YC. 3

98.6K 5.2K 125
                                    

Nayla's POV

Hari senin adalah hari yang selalu dianggap mengerikan oleh semua pelajar dan untuk senin sekarang akan terasa lebih mengerikan lagi karena adanya UAS.

Dan pelajaran UAS hari pertama ini adalah Matematika Wajib, Bahasa Indonesia dan Agama. Matematika Wajib T.T

"Nay lo seruangan'kan sama gue?" tanya Niken dan sontak membuatku terlonjak kaget. Bagaimana tidak aku yang sedang serius mencari namaku dan teman dudukku tiba-tiba dikagetkan dengan suara cemprengnya itu.

"Gak perlu ngagetin gue juga kali Ken," omelku sebel sementara yang diomeli malah tersenyum tanpa dosa.

"Wihh gue duduk di belakang. Yehhh," ucapnya bersorak-sorai penuh kemenangan yang itu artinya dia dapat dengan leluasa bekerja sama dengan yang lain.

Dan ternyata namaku ada di bangku nomor pertama dan parahnya lagi tepat di depan meja guru, itu artinya tidak akan ada kesempatan bagiku bahkan hanya untuk menengok ke belakang.

Asal kalian tau para guru di sekolahku itu jika sedang mengawasi Ujian, mata mereka akan menjadi sangat jeli.

"Gue di depan masa," ucapku lemas.

"Sabarin aja Nay, matematika lagi, yah gimana amal juga sih."

"Kurang ajar lo Ken," ucapku seraya menoyor kepalanya.

"Aww... btw lo duduk sama siapa Nay?" tanya Niken sambil mengusap-usap kepalanya.

"Kagak tau, gue lemes Ken. Mending gue belajar buat persiapan gak akan bisa nanya." Aku berjalan ke dalam ruanganku dan duduk di bangku paling depan di depan meja guru.

Untunglah tempatku dan si Rabies jauh, jika tidak? Mungkin aku akan lebih tersiksa.

"Nay," bisik Niken di telingaku.

"Apa? kenapa lo masih di sini bukan cepet ke meja lo sendiri," ucapku tanpa mengalihkan pandangan dari buku berisi rumus dan angka-angka di depanku.

"Itu Nay...," ucapnya mengantung.

"Itu apa sih Ken?" tanyaku masih tanpa menengok.

"Dia ngedeketin Nay,"

"Apa sih Ken, siapa yang ngedeket?" Ketika aku akan mengalihkan pandanganku ke arah Niken, suara itu langsung membuatku diam membeku. Ya, suara itu.

"Nomor 383?" tanyannya entah padaku atau Niken. Masalahnya aku sama sekali tidak berani menatap kearahnya.

"Ehh... iyah Kak, ini di sini. Saya ke belakang." Niken pun pergi meninggalkanku sendiri disini.

Please Ken jangan tinggalin gue sendiri sama dia. Gue bisa mati beku di sini. Batinku

"Nayla kan?" tanyanya padaku dan dengan keberanianku yang tersisa aku mengalihkan pandanganku padanya dan mengangguk.

"Iyah Kak... ehh maksud saya senpai."

"Nanti pulang sekolah kumpul eskul dulu buat pemilihan ketua baru. Kamu tau kan sama bentar lagi lengser."

Senyumannya, subhanallah... sangat manis dan jauh berbeda dari senyuman evil si Rabies yang jadi santapanku setiap hari.

Wajah blaseran Jepangnya, senyumannya, mata sipitnya, sangat tampan dan jika diperhatikan lebih seksama wajahnya sangat mirip dengan aktor Jepang, Kento Yamazaki. Ataukah mereka kembar?

Dan satu lagi dia tak kalah ganteng dan popular dari si Rabies yang disebut-sebut sebagai cowok terganteng dan terpopular. Sebelas, duabelaslah. Tapi dia tidak player seperti si Rabies.

"Ya, Senpai."
Dia kembali tersenyum ke arahku.

Please Kak jangan senyum kaya gitu, jangan buat aku meleleh dengan senyuman menawanmu itu. Hayati gak kuat Kak 0_o *Abikan:3*

***
Bel tanda pulang sekolah pun akhirnya berbunyi itu artinya penderitaanku hari ini karna UAS berakhir dan tinggal 5 hari lagi. Untungnya aku duduk dengannya, jika tidak mungkin aku sama sekali tidak akan dapat mengerjakan soal matematikaku tadi.

"Arsen, lo dicariin sama sensei di ruang guru," ucap salah seorang temannya dari ruang sebelah seraya menepuk bahunya pelan.

"Ok, Thanks Ka."

"Oh iyah Nay, langsung ke tempat latihan biasa aja yah."

Aku hanya dapat mengangguk dan terus memperhatikan bayangannya yang sudah menghilang di balik tikungan.

"Hayoo... liatin apaan?" ucap Niken tiba-tiba.

Apa dia memang hobi membuatku kaget yah?

"Kebiasaan lo Ken, untung gue gak punya penyakit jantung."

"Hahaha... lagian lo liatin apa sih ? Atau jangan-jangan lo liatin kak Arsen kan? Hayoo ngaku aja deh Nay."

"Nggak kok... gak penting amat."

Lagi pula aku sudah puas kok liatin dia tadi pas ulangan dan itu akan terjadi selama 5 hari kedepan. Ya kan?

"Alah... alasan yang gak masuk akal Nay, jelas-jelas tadi kalian ngobrol dan kak Arsen pamit duluan," celotehnya lagi.

Ya udah sih kalo emang dia tau gak perlu nanya. Batinku.

"Terserah lo aja, Ken. Lo mau ikut gue kumpulan eskul gak?" tanyaku basa-basi dan sudah pasti dia akan menolaknya.

"Males, orang gue gak ikut eskul karate ngapain juga ikut kumpul bareng anak karate sama lo, yang ada gue bakal malu sendiri, Nay."

"Kali aja lo mau liatin Kak Arsen," godaku dan dia malah memelototiku dengan sangan intens.

"Enak aja, gue gak suka sama kak Arsen gue lebih suka sama si 'Itu'."

"Elah Ken. Si itu siapa sih? Dari waktu itu si 'Itu' mulu. Lo pikir gue paranormal yang bisa baca pikiran lo apa?"

"Ya pokoknya si 'Itu' yang cakep, pinter, baik, meskipun gue gak yakin soal yang terakhir. Yang pasti gue suka sama dia," katanya dengan antusias dan tanpa ia sadari pipinya sudah menampakan semburat merah.

"Cerita sama gue napa? Gue kan sahabat lo."

"Nanti aja deh. Kalo lo tau yang ada lo bakal gak suka."

"Udah lah, mending sekarang lo ke sana gih, dari pada nanti kak Arsen sama yang lain nungguin lo kelamaan. Gue duluan, bye."

"Ken, jangan pulang duluan napa, anterin gue dulu.," teriakku padanya yang sudah mulai menjauh.

Okk, dia sudah tidak dapat aku harapkan untuk mengantarku kali ini. Dan artinya aku harus ke sana sendiri.

¤¤¤
Young Couple

Young Couple [Completed]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora