Bagian 04

13.3K 1.9K 515
                                    

Dedarah
Bagian 04

a novel by Andhyrama

www.andhyrama.com// IG: @andhyrama// Twitter: @andhyrama//FB: Andhyrama// Ask.fm: @andhyrama

○●○

Apa salahnya membawa perasaan dalam segala hal? Aku manusia bukan robot.

○●○

Kekuatan seperti superhero apa yang ingin kalian miliki?

Me: kekuatan listrik, biar nggak ada acara baterai lowbat lagi lol

Bagaimana cuaca di daerah kalian saat ini?

○●○

Rajo tidak bicara sama sekali di meja makan. Diam-diam, dia mencuri pandang ke arahku, tetapi saat aku melihatnya, dia buru-buru mengalihkan perhatian. Dia pasti masih memikirkan perkataanku.

"Bagaimana sekolahmu?" tanya Ibu setelah menyelesaikan makan malam yang semuanya aku sendiri yang buat.

Ibuku punya Rambut yang lurus sepertiku, tetapi dia sedang ubah modelnya menjadi seperti Cristine Panjaitan—rambut bergelombang sepanjang bahu. Wajahnya cantik dan dia tetap terlihat muda walau usianya hampir kepala empat.

"Seperti biasa," kataku yang sedang tidak ada selera untuk bicara.

"Ibu sedang mencari rumah di kota," kata dia.

"Aku suka rumah ini," kataku yang tidak ingin pindah.

"Rumah tua ini?" sindir Ibu yang kemudian memandangi sekitar dengan agak jijik.

"Jika Ibu pindah karena tidak ingin teringat tentang Ayah di rumah ini, kurasa itu bukan keputusan bijak," kritikku yang kemudian menuangkan air putih dari teko ke gelas.

"Ibu sedang mencari rumah yang jauh lebih bagus. Kamu mau kan tinggal di perumahan? Ibu juga akan memilihkan sekolah terbaik untuk Rajo. Kamu juga bisa pindah ke sekolah yang lebih baik, kan?" Ibu sedang mencoba meluluhkanku agar mau pindah.

"Memangnya Ibu punya uang? Toko di kota memangnya begitu menghasilkan, ya?" sindirku.

"Itu bukan masalah yang perlu kamu khawatirkan," kata ibuku yang tampak santai. Ia mengambil apel di meja dan mulai memakannya.

"Silakan aja Ibu pindah, aku masih mau di sini," ujarku.

"Ibu akan mengubah pemikiranmu," kata dia.

"Justru aku yang akan mengubah pikiran Ibu," kataku. "Tanpa aku, Ibu sama sekali tidak bisa menjaga Rajo."

"Justru saat di kota, Ibu bisa memantaunya," kata dia seraya mengelus Rajo yang masih belum selesai menghabiskan isi piringnya.

"Terserah Ibu," kataku yang kemudian berdiri. "Kamarku bocor, kirim orang untuk membenarkannya," tambahku saat berjalan di lorong.

"Tidak ada kamar bocor lagi jika ada di rumah baru," kata dia yang membuatku menoleh kembali ke belakang.

Aku terbaring di ranjangku. Aku sudah menggeser ranjangku agar tidak berada di bawah bagian langit-langit yang bocor. Di lantai, sudah kusiapkan baskom untuk menampung air yang mungkin akan kembali menetes saat hujan.

Hari ini sungguh melelahkan. Banyak hal yang terjadi. Pikiranku benar-benar tidak karuan. Kutolehkan wajahku ke arah nakas, inhalerku ada di sana, di samping gunting besi. Aku kembali bergidik mengingat kata-kata Rajo, termasuk mengingat sosok mirip Rajo yang membuatku terus bertanya-tanya apakah itu nyata atau hanya halusinasiku.

Dedarah 「END」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang