Bagian 7 ~ Bertemu lagi

7.4K 168 0
                                    

(Enam Tahun Kemudian)

Sekarang karir modellingku semakin melonjak. Banyak tawaran yang berdatangan padaku. Dengan senang hati aku menerimanya. Namun ada satu hal yang tidak aku terima yaitu menyanyi. Aku selalu ditertawakan manajerku sekaligus sahabatku Ningsih. Bahwa aku terlalu khawatir. Terlalu takut. Aku hanya mengatakan padanya bahwa aku tidak tahu nada-nada dalam bernyanyi.

Resiko menjadi terkenal hanya satu bahwa kau harus siap diikuti oleh wartawan kemanapun kau pergi. Namun aku tidak pernah mengeluh. Aku tahu mereka hanya mencari berita untuk pekerjaan mereka.

Aku telah membangun kembali rumah kakak-kakakku di Semarang. Mengirimi mereka cukup uang setiap bulannya. Saat aku ada waktu, aku pastikan untuk pulang. Rumah mungilku kubiarkan begitu. Tidak kurubah. Banyak kenangan disana. Aku hanya mempekerjakan orang untuk merawat rumah mungilku.

***

Dering telepon membangunkanku. Dengan malas kuangkat telepon tanpa melihat lagi siapa yang menelepon. Aku sudah tahu ini pasti Ningsih.

“Kenapa Ning?” tanyaku serak.

“Kau masih tidur Mina?” tanyanya Ning dengan cemas.

“Aku lelah, kau kan tahu tadi malam ada pemotretan dan konferensi pers film terbaruku yang pertama. Jadi aku lelah. Biarkan aku tidur sebentar.” jawabku sambil menguap.

“Sebagai manajermu, aku mengingatkan padamu bahwa sekarang kau ada pertemuan dengan pak irawan. Pimpinan perusahaan mobil terbaru. Apa kau lupa?” Ningsih selalu bisa menempatkan persahabatan dan bisnis dengan tepat.

Dengan malas aku turun dari tempat tidur di apartemenku. Melirik jam weker yang duduk manis dimeja riasku menunjukkan pukul sembilan pagi.

“Oke… oke.. oke…” aku mendesah kekalahan.

“Baiklah. Aku akan kesana satu jam lagi!” jawabnya dengan riang dan menutup telepon.

 Setelah selesai mandi dan berpakaian aku memutuskan untuk membuat sarapan sembari menunggu Ningsih datang. Dengan perlahan-lahan aku melahap roti sandwich buatanku.

Aku mendengar pintu apartemenku terbuka. Aku memang memberikan kunci apartemenku kepada Ningsih juga. Ditangannya dia memegang bunga sedap malam. Lagi. Diletakkannya bunga itu di meja dapurku.

Dengan pandangan bingung dia menatapku “Aku penasaran siapa fans yang begitu tahu bunga kesukaanmu.”

Aku mengangkat bahu. Ini adalah ke sembilan belas kalinya orang misterius itu mengirimkan bunga. Bunga sedap malam. Aku memang menyukainya.

“Mungkin secara tidak sengaja aku pernah mengatakan kepada wartawan bahwa aku menyukai bunga itu.” kataku tenang. “Lagi pula aku menyukainya.” Tambahku lagi. Aku meletakkan bunga itu kedalam vas bunga kristalku.

“Oke. Orang itu begitu terobsesi denganmu.” Kata Ningsih lagi dengan nada curiga mengikutiku keluar apartemen.

Kami masuk kedalam mobil. Mobilku adalah Suzuki Karimun. Aku begitu menyukai mobil ini. ini adalah mobil pertama hasil jerih payahku sebagai model. Dan aku tidak berniat untuk menggantinya.

kami sampai disebuah perusahaan mobil baru. Disana kami disambut oleh seorang gadis yang duduk dibelakang meja resepsionis.

Ningsih mendekatinya dan mengatakan “Maaf mba, kami ingin menemui pak Irawan. Katakan padanya bahwa Nona Mina sedang menunggu.”

Aku memang menambahkan kata Nona didepan namaku pada saat aku pertama kali menjadi model. Untuk menambahkan keberuntungan begitu Andi suami Ningsih mengatakan kepadaku dulu.

Cerita Cinta 1: Tentang aku dan diaKde žijí příběhy. Začni objevovat