Chapter 7 : Meet......

43 7 4
                                    

Sebelum kita akan melanjutkan kisah Vira dan Aldina bersama Jeff dan Ben, mari kita kembalikan waktu sebentar.

-----

Aishiteru banzai! Koko de yokatta.... (Cheers for the love! I'm glad to be here....)

Aaah! Sungguh aku nggak tahan! Lagu ini nyentuh banget!

...watashitachi no ima ga koko ni aru (...Our present exists right here)

Kenapa aku mendengarkan ini? Harusnya aku dengerin lagu yang lain!

Aishiteru banzai! Hajimatta bakari ashita mo yoroshiku ne mada gooru janai (Cheers for the love! It's only just begun, I'm counting on you again tomorrow, We've yet to reach our goal)

Arrgh! Air mataku ampe meleleh lagi! Sial! Siaal! Sialan kau Love Live! Kenapa ini harus terjadi?!

Kenapa aku harus pindah di saat seperti ini?!

Kenapa?!

Kenapa!

Aku ingin sekali berteriak kepada kedua orang duduk di belakangku, bahwa aku tidak ingin pergi. Tidak sekarang. setidaknya, jika mereka mengizinkanku menghabiskan sisa waktuku bersama mereka, aku masih bisa memaklumi. Ini?! Hanya gara-gara paman brengsek itu meninggal, jadi kami harus pergi juga gitu? Padahal, ini hari perpisahan di SMPku. Hari terakhirku bersama teman-teman sekolahku sebelum akhirnya kami berpisah entah berapa lama. Seharusnya aku bisa tampil di panggung jika saja aku nggak naik pesawat bodoh ini!

Ah, mereka lagi ngapain, ya? Pasti mereka lagi... makan-makan? Selfie bareng guru? atau karaoke nggak jelas? Atau jangan-jangan mereka semua pada asyik dugem-dugem lagi! Iiiih, aku juga mau! Kenapa sih, paman itu harus meninggal di saat seperti ini? Sumpah, deh! Mau dia masih hidup atau udah mati masiih aja nyusahin!

"Ma! Kenapa kita harus pergi sekarang?" tanyaku pagi itu.

"Kita nggak punya pilihan lagi! Kita harus ke Batam sekarang!" seru Ibuku sambil memasukkan baju-baju ke dalam tas ransel.

"Kenapa sekarang? Kenapa nggak besok saja! Ifa kan ada acara, Ma!"

"Bisakah kamu nggak egois sekali saja, Kakak?!" bentak Ayah.

"Kita pergi sekarang, Ifa! Siapkan beberapa baju dan pakaian dalammu beberapa potong saja. Kita nggak lama! Cuman sehari, Sayang! Oke? Kan besok kalian masih bisa bertemu lagi, kan? Di SMA?

'Bertemu lagi' your ass, Mom! Mama nggak pernah ngalamin hari perpisahan ya, pas masih sekolah? Kasihan banget! Pesawat akhirnya lepas landas. Aku hanya bisa menghela napas. Dan memutuskan untuk....let it flow. Dengan perlahan aku memejamkan mataku.

Ugh, jam berapa ini? Udah sampai belom? Eh, belom! Aku masih dalam pesawat! Pas aku melihat bangku belakang papa dan mamaku lagi terlelap. Aku meluaskan pandanganku ke seluruh kursi kelas ekonomi. Semuanya pada duduk tenang. Ada yang baca koran, dengerin musik, ada juga yang tidur. Yang jelas, tidak ada seorangpun yang jalan-jalan. begitu juga dengan pramugarinya. Oke, mending aku ke toilet aja daripada pantatku pegal-pegal.

Wooah, aku seperti melayang! Kakiku tetap menempel pada karpet tapi seluruh tubuhku serasa bergoyang. Apa seperti inikah rasanya bergerak di ruang tanpa gravitasi? Pasti susah juga. Aku meneruskan jalanku sampai akhirnya sampai di depan bilik toilet. Aku memasuki bilik kecil dan langsung menguncinya. Sisanya nggak boleh tahu, ya!

--------------------------

Ah, akhirnya sampai! Di Batam. Tempat terkutuk. Aku berharap aku tidak akan pernah datang ke sini. Tempat dimana terbentuknya memori-memori terburuk dalam hidupku. Gara-gara tempat ini, aku sudah mendapatkan memori terburuk yakni melewatkan memori terbaik dalam hidupku. Acara perpisahan itu harus kutinggalkan demi mengunjungi tempat ini. Yang benar saja! Makin benci aku ama pulau ini.

When Creepypasta Comes AliveWhere stories live. Discover now