka?

"Darimana kau tahu?" tanyanya. Tante itu sepertinya juga punya pertanyaan yang sama dalam pikirannya.

"Mungkin lebih baik kita jangan bicara di sini, deh! Kenapa kita nggak ke tempat biasa? Sambil minum teh!" seru Vira sambil meninggalkan ruangan. Lagi-lagi, aku tidak mengerti maksudnya. Tempat biasa? Apa dia dan tante ini semacam genk? Kenapa mata tante ini sampai terbelalak?

When Creepypasta Comes AliveDonde viven las historias. Descúbrelo ahora