Bagian 12

9.9K 1.5K 598
                                    

Dedarah
Bagian 12

a novel by Andhyrama

www.andhyrama.com// IG: @andhyrama// Twitter: @andhyrama//FB: Andhyrama// Ask.fm: @andhyrama

○●○

Lebih sering buka Facebook atau Twitter?

Percayakah kalian malam Jumat Kliwon adalah malam sakral dan mistis?

Sebutkan hantu asal luar negeri yang kalian tahu!

Kalau kalian berada di sebuah terowongan dan di belakang kalian ada tukang begal dan di depan kalian ada pocong, kalian bakal lari ke mana?

Kalau kalian  lagi naik motor dan di belakang kalian ada Mbak Kun yang bonceng, apa yang akan kalian lakukan?

Setujuhkah kalian kalau hantu suster ngesot merendahkan profesi suster?

○●○

"Jadi, dia sedang menyelidikinya?" tanya Naya yang sekarang sedang membuka kulit kacang dan kemudian memakan isinya.

Aku dan Naya sedang ada di ruang tamu, duduk di sofa sembari mengerjakan PR dan makan camilan. Aku tidak membicarakan Sari ataupun masalah penghapus yang ditemukan Hani—dan insiden di perpustakaan. Walau Naya adalah sahabat terdekatku, bukan berarti dia harus tahu segalanya. Aku juga tidak memberitahunya soal teori gilaku bahwa Darma akan mengajakku tidur dengannya, motif-motif yang kuungkapkan pada Darma, atau tentang sosok misterius yang menyerupai Rajo. Tapi, ada satu hal yang ingin kuberitahu padanya.

"Kamu penasaran tidak, kenapa aku tiba-tiba mau minta bantuan ke Darma?" tanyaku ke Naya.

Naya mengangguk, lalu memandangku dengan serius. "Iya. Apa? Kenapa? Ayo ceritakan!"

"Jadi, aku didatangi makhluk halus malam Jumat kemarin. Dia punya rambut yang sangat panjang, melilit tubuhku di atas ranjang, lalu dia berdiri di hadapanku, menggunakan jari-jarinya yang seperti gunting—atau memang gunting. Lalu, mencukur poniku," ungkapku yang kemudian menunjukkan poniku yang tidak rata lagi.

Naya tampak merinding. "Serius. Seram banget!"

"Aku rasa dia itu sosok penyihir," ungkapku. "Maksudku dia penyihir yang sudah mati dan arwahnya masih gentayangan."

Naya tiba-tiba antusias. "Kamu pernah dengar cerita tentang rumah tua di daerah barat kota, tidak?" tanya Naya.

"Rumah tua?" tanyaku bingung.

"Iya. Ada sepupuku yang sekolah di daerah sana. Katanya ada anak yang tinggal di rumah tua yang besar itu. Banyak gosip yang mengatakan kalau penghuninya adalah penyihir. Nama anaknya itu Amanda dan kebetulan sekali, ibunya sudah meninggal. Jangan-jangan, yang kamu temui itu ibunya Amanda," ungkap Naya yang kemudian bergidik takut.

"Amanda dikira penyihir oleh teman-temannya, maksud kamu?" tanyaku.

"Iya. Otomatis ibunya juga, kan?"

Apa benar yang dikatakan Naya. Namun, dia suka sekali termakan gosip-gosip tidak berdasar seperti itu. Lebih baik aku abaikan saja. Aku harus menunggu Darma.

"Eh, Rajo punya Nintendo, ya?" kata Naya.

"Iya. Itu dia lagi main di ruang tengah," jawabku.

"Aku ikut main dengannya ah," kata Naya yang kemudian berdiri dan menuju ke ruang tengah.

Dedarah 「END」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang