YC. 7

72.5K 4.5K 19
                                    

Nayla's POV

Setelah berkutat lama dengan pikiranku aku putuskan untuk berhenti memikirkan hal-hal aneh itu.

Ya, lebih baik aku segera mencari cup yang dimaksud Mama, bukan? Dan ternyata tak perlu waktu lama untukku menemukannya.

"Nih, Ma," ucapku seraya memberikan bungkusan keresek berisi cup pada Mama.

Setelahnya aku langsung kembali ke depan televisi dan melanjutkan tontonanku yang tertunda tadi. Meski di pikiranku saat ini sedang bergelut berbagai macam pertanyaan.

'Tumben banget Mama masak banyak.'

'Trus rumah pake segala di dekor-dekor gitu lagi.'

Ting... Tong...

Tumben banget ada yang datang pagi-pagi begini, teman arisan Mama? Gak mungkin deh, ngapain juga mereka shubuh-shubuh kesini. Awuahh...

"Nay, bukain pintunya gih!"

Sebagai anak tunggal yang baik aku harus patuh kepada perintah orangtuaku, bukan? Dari pada aku nanti menjadi anak durhaka.

Ketika aku membuka pintu ternyata yang datang adalah Om Alfi dan Tante Andin juga bersama Aldi yang kini sedang bergelayut manja di pundak Om Alfi. Ahh, mengemaskan.

Aku pun langsung bersalaman kepada mereka berdua dan mempersilahkan mereka masuk, tapi tidak untuk Aldi. Aku kini sudah menyandranya di pangkuanku. Dia itu sangat mengemaskan di usianya yang memang baru 1 tahun.

"Loh kok pengantinnya belum siap gini sih?" tanya Tante Andin setelah berbincang sesaat dengan Mama dan berhasil membuat mataku membulat sempurna.
Apa maksudnya coba? Pengantin? Emang siapa yang mau nikah sih.

"Nay, kok masih pake celana jeans sama kaos gini doang. Bukannya siap-siap pake gaunnya," tambahnya lagi dan sangat jelas itu mengarah padaku. Aku?

Kuputar pandanganku ke arah Mama meminta penjelasan tentang ucapan Tante Andin barusan.

"Mama cuma pengen kamu cepet Nikah," jawabnya dengan senyum yang tak dapatku artikan.

"Nikah gimana maksud Mama?" tanyaku masih tak mengerti maksud dari ucapannya barusan.

"Ya nikah Nay, Mama sama Ayah udah janji sama sahabat Ayah untuk menikahkan kamu dengan anaknya."

"Nay masih belum ngerti deh Mah. Jadi semuanya ini udah Mama sama Ayah siapin buat nikahin Nay gitu? Nay kan masih sekolah Mah," ucapku sedikit agak tak suka.

Bagaimana tidak aku sama sekali tidak tahu-menahu tentang pernikahan ini. Dan mereka sudah mempersiapkannya? Hei, aku masih sekolah dan mereka tau itu.

"Bukannya kamu pernah bilang pengen nikah muda'kan? Ya, jadi apa salahnya kalo Mama juga pengen kamu cepet nikah?"

Tunggu! Apakah Aku memang pernah bilang seperti itu. Ingin nikah muda? Tapi kapan?

Nihil. Meskipun aku sudah berusaha untuk mengingatnya,tetap saja aku sama sekali tidak ingat pernah mengatakan ingin nikah muda pada Mama.

"Loh, Nay, kok kamu belum siap-siap sih?" tcap Ayah yang baru saja keluar dari kamarnya.

Aku memandang penuh tanya ke arahnya. Masih meminta penjelasan tentang semua ini.

"Ayah yang suruh Mama kamu supaya jangan dulu bilang sama kamu Nay."

"Tapi Yah...."

"Udah sekarang mending kamu siap-siap. Ayah yakin kamu bakal bahagia kok sama dia. Dia itu ganteng, pinter, tinggi. Kurang apa lagi coba Nay, bukannya dulu juga kamu pernah bilang pengen punya suami yang tinggi'kan? Dia anak sahabat Ayah Nay. Jadi Ayah yakin dia bisa jadi suami yang baik buat kamu."

Young Couple [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang