chapter 9

16.3K 2.4K 609
                                    

Pada Senin malam, Baekhyun menyelinap ke kamar asrama Chanyeol dan menaiki ranjangnya. Chanyeol protes, tapi ujung-ujungnya ia melingkarkan lengan di tubuh kekasihnya yang mungil, dan Kris akan terbangun keesokan pagi dengan tambahan teman sekamar.

0:00:01

Chanyeol berdiri di luar rumah yang dulu ia tinggali dengan Baekhyun untuk beberapa waktu yang singkat. Ia mengingat semua janji yang ia buat dan harapan-harapan dan juga mimpi-mimpi yang mereka miliki, tapi saat itu, masa lalu seperti itu hanyalah debu untuknya, karena itu adalah hal-hal yang tidak ia pikirkan selama beberapa bulan belakangan. Mengumpulkan keberaniaannya, ia mengangkat tangan dan mengetuk pintu. Ia berharap pintu terbuka dan disambut oleh Baekhyun. Cukup lama dari yang ia pikirkan dan orang yang membuka pintu bukanlah calon mantan suaminya.

"Hello."

Gadis muda berwajah ceria membuka pintu dan tersenyum padanya. "Hi." Setelah diam sejenak, ia bertanya,"Aku tebak kamu Chanyeol."

Chanyeol mengangguk-mengiyakan, "Iya."

"Masuklah," ucapnya sambil beralih dari depan pintu. Ketika Chanyeol sudah di dalam, ia menutup pintu di belakang, "Ngomong-ngomong, aku Luna."

"Senang bertemu denganmmu," ucap Chanyeol sambil mengulurkan tangan.

"Terima kasih!" sahutnya ceria sambil menjabat tangan. "Baekhyun akan turun sebentar lagi." Kemudian dengan nada lebih lembut dan wajah sedih ia berkata, "Ia mengharapkan kedatanganmu."

Menyakitkan bagi Chanyeol mendengar kata-kata itu, tapi ia tidak bisa mengelak kebenarannya. Ia sudah mengajukan perceraian dan ia yakin Baekhyun sudah mendapatkan pemberitahuan dua minggu sebelumnya. Tentu Baekhyun menunggunya. Berdiri di beranda sedikit membuatnya gugup, membayangkan bagaimana respon Baekhyun. Ia membayangkan Baekhyun meneriakinya, menangis tersedu.

Tapi bayangan itu ia hentikan ketika ia mendongak ke arah tangga dan Baekhyun sedang menuruni anak tangga. Chanyeol menangkap senyuman yang pernah membuat jantungnya berhenti berdetak-dan itu masih terjadi. Chanyeol berdiri di pintu masuk, hati berdebar dan jantung seakan berhenti berdetak karena Baekhyun. Ia menghentikan perasaan itu dan perlahan menghampiri Baekhyun, "Hei."

Berjalan ke arah suaminya, Baekhyun merentangkan lengan. Tanpa menunggu Chanyeol untuk bergerak terlebih dahulu, ia memeluknya, sebelum melepaskan pelukan di waktu yang tepat, "Hi, giant."

Chanyeol mengatupkan bibir. Ia tidak mau lagi dipanggil 'giant'. Itu membawanya ke banyak hal yang akan membuatnya sulit melakukan tujuannya berada di tempat ini. "Jangan panggil aku seperti itu lagi, Baek."

Dengan mulut sedikit terbuka, Baekhyun mengangguk mengerti. "Maaf," ucapnya dengan tawa. "Aku lupa kita akan bercerai. Tentu." Sambil menepuk lengan Chanyeol, Baekhyun berbalik dan menunjuk ke sebuah ruangan, "Kita berbicara di ruang keluarga saja, ya? Luna, bisakah kau membuatnkan teh untuk Chanyeol? Aku air putih saja."

"Apakah kau ingin dengan lemon, Baek?" tanya gadis itu.

"Tidak. Itu saja."

"Aku mengerti," ujar Luna sambil berjalan ke dapur.

Chanyeol memperhatikan gadis itu pergi, penasaran dengan hubungan gadis itu dan Baekhyun. Dalam benaknya kata-kata Kyungsoo menggema. Mungkin Baekhyun menemukan seseorang, sama seperti ia menemukan Kyungsoo. Keduanya menemukan orang yang membuat mereka nyaman.

Setelah duduk, Chanyeol mempelajari wajah Baekhyun, "Kau terlihat sedikit... lelah, Baek. Tidurmu cukup, kan?"

Perlu beberapa saat untuk Baekhyun mengangguk dengan senyuman, "Aku hanya bekerja terlalu keras akhir-akhir ini. Itu saja."

"Okay..." Chanyeol menghela nafas sedetik sebelum membuka tasnya, "Seperti yang kamu ketahui, aku datang dengan dokumen untuk kau tanda tangani."

"Tentu saja."

"Tidak akan memakan banyak waktu."

"Aku tahu."

"Aku berusaha agar ini tidak terlalu menyakitkan untukmu, Baek."

Baekhyun tertawa pelan. "Itu tidak pernah tidak menyakitkan."

Chanyeol menatap mata Baekhyun, "Maaf..."

"Aku baik-baik saja..."

Tidak sanggup lagi dengan suasana itu, Chanyeol melanjutkan tujuan awalnya. Ia mengeluarkan dokumen dan menyodorkannya ke arah Baekhyun, yang duduk di seberangnya. Chanyeol memperhatikan Baekhyun bergerak agak lambat, tapi ia menganggap itu hanya karena ia takut menghadapi kenyataan yang tertera dalam dokumen itu.

Ketika Baekhyun mengambil dokumen itu dan membacanya, Chanyeol membuka suara, "Kau pasti tahu kita berdua menginginkan ini. Itu artinya kau juga bersedia datang ke pengadilan dan pertemuan untuk mendiskusikan pembagian semuanya. Tapi, Baek, rumah... rumah ini akan tetap untukmu, aku menjanjikanmu itu."

"Kau berjanji padaku?"

"Iya."

"Kau juga menjanjikan beberapa hal saat di altar," ucap Baekhyun lembut-lebih terdengar seperti bisikan. "Tapi disini kita sekarang." Tidak ingin suaminya memikirkan itu, Baekhyun mengalihkan topik pembicaraan, "Jadi dimana aku harus tanda tangan?"

"Di paling bawah halaman," sahut Chanyeol. Ia merogoh saku. "Kau butuh pulpen?"

"Iya."

Jari mereka bersentuhan ketika Chanyeol memberikan pulpen, dan ia menyadari suhu tubuh Baekhyun, "Kau flu?"

"Tidak, aku baik-baik saja."

"Tapi tanganmu biasanya tidak sedingin ini. Tanganmu hangat."

"Aku senang kau mengingatnya."

Semenit berlalu dan Chanyeol melihat Baekhyun memegang pulpen, namun belum melakukan apapun, "Baek-"

"Hei, Chanyeol," ucap Baekhyun riang, memadangi pria di depannya dengan senyuman yang mampu membuat Chanyeol merasakan kembali hari-hari saat mereka kuliah. "Boleh aku meminta sesuatu padamu?"

Mengetahui apa yang telah dialami Baekhyun karena dirinya, Chanyeol mengangguk, "Tentu. Apapun itu."

Baekhyun tetap menatap Chanyeol dengan lembut sebelum bertanya, "Tinggallah bersamaku selama seminggu."

"Baek-"

"Chanyeol, kumohon."

"Aku tidak bisa."

"Kenapa Yeol?"

"Karena Kyungsoo."

Baekhyun menahan nafas. Ia tahu tentang Kyungsoo. Ia tahu tentang pria yang mengangkat teleponnya ketika ia menelepon Chanyeol. Tapi tetap saja, ia masih tidak bisa menepis rasa sakit di dadanya, "Hanya seminggu..."

"Seminggu itu terlalu lama."

"Kita telah menikah selama hampir empat tahun, Yeol," ucap Baekhyun dengan senyum sedih. "Hanya satu minggu yang aku minta, giant."

Walaupun suasana menjadi hening, ada satu ketenangan di ruangan itu. Baekhyun membuang pandangan, namun ia terlihat tenang dan jujur ketika menjawab pertanyaan Chanyeol. Sorot lelah di matanya membuatnya terlihat tenang dan polos, sesuatu yang tidak bisa Chanyeol abaikan.

"Aku tidak mengharapkan apapun terjadi..." ucap Baekhyun perlahan sambil menautkan jari jemarinya. "Selama seminggu, aku hanya ingin kau berpura-pura, Yeol," ucapnya dengan suara bergetar. "Aku ingin kau mencintaiku seperti yang kau lakukan dulu..."

"Baek-"

Dengan segaris senyum sedih di wajah, Baekhyun mengangkat tangannya, "Aku bilang 'berpura-pura'. Ingat itu, giant." Ia tertawa kecil. "Kau tidak harus jatuh cinta padaku. Aku sudah tahu kau tidak merasakan hal itu lagi. Aku hanya ingin kau berpura-pura. Aku tidak akan meminta lebih darimu. Ini akan menjadi janji terakhir yang kau pegang untukku..."

--ooo--

10080 [ChanBaek Fanfiction]Where stories live. Discover now