Story 1 "Bertemu"

159K 3.9K 50
                                    

Matsusima Aoi, 18 tahun. Pagi hari seperti biasa aku berangkat kesekolah, namun sebelum berangkat aku tak lupa untuk sarapan. Setiap pagi aku selalu sarapan bersama Ibuku, sedangkan Ayahku.. dia sudah meninggal sejak aku masih disekolah dasar. Lalu Ibu juga selalu melengkapi kebutuhanku, dia berkerja dengan menjual kue. Lalu kue-kuenya diantar ke toko kue milik bibi may, aku paham.. ternyata seorang Ibu bisa juga menjadi sosok Ayah. Aku kadang merasa sedih.. tapi Ibu selalu bilang padaku, bersedih itu memang boleh tapi berlarut-larut dalam kesedihan itu tidak boleh.

"selamat pagi sayang, seperti biasa ya kamu bangun pagi-pagi sekali. Nah, untuk memberimu tenaga Ibu buatkan roti isi selai kacang kesukaan kamu." Ucap Ibuku

"selamat pagi juga bu, tapi hari ini aku gak bisa sarapan bareng soalnya aku harus cepat-cepat kesekolah karena seorang ketua osis harus datang lebih pagi. Jadi aku makan rotinya dijalan aja ya.." kataku seraya berpamitan sambil membawa roti buatan Ibu.

Aku berjalan menuju sekolah sambil menyantap roti yang tadi aku bawa, rasa rotinya jadi lebih lezat dibandingkan saat aku buat sendiri.

Perjalanan dari rumah menuju sekolahku memakan waktu selama 20 menit dengan berjalan kaki, sebenarnya masih bisa lebih cepat kalau aku menaiki kereta. Tapi saat jam seperti ini pasti kereta penuh, aku gak mau mengambil resiko terlambat.. jadi lebih baik jalan kaki selain sehat, kan lumayan bisa membakar kalori jadi aku gak akan gendut hihi

****

Sesampainya aku disekolah aku menuju ke lokerku untuk mengganti sepatu, disaat itu juga ada seseorang yang datang. Gak biasanya jam segini udah ada yang datang.

"apa dia ada urusan disekolah makanya datang lebih pagi?" gumamku dalam hati

Aku terkejut ketika dia mendekatiku secara tiba-tiba, "maaf apa kamu punya tisu? Sepatuku agak sedikit kotor nih." Ucapnya

"punya, sebentar aku ambil ditas." Ujarku seraya mencari tisu didalam tasku.

Setelah aku mendapatkan tisunya, aku langsung memberikannya kepada orang itu. "in-" kata-kataku terhenti setelah wajah kami saling berdekatan. Ku tatap mata birunya yang amat dalam, semakin aku menatapnya.. semakin aku tenggelam.

"terima kasih" dia langsung mengambil tisu yang tadi masih aku pegang.

Lalu dia membersihkan sepatunya, aku memandanginya selama beberapa saat. Mungkin dia sadar karena aku memandanginya, jadi dia langsung beranjak dari duduknya.

"jangan memandangiku terus bisa-bisa kamu jatuh cinta padaku lho." Setelah berkata seperti itu dia dengan cepatnya pergi dari hadapanku, "HAH?!" ucapku dengan lantang.

Tidak lama kemudian sahabatku Rumi, dia datang. "Selamat pagi Aoi sahabatku!!" sapanya dengan suara yang sangat kencang, lalu dia memelukku sambil senyum-senyum

"Rumi.. kamu selalu aja begini, ini kan masih pagi tau." Ujarku agak sedikit tegas

"justru masih pagi kita harus semangat, dasar Aoi bodoh." Ucapnya

Rumi adalah sahabatku sejak SMP, kami bersahabat udah lebih dari 3 tahun. Aku suka sifatnya yang riang dan terus terang.. aku sendiri bingung kenapa orang seperti dia mau bersahabat denganku yang seperti ini?

"Aoi kamu kenapa kok malah murung gitu?" tanya Rumi

Aku menundukan kepalaku "aku heran sama kamu, kenapa kamu mau bersahabat dengan orang sepertiku? Padahal aku orang yang tertutup." Ujarku

Rumi menyentuh kedua pundakku. "hei Aoi, ingat saat pertama kali kita bertemu?" tanya Rumi. Aku menganggukan kepalaku.

"waktu itu.. disaat aku diisengi sama cewek-cewek dari kelas sebelah yang muak padaku, tiba-tiba kamu datang dan menolongku. Aku berpikir kenapa dia tidak muak dengan sifatku yang seperti ini.. lalu sambil senyum kamu bilang, justru kamu harus bersyukur bisa menunjukan senyum manismu. Aku sadar, kamu orang yang jarang sekali senyum. Walaupun sifat kamu yang sering dibilang aneh dan gak asik saat diajak bicara, tapi tanpa kamu sadari.. kamu bisa menyemangati seseorang yang hampir kehilangan percaya dirinya, yaitu aku." Rumi pun meneteskan air mata

Aku bodoh, kenapa malah membuatnya mengatakan hal seperti ini? Aku jadi membuat Rumi menangis..

"maafkan aku Rumi," ucapku

Lalu Rumi menghapus air matanya dan kembali tersenyum "iya gak apa-apa kok, lain kali jangan sampai kamu menanyakan hal seperti ini lagi ya." Ujarnya, aku pun tersenyum

"sepertinya baru kita berdua ya yang datang sepagi ini? Seandainya ada pangeran tampan yang tiba-tiba datang dan menyapaku.. aku pasti bahagia." Sifatnya Rumi cepat sekali berubah ya, tadi nangis sekarang malah berkhayal yang enggak-enggak.

"eh tapi aku tadi sempat melihat cowok, sebelum kamu datang." Jelasku

"tampan gak? Tinggi gak? Putih gak?" tanya Rumi

Haa..aah..sifatnya yang ini kadang membuatku kesal, tapi gak ada satupun yang sama seperti dirinya. Biarpun ada tapi pasti tidak akan sama.

"sepertinya sih iya.." ujarku singkat seraya pergi meninggalkan Rumi

Rumi pun mengejar dan mengikutiku untuk mengencek apakah masih ada kelas yang masih terkunci, karena semua kunci kelas aku yang pegang jadi mengecek itu adalah tugasku.

****


Setelah selesai, beberapa menit kemudian semua murid mulai berdatangan, dan bel masuk pun berbunyi.Aku dan juga Rumi masuk kedalam kelas.

"selamat pagi Rumi!" sapa mereka semua terhadap Rumi, namun gak satupun ada yang menyapaku. Aku menundukan kepalaku, Rumi menyentuh pundakku.

"hei, disinikan bukan cuma ada aku. Kenapa kalian gak menyapa sahabatku juga?" ucap Rumi

"dia mengerti perasaanku? Seandainya aku berani seperti dirinya." Gumamku dalam hati

Akhirnya mereka semua juga menyapaku walau dengan suruhan Rumi, tapi bagiku itu sudah lebih dari cukup. Semua murid pun duduk dikursinya masing-masing ketika Sensei (guru) masuk kedalam kelas untuk memberikan pelajaran. Di tengah pelajaran sekilas aku mendengar dua orang cewek yang ada dibelakangku sedang membicarakan sesuatu.

"hei tau gak sih, ku dengar si 'pangeran' datang pagi-pagi sekali lho." Gumamnya pelan

"ehh serius?!! Kamu tau dari mana?" tanya seorang teman disampingnya

"ku dengar dari temannya yang sekelas dengan pangeran." Jelasmya

Aku tiba-tiba teringat dengan yang tadi pagi disaat aku bertemu dengan seseorang, apa mungkin itu pangeran? Kalo emang benar.. kenapa aku gak menyadarinya sama sekali?!!

Aku menghela napas panjang sambil menatap keatas langit-langit.

"Aoi kamu mendengarkan pelajaran saya?" tanya sensei yang seketika mengejutkanku.

"i-iya aku mendengarkannya." Ucapku gugup

"baiklah kita lanjutkan.."

Aku pun kembali mengikuti pelajaran, dan setelah semua pelajaran telah selesai.. bel pulang pun berbunyi, semua murid berhamburan keluar kelasnya masing-masing.

"Aoi, mau pulang bareng gak?" ajak Rumi

"maaf Rumi, aku tidak bisa soalnya hari ini aku mau bekerja" tolakku dengan halus

"aku baru tau kalo kamu kerja?" tanyanya heran

"aku juga kurang tau jelasnya, aku cuma baru mendaftarkan diri saja." Jelasku

Rumi menatapku, apa mungkin dia marah karena aku dari awal tidak memberitahunya? "oh yaudah, kalo begitu.. sampai jumpa besok Aoi." Ucapnya seraya melambaikan tangannya dan aku membalas lambaiannya itu.

Aku membereskan semua barang-barangku dan langsung menuju ketempat cosplay itu.

















yosh! kalo masih ada salah-salah mohon dimaafkan yaa.. jangan lupa vote dan komentarnya juga ya^^

The Secret of CosplayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang