Chapter 1x

14.5K 237 3
                                    

--->

Motor sport berwarna merah milik Kobe melaju cepat melewati jalan-jalan di daerah Distrik Shinjuku yang ramai.

Yuri berpegangan pada jaket Kobe sambil terus bertanya-tanya dihati.

"Mau apa bocah usil ini membawaku ke kampus Ryu? Awas saja, ingat kan aku untuk menghajarnya bila bocah ini berani aneh-aneh" gemas Yuri di hati.

Setelah melewati gedung-gedung pencakar langit, Motor mereka memasuki sebuah jalan besar tanpa gerbang. Kobe melambatkan motornya saat memasuki wilayah salah satu universitas besar di daerah Shinjuku ini.

Beberapa puluh pohon besar nampak berjajar rapi di kanan-kiri jalannya.

Beberapa gedung berlantai dan sebuah gedung paling besar berdiri kokoh disana.

Sebuah menara yang memiliki empat buah jam di setiap sisi dindingnya, menghiasi salah satu sudut bangunan yang menjadi jalan masuk ke wilayah dalam universitas.

Kobe segera mencari tempat untuk memarkirkan motornya.

"Kita sudah sampai, ayo masuk" Kobe melepaskan helmnya.

Yuri turun dari motor kemudian memandang kesekelilingnya.

"Luas sekali, apa benar Ryu sekolah disini?"

"tentu saja benar, ini universitas swasta yang paling terkenal di daerah Shinjuku. Beberapa artis dan anak-anak pengusaha besar juga ada yang bersekolah disini," jelas Kobe bangga.

"Wah, keren."

Yuri berdecak kagum memandang sekitarnya. tanpa melepas helm, mata coklat mudanya terus menjelajahi setiap sudut bangunan bercat merah bata yang berdiri kokoh dihadapannya ini.

"Bangunan yang antik," puji Yuri sekali lagi.

"Ayo, kita masuk sekarang" Kobe melepaskan helm yang Yuri pakai.

Yuri sedikit terkejut atas tindakan Kobe yang tiba-tiba itu. Namun ia segera tersadar karena teringat akan sesuatu.

"Sebentar, kenapa kau mengajak aku kesini?" tanya Yuri curiga.

"Tidak ada apa-apa, aku hanya merasa kakak ipar harus mengetahui segala sesuatu tentang keseharian Ryu supaya bisa lebih mengenalnya lagi. Apa kakak tidak penasaran? Sudahlah, ayo kita masuk tapi jangan sampai Ryu tahu ok?"

Kobe mengangkat tangannya untuk bertos dengan Yuri.

Yuri berpikir sejenak, "penasaran? Tentu saja, kenapa baru terpikir olehku. Ryu sudah mengetahui segala hal tentangku dan sekolahku. Hmm...aku juga harus tahu banyak hal tentangnya."

Tiba-tiba Yuri merasa terharu, ternyata bocah yang selama ini selalu usil kepadanya memiliki kepedulian yang besar terhadap hubungan Ryu dan dirinya.

"Ok, terimakasih Kobe" kata Yuri tulus sambil bertos.

"Apa?! Apa telingaku rusak?"

"Memang apa yang salah?" kaget Yuri.

"Kakak ipar, kau memanggil namaku dengan benar" Kobe tersenyum lebar.

"Maksudnya?" Yuri memutar bola matanya.

"Biasanya kakak selalu memanggilku, bocah....ah, sudahlah lupakan saja. Ayo cepat nanti Ryu keburu pulang. O ya, tidak perlu berterimakasih. Aku inikan adik iparmu yang tampan dan manis. Jadi jangan sungkan-sungkan."

Kobe tersenyum menampakan giginya kemudian menarik tangan Yuri.

Yuri terkejut kemudian berdehem keras tanpa bergerak dari posisinya. Kobe memandang tidak mengerti kemudian mengangkat sebelah alisnya.

"Jangan sungkan katamu?"

Mata Yuri melirik tajam kearah tangan Kobe yang menggengam erat tangannya. Kobe cepat-cepat melepaskan tangannya sambil nyengir kuda.

"Jangan kurang ajar, aku ini kakak iparmu" Yuri berlalu setelah melepar tatapan tajam ke arah Kobe.

Kobe bergidik melihatnya kemudian berjalan mengikuti Yuri sambil menggerutu panjang lebar.

Yuri menahan senyum mendengarnya.

Setelah berjalan cukup jauh dari tempat parkir, mereka menaiki tangga jalan masuk kemudian melewati lorong besar dengan akuarium kaca memanjang yang berisi berbagai piala penghargaan.

Yuri terus memandang kesekelilingnya, banyak orang berlalu-lalang di sekitarnya.

Setelah melewati lorong, mereka berdua melewati sebuah patung besar seorang pria yang mengenakan baju wisuda dan toga tengah berdiri tegak di halaman universitas.

Yuri terus berdecak kagum melihat sekitarnya, diam-diam Kobe meliriknya sambil tersenyum.

"Itu Ryu" Kobe menunjuk ke arah lapangan basket yang terletak di ruangan terbuka.

Yuri mengikuti arah telunjuk Kobe, Ryu nampak tenang membolak-balik bukunya sambil menanggapi celotehan tiga temannya yang tengah bermain basket.

"Mereka teman-teman dekat Ryu, para gadis di universitas ini selalu histeris bila melihat mereka berempat. Lihat.."

Tangan kobe menunjuk sisi lain lapangan itu,

Beberapa gadis dengan dandanan yang serba wah, terlihat sibuk mencari perhatian Ryu dan teman-temannya.

"Mereka cantik-cantik dan terlihat dewasa" guman Yuri tanpa sadar.

Yuri menghela napas dengan berat, ternyata bukan hanya disekolahnya saja Ryu menjadi incaran para gadis. Banyak gadis yang lebih cantik dan bergaya seperti artis di universitas ini yang juga mengejar Ryu. Hati Yuri semakin gelisah mengetahuinya.

"Kakak ipar tenang saja, Ryu itu paling cuek pada wanita di banding ketiga temannya yang super playboy itu. Jadi jangan khawatir" jelas Kobe sambil tersenyum penuh arti melihat wajah Yuri yang mulai cemberut.

Yuri berusaha tersenyum mendengarnya.

"Jangan khawatir? Apa aku bisa? Kenapa juga aku harus khawatir? Perasaan aneh apa ini?" pikir Yuri di hati.

"Kakak, aku ingin ke toilet sebentar. Tunggu aku disini, jangan kemana-mana mengerti?"

Kobe berkata seperti ibu-ibu yang mengkhawatirkan anaknya hilang.

Yuri tersenyum mendengarnya kemudian mengangguk.

Kobe segera berlari meninggalkan Yuri yang berdiri bersembunyi di dekat pohon besar tidak jauh dari tempat Ryu berada.

Suasana yang ramai dan banyaknya orang yang berlalu-lalang membuat Ryu tidak sadar akan keberadaan istrinya itu.

--->

Early weddingWhere stories live. Discover now