PART 30 | Icha dan Dangdut

108K 7K 554
                                    



Satu bulan berlalu setelah liburan bersama di villa Maryam. Usia kehamilan Icha sudah menginjak enam bulan. Pagi ini, wanita itu terbangun di rumah orang tuanya. Mushkin sedang berada di Jakarta untuk menemani ibunya menghadiri pertemuan bersama pejabat-pejabat tinggi sehingga ia disini, seperti seekor piaraan yang di titipkan saat majikannya pergi jauh.

Icha bersikeras ingin ikut, tapi suaminya yang tampan dan menuju tua itu melarangnya dengan sangat keras. Dengan alasan bahwa perjalanan jauh tidak baik untuk kondisi kehamilannya. Baik. Ibu hamil itu memang harus tahu diri. Diam saja di rumah, karena kau tidak bisa melepaskan perut buncitmu, meletakannya, lalu memasangnya kembali. Tidak.. memangnya dia hamil karet?

"Jadi abang! Kenapa abang gak jawab pertanyaan aku?" Icha menatap Muda dengan kesal. kakaknya itu sedang membaca majalah arsitektur.

"Pertanyaan apa?"

"Kenapa waktu kita liburan abang pulang duluan?" Tanyanya. Muda mendesah kesal. dia menyimpan majalahnya kemudian menatap Icha dengan sungguh-sungguh, "Astrid sakit. Kasian dia, dia kan punya bronkhitis gak bisa kedinginan. Cuaca di villa tante Maryam dingin banget."

Icha menganga. Kalau tidak salah, suaminya bilang Astrid sempat mengatakan kalau dia punya lemah jantung, dan sekarang.. bronkhitis? Jangan bilang wanita itu mengidap komplikasi? Kalau iya, betapa Icha mensyukurinya.

Astaga! Tidak boleh! berhentilah bahagia dalam penderitaan orang lain Icha!!

"Ekhm! Seriusan bang?"

"Kenapa? Kamu kok banyak nanyain Astrid?" Muda malah balik bertanya padanya.

"Gak apa-apa sih. Cuman.. ya, kalau bronkhitis, gak bisa dingin, kenapa bajunya mbak Astrid selalu kurang bahan? Emangnya gak masuk angin ya?"

"Memangnya kenapa? Yang pake baju juga kan dia." Jawab Muda sekenanya. Icha mengerucutkan bibirnya. "Dasar laki! Bilang aja abang suka liat paha dia, atau perut dia, atau belahan dada diaa!" Suara Icha meninggi karena kekesalannya pada kakaknya. Berniat ingin mengorek informasi lebih lanjut mengenai hubungan kakaknya dan Astrid, Icha malah di buat kesal sendiri.

Muda menatapnya dengan datar, "harusnya kamu seneng kalau abang punya pikiran begitu. berarti abang normal."

Kalau saja Mushkin yang mengatakannya, Icha mungkin akan tertawa karena nada bicaranya pasti lucu. Masalahnya, yang mengatakannya adalah Iskandar Muda yang nada suaranya sangat datar tapi terdengar tegas. Astaga, salah apa Icha sampai ia menjadi adik Muda.

"Abang kurang bercumbu banget. akhir-akhir ini nyebelin. Dasar laki frustasi. Cepet nikah sana bang. Biar tau caranya senyum lebar waktu ada yang tidur di sebelah abang."

Setelah itu, Icha menghentakkan kakinya dan berjalan menuju teras rumahnya untuk bergabung bersama ayah dan ibunya.


****


"Ma, setelah ini gak usah kumpul-kumpul sama tante rempong ya ma, kita langsung pulang aja."

Heni yang mendengar Mushkin berkata seperti itu mengerutkan keningnya. Tumben sekali, biasanya anak pria nya yang satu ini sangat-sangat bersemangat berkumpul bersama teman-temannya. Kenapa sekarang seolah tidak mau?

"Kenapa sih Mus? Kan mama kangen mereka."

"Ya, Mus juga kangen Icha ma.. kalau mama ketemu temen mama, bisa di pastikan Mus belum bisa peluk Icha tiga hari ke depan."

Heni tertawa mendengar pengakuan anaknya. Yaah, sekarang anaknya sudah berbeda. sudah menikah, dan mempunyai istri yang bisa ia peluk-peluk sesukanya.

You and I (2)Where stories live. Discover now