YC. 31

64.3K 3.8K 58
                                    

Malam yang sangat cerah, dan ditemani dengan suasana café yang cukup ramai oleh pengunjung dan juga beberapa kerabat dan temen-teman Tante Anna-Ibu Kak Arsen.

"Arsen tuh sering banget cerita tentang kamu ke Tante, Arsen bilang kamu tuh cantik, tomboy, baik, lucu dan ya kayanya Arsen emang benar deh, tapi Tante gak setuju sama yang tomboy itu. Orang kamu cantik banget kaya gini masa dibilang tomboy," ucap Tante Anna disertai kekehan.

"Hehe, Nay emang agak tomboy sih, Tan," kataku jujur dan memperlihatkan cengiran kuda khas yang kumiliki.

"Arsennya ke mana, Nay?" tanya Tante Anna padaku.

"Tadi katanya ada perlu dulu di dalam, Tan," jawabku sopan.

"Ya udah, kamu tunggu aja yah, Tante mau ke depan dulu nyapa yang lain," pamit Tante Anna.

Beberapa menit setelah Tante Anna keluar, maksudku menemui teman-temannya yang lain, sebuah suara piano memecah lamunanku dan seluruh pengunjung di dalam ruangan ini beralih mencari sumber suara tersebut, begitupun aku yang juga ikut penasaran.

Seorang lelaki dengan pakaian yang sama seperti Kak Arsen sedang duduk di depan sebuah grand piano yang ada di panggung kecil tepat di tengah ruangan. Alunan musik yang tidak aku ketahui judulnya itu terdengar sangat menenangkan dan tangan lelaki itu begitu lincah menekan tuts-tuts piano di depannya. Ya, lelaki itu adalah Kak Arsen bukan karena baju yang dikenakannya sama tapi itu memang dia.

Cafe dengan nuansa alam yang di mix dengan sentuhan klasik di dalamnya, ditambah dengan sebuah panggung kecil dan grand piano yang ada di tengah ruangan. Menurut informasi yang aku dapat dari Tante Anna, semua dekorasi dan desain yang ada di sini adalah ide Kak Arsen.

Musik yang dibawakan Kak Arsen sukses membuat semua pengunjung bertepuk tangan dan bersorak kagum, bahkan ada yang memintanya untuk bermain sekali lagi dan aku pun memang ingin mendengarnya sekali lagi. Akhirnya Kak Arsen kembali memainkan pianonya dengan lagu yang berbeda tetapi tetap indah untuk didengar dan kembali mendapatkan tepuk tangan dari semuanya.

Sekarang Kak Arsen sudah berada di depanku, duduk manis sambil tersenyum menemaniku yang sedang menikmati sepotong cake dengan toping tiramisu di atasnya.

"Kakak bisa main piano ternyata, bagus banget loh Kak permainannya," pujiku yang mendapat senyuman darinya.

"Kamu suka?"

"Suka banget."

"Bisa ikut saya sebentar?" tanya Kak Arsen ragu.

"Ke mana?" kataku balik bertanya, tapi Kak Arsen malah bergumam.

"Nanti juga kamu tau," katanya misterius.

Akhirnya aku mengekorinya pergi ke tempat yang dimaksud. Sebuah taman kecil yang ada di samping Cafe ini, dengan sebuah gazebo yang di dalamnya terdapat sebuah meja kecil untuk tempat minum teh. Gazebo itu sekarang sudah dihiasi oleh lilin-lilin kecil di sekelilingnya. Dari sini kalian dapat melihat pemandangan langit yang begitu indah, karena gazebo ini tidak dibatasi oleh dinding tembok, melainkan hanya berdinding anyaman bambu yang menutupi setengah bagiannya, tapi menurutku ini sangat nyaman dan satu hal yang pasti aku sangat menyukainya.

"Kamu suka?" tanya Kak Arsen tiba-tiba yang membuatku sadar akan lamunanku tadi.

"Suka, indah sekali," jawabku takjub. "Kakak yang desain juga?" tanyaku yang mendapat anggukan ragu dari Kak Arsen.

"Saya juga suka tempat ini, langit, bintang, bulan, angin dan nuansa alam ini selalu mengingatkan saya pada Ayah," ujarnya pelan seakan mengingat kenangannya bersama sang Ayah yang sudah meninggalkan Kak Arsen dan Ibunya untuk selamanya.

Young Couple [Completed]Where stories live. Discover now