Vol 3 halaman 29

11K 194 28
                                    

"Aaw ..." erang salah satu diantara mereka sambil terhuyung saat kepalanya menabrak pintu mobil depan yang sengaja dibuka.

Melihat hal itu dua kawannya yang lain langsung maju menyerang, "kurang ajar!"

Sebuah pemukul bisbol melayang hampir mengenai kepala pengemudi Jeep kuning itu, namun beruntung pukulan itu meleset sehingga mengenai kaca spion mobilnya.

"Aaargh ..." kini sebuah rantai besi membelit kuat sebelah lengan tangannya membuat tongkat besi yang dari tadi dipakainya untuk menangkis terlepas jatuh ke tanah.

Tiba-tiba dari arah depan seorang diantara penyerang melayangkan tendangannya. Dengan rantai yang masih membelit lengannya ia berputar menghindar. Tendangan itupun sukses mengenai penyerang lain yang berdiri dibelakangnya. Belitan di sebelah lengannya semakin menguat dengan sisa-sisa tenaganya ia mencoba membanting orang yang memegang rantai itu kedepan. Naas setelah berhasil seseorang malah memukul pundangnya dengan keras membuat ia jatuh berlutut ditanah.

Para penyerang lain memakai kesempatan ini untuk membelitkan sebuah rantai besi kelehernya dari arah belakang. Kemudian penyerang itu menariknya dengan kuat membuat pengemudi jeep kuning itu terpaksa berdiri dan berusaha melepas rantai besi yang melilit lehernya dengan kedua telapak tangan. Melihat posisinya ini penyerang yang lain mulai menghantamkan kepalan tangan mereka ke arah perut dan wajah. Mereka memukul secara bertubi-tubi. Kini bukan hanya sudut bibirnya saja yang berdarah. Cairan merah itupun mulai mengalir dari hidungnya, pelipis kirinya robek, rahang kirinya

Mulai memar dan telapak tangannya lecet dan berdarah akibat dari gesekan rantai besi itu.

Para gerombolan itu benar-benar mengeroyoknya. Secara bergantian mereka menghajar dan menendang tubuhnya.

Tenaganya semakin berkurang sekarang namun mereka semua belum juga berhenti memukulinya. Darah segar yang mengucur dari robekan kulit diatas alisnya membuat pandangan mata kirinya menjadi agak buram. Ia berusaha mengerjapkan matanya sambil tetap menahan rantai besi itu dengan kedua tangannya agar tidak bersentuhan langsung dengan lehernya. Beberapa kali sebelah lengan tangannya bergantian melindungi kepalanya dari hantaman mereka yang

Terus memukulnya tanpa belas kasihan.

Kini dirinya merasa sudah tidak kuat lagi bertahan. Seluruh tubuhnya terasa sakit. Matanya pun kian mengabur. Tubuh tingginya langsung terhempas keras diatas tanah setelah lilitan rantai dilehernya terlepas. Sekarang para penyerang itu mulai menginjak-injak punggungnya dan menendang-nendang tubuhnya. Ia sudah tidak kuasa melawan. Hanya kesadarannya saja yang masih tetap membuat kedua lengannya melindungi kepalanya dari tendangan kaki-kaki para penyerang.

"Hentikan ...!"

Samar-samar ia mendengar suara seruan seorang wanita ketika ia merasa sudah sampai pada batas kesadarannya.

Tendangan para penyerang itupun seketika terhenti.

"Yu...ri..." lirihnya sebelum kesadarannya hilang.

Tidak jauh dari sana seorang wanita cantik segera turun dari mobil sedan merahnya.

Dengan tergesa-gesa wanita itu berlari menghampiri mereka.

"Hentikan ...! Dasar idiot ...! Aku menyuruh kalian untuk memberinya pelajaran bukan untuk membunuhnya," seru wanita bernama Sachiko itu garang.

Ia menatap tajam para penyerang suruhannya itu, mereka hanya menunduk tidak kuasa melawan.

Uang, karena uang, wanita itu membayar mereka dengan uang yang lumayan banyak.

Sachiko terus mengupat kesal sambil memeriksa mobil Jeep kuning Kenzie yang sudah rusak parah.

Perkelahian seperti apa yang bisa membuat sebuah mobil jadi seperti ini? Pikirnya.

Kaca mobil itu sudah pecah semua. Kedua spion dan bampernya telah hancur.

Sachiko terus mengomel sambil mengelilingi mobil itu sampai tidak sengaja kakinya menyentuh tubuh korban akibat dari pemukulan tadi yang kini tergeletak tidak sadarkan diri dengan posisi menangkup.

"Ra-rambutnya hitam?" katanya tanpa sadar. Ia merasa heran, bukankah Kenzie berambut coklat agak pirang?

Cepat-cepat ia berjongkok, berusaha membalikan tubuh yang tidak sadarkan diri itu dengan segenap tenaganya. Seketika itu juga tangannya menutupi mulutnya yang otomatis terbuka karena tidak percaya. Tubuhnya melemas, matanya mulai berkaca-kaca. Bulir-bulir air mata turun membasahi pipinya tanpa bisa dicegahnya. Ia menangis tanpa suara. Dadanya terlalu sesak untuk bersuara. Kepalanya terus menggeleng sambil perlahan meletakan kepala pria berambut hitam itu di pangkuannya. Sama sekali ia tidak menyangka kalau ternyata orang yang mengemudikan Jeep kuning ini bukanlah Kenzie yang tadi pagi sudah mempermainkannya dan membuatnya merasa jadi orang bodoh. Ternyata pengemudi Jeep kuning ini bukan Kenzie melainkan .......

"TIDAAAAK ...!" jeritnya menyayat hati.

***

Early weddingWhere stories live. Discover now