Epilog

8.1K 196 5
                                    

Satu tahun hubungan kami, kami tidak bisa merayakannya. Dia mengatakan padaku bahwa dia akan mengadakan meeting penting dengan tamu asal jepang, akupun mengatakan hal yang sama bahwa akan ada pemotretan untuk sebuah majalah Fashion dan mereka mengambil setting di Paris.

Setelah check in dihotel, malam harinya Ningsih menyuruhku memakai gaun dan berdandan. Dia beralasan bahwa mereka ingin aku siap saat tiba dilokasi. Kami berkendara ke lokasi. Memandang jalan-jalan kota Paris kemudian ponselku berdengung. Aku membuka pesan ternyata dari Joko : Maaf, kita tidak bisa merayakan satu tahun hubungan kami. Love You Princess.

Aku tersenyum membaca pesan darinya. Dengan cepat aku membalas pesan darinya : Kita harus ke Paris suatu saat nanti.  Suasananya begitu romantis disini. Love You Too My Love.

Kami tiba ditempat tujuan. Menara Eiffel tampak magis. Banyak dari pasangan tua dan muda berjalan-jalan disekitar menara Eiffel bergandengan tangan. Aku menatap menara Eiffel dengan takjub. Sebuah tangan lembut menutup mataku dari belakang.

“Selamat satu tahun hubungan kami.” Bisik suara itu ditelingaku dan mencium pipiku lembut. Aku sangat mengenal suara itu. aku melepas tangan yang masih menutup mataku dan berbalik. Aku melihat Joko dalam setelan jasnya. Tersenyum lebar padaku.

Aku menutup mulutku kaget kemudian memeluknya. “Kau berbohong padaku.” bisikku.

Dia tertawa. “Aku ingin memberikan kejutan untukmu. Maaf telah membuatmu kecewa sebelumnya.” Ucapnya berbisik.

Apakah dia kerjasama dengan Ningsih. Aku melepaskan pelukannya dan menatapnya dengan berpura-pura cemberut. “Kau sekongkol ya dengan Ningsih?”

“Manajermu itu sangat membantuku.” Ucapnya dengan senyum manis.

“Kau tahu aku benci dengan kejutan.” Kataku masih cemberut.

“Ayolah sayang, jangan marah padaku.” Bujuknya dan mencium lembut tanganku.”Kau tahu, kau sangat cantik kalau cemberut begitu. Maaf?” Bujuknya lagi.

Aku memutar mataku. Aku tidak bisa marah begitu lama padanya. “Baiklah. Aku maafkan kau. Dan kemana manajerku itu?” kataku sinis.

Joko menunjuk ke belakangku. Aku menoleh melihat Ningsih dan suaminya tersenyum senang. Aku tertawa melihat mereka. Kemudian mereka meninggalkan kami berdua. Joko mengajakku makan malam romantis di dekat menara Eiffel. Setelah selesai makan dia berlutut di sampingku dengan satu kaki dan menggenggam tanganku menatap mataku. Tangannya gemetar dan berkeringat. Membuatku bingung.

“Mina, aku sangat mencintaimu sejak dahulu hingga sekarang. Kau adalah nafas dalam hidupku. Kau adalah jantungku, kau adalah hatiku.  Aku akan berjanji sampai kapanpun aku akan mencintaimu. Aku akan berjanji sampai kapanpun selalu melindungimu. Menjadikan kau ratu dalam hidupku.” Dia menarik nafas gugup kemudian mengeluarkan kotak beludru kecil berwarna biru dari saku celananya dan membukanya memperlihatkan cincin putih bertatahkan berlian yang melingkar disekeliling cincin itu. Sangat indah.

Aku tersentak kaget. Dia ingin melamarku? Suka cita membanjiri hatiku. Airmata mengalir dimataku. Bukan airmata sedih namun airmata bahagia. “Mina, maukah kau menikah denganku?”

Airmata semakin deras mengalir. Aku sangat mencintainya. Tentu saja aku mau menerimanya. Aku mengangguk “Ya. Aku ingin menikah denganmu.”

Dia tersenyum lega dan memelukku berputar-putar. Tertawa bahagia kemudian menempatkanku kembali dikedua kakiku. Mengeluarkan cincin dari kotaknya dan menyelipkan di jari manisku. Aku mendengar suara tepuk tangan disekelilingku. Melihat kakak dan paman bibinya datang. Yang lebih membuatku bahagia adalah kakak-kakakku juga datang bahkan Tini juga datang bersama dengan suami dan kedua anaknya yang lucu. Aku melihat Ningsih mengusap pelan airmata dari pipinya. Dia tidak mengajak putranya. Asumsiku dia ingin melakukan perjalanan romantis di Paris berdua. Aku berlari menghampiri kakak-kakakku. Memeluk mas Paijan pertama kali.

“Kami sangat senang untukmu Mina. Joko memang pantas untukmu.” Bisik mas Paijan saat memelukku.

Kemudian aku memeluk mba Tinah. “Aku turut bahagia untukmu Mina.”

Aku juga memeluk mba Anita dan mas Tarjo. setelah melepas rindu aku menanyakan kepada mereka kenapa mereka bisa datang kesini dan bisa menyetujui hubungan kami. Mereka mengatakan bahwa Joko mendatangi mereka ke Semarang bersama kakak dan ibunya mengutarakan niat mereka. Keluargaku menyetujuinya kalau itu yang bisa membuatku bahagia. Kemudian akan melamarku tepat satu tahun hubungan kami di Paris. Aku tidak menyangka kalau ini adalah malam yang paling berkesan dalam hidupku. Joko memperkenalkanku kepada seorang wanita cantik sekitar usia lima puluhan dan mengatakan kepadaku bahwa wanita itu adalah ibunya.

“Aku sangat senang anakku bisa menemukan jodohnya. Ternyata kau lebih cantik daripada yang dikatakan Joko.” Katanya kemudian memelukku.

(Sepuluh tahun kemudian / Tahun 2012)

Aku terbangun mendengar suara kaki-kaki kecil berlari menuju kamar kami. Aku melihat putra dan putri kami mengintip dari balik pintu.

“Mami?” Bisik Mirwan putra sulung kami yang berumur tujuh tahun. Adiknya Jelita yang berumur lima tahun mengintip diantara kaki kakaknya. Aku melambaikan tangan menyuruh mereka masuk. Mirwan dan Jelita berlari masuk. Mirwan duduk dipunggung papinya yang tidur terkurap sedangkan Jelita duduk di kakinya.

“Mami kenapa papi masih tidur?” Tanya Mirwan berbisik. Jelita ikut mengangguk.

 “Papi masih tidur karena lelah. Kalian mau bantu mami membuat sarapan?” Bisikku pelan. Mereka mengangguk setuju dan berjalan mengendap-endap keluar kamar. Aku tertawa pelan melihat ulah mereka. Mereka hanya begitu lucu.

Saat kami membuat sarapan, aku melihat suamiku, Joko berjalan menuruni tangga. Tersenyum lebar. Anak-anak berlari menghampirinya. Joko menggendong mereka berdua dan menempatkan mereka dikursi makan. Berjalan menghampiriku, memelukku dan mencium lembut bibirku.

“Selamat pagi cinta.” Bisiknya pelan ditelingaku.

Aku tersenyum dan mencium bibirnya lembut. “Selamat pagi juga sayang.”

"Papi... papi...." Panggil Jelita manja.

Suamiku menoleh kearah Jelita yang duduk manis dan tersenyum. "Kenapa sayang?" tanyanya kemudian menghampiri Jelita dan duduk di sampingnya.

"Kita jadi jalan-Jalan kan?" Sambung Mirwan tidak mau kalah dengan adiknya dalam menarik perhatian papinya.

"Ya dong." Jawab suamiku mantap.

"Papi nggak bohong kan?" Bibir mungil Jelita merengut sebal. Mungkin mengingat terakhir kali kami akan hang out malah diganggu urusan kantornya.

"Iya papi tukang bohong. Kata bu guru kalo bohong kan dosa. Ya kan Jelita?" Sahut Mirwan sambil melipat tangan di dada. Aku hanya bisa tertawa pada kelakuan anak-anakku.

"Kali ini papi nggak bohong sayang. suwer deh." Janji suamiku kepada dua anak kami yang manis dan lucu seraya mengacungkan dua jarinya tanda janji.

"Yeeeee..... Hore..... mami kita jalan-jalan." Teriak kedua anak-anakku. Aku menjawab kegembiraan mereka dengan tertawa.

Kutatap wajah suamiku yang tertawa bersama kedua anak kami. Aku tidak menyangka ternyata jalan hidup kami bisa seperti ini. pertemuan, perpisahan, pertemuan lagi dan berakhir bahagia seperti ini.

** TAMAT **

Cerita Cinta 1: Tentang aku dan diaWhere stories live. Discover now