Bagian 11

10.3K 1.6K 735
                                    

Dedarah
Bagian 11

a novel by Andhyrama

www.andhyrama.com// IG: @andhyrama// Twitter: @andhyrama//FB: Andhyrama// Ask.fm: @andhyrama

○●○

Lebih sering nonton TV atau buka Youtube?

Apakah kalian suka mengikuti channel yang membahas hal seram di Youtube? Kalau ada channel apa itu?

Jika kalian berada di kuburan sendirian dan pelan-pelan semua penghuni liang lahat keluar dari tanah, apa reaksi kalian?

Jika kalian berada di sebuah kereta dan menyadari kalau kalian penumpang manusia satu-satunya, apa yang akan kalian lakukan?

Apakah kalian percaya bahwa ayam bisa melihat hal ghaib? Ada yang mengatakan ayam berkokok di pagi hari mengindikasikan bahwa mereka melihat malaikat dan membangunkan manusia untuk bangun agar tidak kehilangan rezeki.

Apakah kalian percaya bahwa gagak hitam menyampaikan kematian? Mitos mengatakan jika ada suara gagak yang muncul malam hari, maka akan ada seseorang yang mati di daerah itu. 

○●○

"Penghapus baruku hilang!" Naya berseru kesal. Dia menggeledah tasnya, mencari-cari dengan panik.

"Mungkin jatuh," kataku yang mulai membuka kotak bekal.

Naya berhenti mencari, dia menoleh ke arah salah satu meja. Aku yakin dia tengah memperhatikan meja Ajeng dan Dewi. Keduanya sedang ke kantin.

"Aku akan menggeledah tas Ajeng," kata dia yang kemudian berdiri.

"Jangan," bisikku sembari melihat sekeliling, ada beberapa anak yang masih ada di kelas ini, semuanya sedang sibuk sendiri.

"Kamu ingat pulpenmu? Atau penggarisku waktu itu? Semua dicuri oleh Ajeng," kata Naya yang tampak marah.

"Maksudku, nanti saja kalau dia sudah kembali," ucapku. "Bicarakan baik-baik dengannya."

Naya menggeleng. "Aku akan menggeledahnya sekarang!" Dia berjalan ke arah tas di kursi Ajeng, mengambilnya, dan membukanya. "Ketemu!" Naya menunjukkan penghapus berbentuk kepala Doraemon itu.

"Apa yang sedang kau lakukan dengan tas Ajeng?" tanya Dewi yang tiba-tiba muncul.

"Mengambil barang milikku yang dia curi," jawab Naya santai.

"Itu penghapus punya Ajeng, dia tidak mencurinya," kata Dewi.

"Dewi. Kita sama-sama tahu kalau ada barang kita yang hilang pelakunya pasti Ajeng," jawab Naya dengan enteng.

"Tapi, aku yang menemaninya membeli itu," kata Dewi tampak yakin.

Aku tidak ingin ikut campur dengan masalah itu. Kuperhatikan anak-anak lain sepertinya tengah memperhatikan Naya dan Dewi yang terus berdebat. Lalu, pandanganku berhenti di meja paling pojok, meja Hani.

Dia sedang menggambar sesuatu. Aku berdiri untuk bisa melihat apa yang sedang dia gambar. Lalu, aku melihat penghapus itu. Penghapus bentuk kepala Doraemon. Aku pun memberanikan diri untuk mendekat ke arahnya.

"Dari mana kau dapatkan itu?" tanyaku dengan lirih.

Hani masih terus mengambar. Dia sedang menggambar sebuah pohon. Lalu, aku mengulangi pertanyaanku, tetapi dia tetap tidak menoleh. Aku sebenarnya ingin mengatakan tentang beberapa hal yang dia lihat dan hal-hal yang dia lakukan. Namun, saat aku melihat darah menetes ke buku gambarnya. Aku membatalkannya.

Dedarah 「END」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang