Chapter 9

43 4 0
                                    

"Ada apa, sih, Ben? Kau kayak nggak mau kasih tahu sesuatu ke mereka, ya?" tanya Jeff begitu mereka sudah keluar dari klinik. Ben hanya diam dan kembali berjalan begitu melihat Jeff.

"Kita bicara agak jauh saja. Aku nggak mau ada yang dengerin ini." Ben berjalan cepat menelusuri jalanan. Jeff hanya mengikuti sambil memperhatikan sekeliling. Sepi, adalah kata yang tepat untuk mendeskripsikan sekitar mereka. Yah, mungkin sudah malam kali, ya? Entahlah. Jeff sendiri terus mengikuti Ben sambil melihat sekeliling, tanpa memedulikan firasat anehnya.

"Ben, kayaknya kita dah terlalu jauh, deh! Lagian ini udah malem. Mana ada yang mau dengerin kita?" tanya Jeff sambil memain-mainkan buff pemberian Vira. Sepertinya ukurannya pas dengan kepalanya.

"Baiklah! Sepertinya kita aman di sini." Ben berhenti di sebuah gang. Walau Ben merasa aman, Jeff merasa mereka berada di tempat yang salah. Tapi demi mendengarkan cerita Ben, Jeff menahan semua itu.

"Jadi ada apa?" tanya Jeff to the point.

"Jeff, kamu sudah berapa kali mati?" tanya Ben.

"Seingatku, kayaknya baru sekali, deh! Kenapa?"

"Aku sudah mati lebih dari sepuluh kali selama tiga mingguan ini. Terus, dengarkan aku dulu!" Ben berhenti karena Jeff pasti hendak menimpali ucapannya. Padahal Ben sendiri belum selesai bicara. Jeff langsung diem kembali.

"Oke, aku sudah mati lebih dari sepuluh kali. Dan setiap kali kau mati, kau pasti langsung berada di sebuah dunia merah-merah gitu, kan?" Jeff mengangguk.

"Dan setiap kali aku berada di sana, aku melihat ada orang lain ada di dunia itu. Mereka mungkin posisinya berjauhan, tapi aku pernah melihat kamu dalam posisi dekat. Aku ada di belakangmu kalau nggak salah. Tidak begitu dekat, tapi dari rambut panjang yang kulihat sekarang ini aku yakin bahwa yang aku lihat itu kau, Jeff!" Jeff hendak angkat bicara tapi langsung ditahan kembali oleh Ben.

"Aku tahu kau ingin bilang sesuatu tapi, dengarkan aku dulu!" Dan Jeff lagi-lagi diam kembali.

"Oke, aku melihatmu dari belakang. Dan aku melihat seseorang. Seorang wanita. Dia memakai dress putih dan rambutnya sebahu. Yah, aku nggak tahu itu orang apa bukan soalnya dia mendekatimu dengan melayang. Tahu? Kayak hantu. Dan dia langsung memelukmu dari belakang dan sepertinya wanita itu membisikkan sesuatu ke telingamu."

Tubuh Jeff menegang. Jadi wanita berpakaian putih serta berambut hitam sebahu itu, itukah Hime? Tuhannya?

"Dan kau pasti sering denger suara-suara, kan, di kepalamu? Dia menyebut dirinya 'Hime'. Aku sudah cari dan Hime itu artinya 'Tuan Putri'. Jangan tanya aku cari dimana, ya! Oke-"

"Kenapa kau merahasiakan ini? Vira mungkin tahu siapa kita sebenarnya, tapi dia nggak tahu alasan kita ada di sini. Aku ingin kasih tahu tapi mata kau seolah mengatakan 'jangan'. Kenapa?" tanya Jeff. Sepertinya dia sudah nggak sanggup lagi menahan pertanyaannya.

"Karena aku pernah memberitahu ini ke orang lain, Jeff! Manusia di dunia ini. Sama seperti Vira dan Tante Dina. Dan kau tahu apa yang terjadi kepada mereka setelah aku beritahu semua itu, terutama tentang Hime? Mereka menjadi abu!" Untuk kedua kalinya tubuh Jeff menegang dan serasa bergetar.

"Langsung menjadi abu begitu aku mengucapkan 'Hime' di depan mereka! Bisa bayangin nggak, Jeff? Mereka mati di depan kita padahal kita belum sempat nyiksa mereka! Sakitnya dimana, coba?" Jeff mengangguk setuju. Melihat manusia mati sebelum mereka sempat bermain dengan mereka, itu jelas merupakan penyiksaan berat bagi para pembunuh. Apalagi yang mendapat julukan Creepypasta.

"Karena itu, jangan kasih tahu manusia lain! Paling nggak kasih tahu ke siapapun yang berhubungan dengan kita! Sesama creepypasta!" seru Ben sambil mengarahkan kepalan tangannya ke Jeff, dan disambut oleh kepalan Jeff.

When Creepypasta Comes AliveWhere stories live. Discover now