Chapter 1u

16.6K 269 40
                                    

"Telingamu masih sakit? Emm.. Maaf yah?" Yuri menunduk, 'gara-gara aku' desah yuri di hati sambil mengingat saat ibu mertuanya menarik telinga Riyu tadi.

"Tidak," kata Riyu datar.

Yuri hanya terdiam mendengarnya 'benar-benar salahku' runtuk Yuri di hati.

"Bagaimana caranya?" Tiba-tiba Riyu berkata pelan sambil berjalan memandang langit yang menjelang sore.

"Maksudnya?" Kata yuri tidak mengerti.

"Supaya kita bisa seperti yang lain," Riyu memandang Yuri.

"Aku tidak mengerti," Yuri menggeleng ada apa dengan Riyu pikirnya.

"em... Bukankah kebanyakan orang saling mengerti dahulu sebelum menikah? Sedangkan kita..." Riyu kembali menatap langit.

"Menikah dahulu sebelum saling..." Ada sesuatu perasaan yang mendorong Yuri berjalan mendekati Riyu lalu mereka saling berpandangan.

"Kencan" Riyu berguman.

"Apa?" Yuri kaget 'apa katanya?' Pikir Yuri.

"Mungkin kita harus mulai dengan kencan, bagaimana?" Riyu menatap lembut.

"Apa? Kencan?" Wajah yuri memerah.

Riyu menganguk "Hmm... Sepertinya menyenangkan, atau kau ingin kita mulai dengan..." Tangan Riyu menyentuh dagu Yuri lalu memandangnya, perlahan badan Riyu sedikit membungkuk mendekati wajah yuri.

'Aggh.. Dia mau apa?? Jantungku...!!!' jerit yuri di hati, badannya terasa kaku untuk berontak, hembusan napas Riyu menggelitik lembut wajahnya.

Riyu menatap mata coklat milik Yuri, wajah Yuri semakin memerah di buatnya.

Riyu tidak dapat menahan hasratnya yang menggelora saat melihat wajah Yuri yang memerah karena malu. Sepertinya perasaan Riyu tengah mengambil alih kerja otaknya.

Yuri tidak dapat mengerjapkan matanya sekalipun, dirinya benar-benar gugup karena wajah riyu semakin dekat dengannya. Jarak bibir mereka sudah kurang dari satu inci, Riyu dan Yuri mulai menutup mata mereka.

'Krauk krauk krauk'

Riyu menghentikan gerakannya, dirinya seperti mendengar sesuatu.

'Krauk krauk krauk'

Yuri merasakan hal yang sama lalu mereka membuka mata.

"Ayo teruskan. Krauk krauk krauk."

Riyu dan Yuri menengok kearah suara.

"Yah kok tidak jadi? Sedikit lagi, ayo." Kobe berjongkok tidak jauh dari mereka sambil memakan keripik kentang milik yuri.

"Kau.."

Mereka salah tingkah dan sama-sama kaget melihat Kobe sedang berjongkok di sana.

"Aduh kakak ipar kok tidak jadi sih? Ah kalian payah." Kobe terkikik pelan.

Riyu menatap kesal lalu berguman "Huh, gagal lagi." Riyu menghela nafas lalu menggaruk rambutnya yang tidak gatal,

sedang wajah Yuri semakin memerah karena malu "BOCAH USIL !!" yuri berteriak dirinya sangat malu.

"Yah kakak ipar jangan marah padaku," Kobe berkata manja lalu tertawa.

Yuri semakin malu "Kau.. Kenapa ada di sini? Bukankah..." yuri menunjuk Kobe.

"Kobe cepatlah ! Sudah ketemu belum?" Bibi Yoroshii berteriak dari arah pintu.

"Sudah," teriak Kobe lalu beranjak pergi sambil membawa kunci mobil dan beberapa buku.

"Hei itu komik ku? Mau di bawa kemana?" Yuri kaget.

"Pinjam." Kobe tertawa lalu berjalan pergi.

Yuri berpikir sejenak lalu memandang Riyu yang hanya mengangkat bahu sambil tersenyum.

"Kobe tunggu !!" Teriak yuri lalu berlari mengejar Kobe.

"Ah...sulit sekali, tapi kenapa aku bersikap seperti tadi? Ah memalukan," guman Riyu lalu memandang lembayung senja sambil tersenyum mencoba menenangkan perasaannya yang hampir lepas kendali saat melihat pipi Yuri yang merona merah.

"Awas saja kalau tidak di kembalikan." Gerutu Yuri sambil menutup pintu kamarnya.

Lalu Yuri menghempaskan tubuhnya di tempat tidur.

"Huh.. Hampir saja jantungku copot tadi." Yuri memegang dadanya yang masih deg-degan karena kejadian tadi, Riyu membuatnya susah mengambil nafas.

"Oh begitu ya?" riyu tertawa lalu duduk di tempat tidur Yuri sambil membuka laptopnya.

"Kenapa kau ada di kamarku?" Yuri benar-benar kaget.

"Hei ini kamarku juga." Riyu memakai kacamatanya.

Yuri mendengus kesal 'ah... Benar-benar tidak bisa bebas.' Kesal Yuri di hati lalu memanyunkan bibirnya.

"kalau bibirmu seperti itu aku jadi ingin menciummu." Riyu menatap fokus pada layarnya.

Yuri kaget lalu cepat-cepat menutup wajahnya dengan boneka beruang.

'apa katanya? Dasar iseng..' gerutu Yuri di hati, jantungnya berdebar kembali.

"O ya kau belum menjelaskan sesuatu padaku." Yuri duduk memeluk bonekanya.

"Apa?" Riyu sibuk mengetik.

"Kenapa kau dan bocah usil itu ada di sekolahku?"

"Aku juga baru tau tadi pagi bahwa aku harus melatih karate di sekolahmu," kata Riyu santai. "Aku tidak mau di keluarkan dari sekolah." Yuri menggigit telinga bonekanya.

"Tenang saja itu tidak akan terjadi," kata Riyu tenang.

"Huh tenang sekali," Yuri menghela napas.

Riyu hanya menanggapinya dengan senyuman.

"Pokoknya bila sedang di sekolah kau harus pura-pura tidak mengenalku dan jangan coba-coba mendekatiku mengerti." Yuri berkata serius.

"Hmm..." Riyu sibuk dengan laptopnya.

Yuri tersenyum senang dan mulai tertidur di samping Riyu karena lelah.

"Huh... Cepat sekali," Riyu tersenyum sambil membelai rambut Yuri lalu kembali sibuk mengerjakan tugas kuliahnya.

***

^^

Early weddingWhere stories live. Discover now