Chapter 1m

17.1K 259 3
                                    

Hari sudah sore.

"Ketemu..!!" Sorak yuri dari jok belakang sambil mengacungkan hpnya, riyu hanya menggelengkan kepala istrinya benar-benar ceroboh.

"Riyu aku turun di sini saja." Yuri bersiap-siap akan turun.

"Kenapa?" Riyu heran lalu segera meminggirkan mobilnya.

"Restorannya sudah dekat." Yuri merapikan jaketnya.

"Nanti jam 7 malam aku akan menjemputmu disini." Riyu membalikan badannya ke arah yuri.

"Baiklah nanti aku akan menghubungimu, aku pergi dulu." Yuri tersenyum.

"Tunggu.." Cegah riyu.

"Apa?" Yuri memandang lembut.

Riyu menunjuk pipinya.

"Kau kenapa? Pipimu sakit yah?" Kata yuri polos.

Riyu menggeleng 'Dasar bodoh' Pikirnya lalu menunjuk pipinya lagi.

"Benar sakit yah? Tapi keliatannya pipimu baik-baik saja." Dengan polosnya yuri memperhatikan pipi riyu dari jarak dekat.

Tiba-tiba riyu mencium pipi yuri.

"Itu maksudku dasar bodoh jaga dirimu" Riyu tersenyum nakal.

Tanpa sadar yuri menyentuh pipinya lalu mengangguk seperti orang bodoh karena terlalu syok.

Yuri menapakan kakinya di trotoar jalan tapi rasanya dirinya sedang melayang.

"Hei jangan lupa makan.." Teriak riyu dari dalam mobil lalu menjalankan mobilnya kembali.

"Apa yang di lakukannya? Mimpi pasti ini mimpi." Yuri berguman lalu menepuk-nepuk pipinya sendiri, Benarkah ciuman pertama ku?.

"YURI CHAN...!!" Mine berteriak di hadapan yuri.

Yuri tercekat "Ya ampun mine bikin kaget saja sedang apa kau di sini?"

"Kau yang sedang apa di sini? Senyum-senyum sendiri dan terus menepuk pipimu sendiri apa kau gila hah?" Mine nampak kesal.

"Huh si..siapa yang gila dan siapa yang senyum-senyum sendiri. Em..e.. Sudah lah aku lapar." Yuri mengelak dengan gugup lalu menarik paksa tangan mine menuju restoran mie nya.

"Selamat sore paman." Yuri menyapa ayah mine dengan cerìa.

"Oh azaki-san selamat sore. Kemana saja kau nak? Apa kau lapar?" Ayah mine tersenyum.

Yuri tersenyum lalu mengangguk "Aku sangat lapar paman."

"Kau ini tidak bisakah berbasa-basi sedikit." Mine masih sewot.

"Ah baiklah kau ini cerewet sekali, ehm.. Maaf paman tidak usah repot-repot aku memang sedang lapar dan ingin memakan mie udon buatan paman dalam porsi besar saat ini bisakah paman membuatkanya sekarang." Yuri berkata lembut sambil tersenyum.

"Bukan seperti itu yuri chan itu sama saja" Mine berkata gemas.

"Ha..ha..ha sudah-sudah, azaki-san duduklah." Ayah mine tertawa.

"Pelayan..." Seorang ibu gendut memanggil.

Mine menghampirinya sambil cemberut.

"Mine.. Senyum.." Ayah mine mengingatkan.

Yuri meletakan dua telunjuknya di sudut bibir nya lalu menariknya keatas membentuk senyuman. Akhirnya mine terpaksa tersenyum.

Tidak sampai setengah jam semangkuk udon dalam porsi besar dan segelas susu dingin telah masuk ke mulut yuri.

"Ah... Kenyangnya terimakasih paman, sekarang aku akan membantumu." Yuri mengelap mulutnya dengan tisu.

"Tidak perlu azaki-san nanti kau akan kecapean." Ayah mine sibuk memasukan mie ke mangkuk.

"Tidak apa-apa paman, aku sudah berjanji pada mine." Yuri mengambil nampan berisi dua mangkuk mie.

"Ya sudah, itu untuk meja no tiga terimakasih azaki-san." Ayah mine tersenyum dan yuri membalas senyumnya.

Hari ini restoran mie milik keluarga hanowa sangat ramai pengunjung, mine dan yuri mengobrol dan tertawa sambil melayani para pelanggan.

~Dua jam berlalu~

"Mine seharusnya perlu di tambah tiga pelayan lagi untuk membantu ayahmu." Kata yuri sambil mengangkat mangkuk kotor.

"Kau benar nanti akan aku bicarakan pada ayah." Mine mengelap meja.

"Eh mine kau tau tidak ciuman pertama itu seperti apa?" Yuri duduk di salah satu bangku.

"Apa? Kenapa kau tanyakan hal itu?" Mata mine membulat.

"Ti..tidak aku hanya ingin tau." Yuri gugup.

"Huh makannya kau jangan membaca komik doraemon dan menonton film kartun saja. Tunggu sebentar.." Mine berlari ke kamarnya.

Yuri berkata di hati 'Memangnya apa yang salah dengan komik dan film kartun, ada-ada saja' Yuri menggeleng sambil tersenyum.

Tanpa sengaja mata yuri melihat meja no.7 ada dua pria memakai kaca mata hitam duduk di sana, yang seorang mengangkat buku menu ke atas sedang yang seorang sedang merokok sambil membaca buku menu.

"Ya ampun malam-malam begini memakai kacamata hitam dasar pria-pria bodoh." Yuri berguman lalu mendekati meja itu.

"Permisi silakan mau pesan apa?" Yuri sudah siap mencatat.

"Dua mie ramen dan dua capucino hangat." Kata pria yang tadi mengangkat buku menu sambil tersenyum.

'Ah tampannya...

Tidak-tidak suamiku lebih tampan.eh.. Aku bilang apa?' Tanpa sadar yuri menggeleng dan menutup mulutnya.

"Nona kau kenapa?" Kata pria itu lagi dan tersenyum memperlihatkan giginya yang putih dan rapi.

"Ti..tidak apa-apa, tunggu sebentar pesanan akan segera siap." Yuri cepat-cepat pergi.

Hanya perlu menunggu sepuluh menit yuri sudah dapat menghidangkan pesanan pria-pria aneh ini.

"Silakan.." kata yuri ceria.

"Terimakasih kakak ipar." Kata pria yang tadi tersenyum padanya sedang pria yang tadi merokok mulai mengambil sumpit dan mematikan rokoknya.

"Apa?" Kata yuri kaget.

"Kau tidak ingat aku kakak ipar?" Pria itu melepas kacamata hitamnya.

Yuri tampak berpikir lalu menggeleng 'Siapa? Dasar orang gila' Kata yuri di hati.

"Ah percuma kita memakai kacamata ini kalau ternyata dia tidak mengenali kita." kata pria itu pada pria di hadapannya yang mulai tersenyum.

'Tunggu aku kenal senyuman khas itu.. Itu hanya miliknya seorang aku yakin.' Entah dorongan dari mana yuri berani melepas kacamata pria yang mulai mengaduk mie pesanannya.

Pria itu dan yuri sama-sama kaget.

"Kau..kau... Dasar iseng..." Yuri terlihat gemas sedang pria itu tertawa renyah.

Early weddingWhere stories live. Discover now