chapter 14

18.7K 2.4K 181
                                    

8640

Chanyeol menatap pesan-pesan dari Kyungsoo di layar ponsel. Dia membalasnya dengan singkat sebelum mematikan kembali ponselnya. Dia menapakkan kakinya ke dapur dan menemukan Luna disana sendirian, sesuai dengan yang dia inginkan. Tangannya menepuk pundak Luna, tapi Chanyeol mundur dengan spontan ketika sang gadis berbalik dengan pisau dalam genggamannya.

"Oh," katanya. "Hai, Chanyeol."

"Hai." Chanyeol menegakkan badan dan membetulkan bajunya-yang dia yakin pasti baju bekas masa kuliahnya dulu. "Aku ingin minta tolong padamu."

Luna menatapnya. "Minta tolong apa?" tanya si gadis, hati-hati.

"Bisakah kau buatkan makanan kesukaan Baekhyun malam ini? Dan apa kau punya wine?"

"Wine..."

"Sebagai pengiring makan malam," jelasnya.

"Kupikir Baekhyun lebih baik minum air saja, Chanyeol..." gumam Luna.

Chanyeol terperanjat, namun kemudian dia mengangguk. "Baiklah. Tanpa wine. Tapi bisakah kau buatkan makanannya?"

Luna meletakkan pisaunya diatas konter, lalu melipat lengan. "Apa yang akan kau lakukan?"

"Aku ingin memberinya makan malam yang menyenangkan."

"Kenapa?"

"Ini malam terakhirku disini."

Luna menghela napas. "Chanyeol, jangan. Melakukan semua hal ini tidak akan membantunya sama sekali. Kau tahu kau hanya akan menyakitinya, kan? Kau berbuat sejauh ini dalam semalam, tapi kau hanya akan meninggalkannya esok hari. Aku tahu kau berusaha berbaik hati, tapi ini terlalu kejam."

Rahangnya terasa kaku, Chanyeol tidak tahu apa yang harus dia katakan. "Aku ingin melakukannya. Bukan untuk menyakiti Baekhyun, tapi untuk membalasnya selama ini."

"Apanya yang akan kau balas? Kau akan meninggalkannya besok demi orang lain."

Chanyeol mundur satu-dua langkah, hatinya sakit. Yang dikatakan Luna benar, itu adalah kenyataan. Besok dia akan pergi dari rumah ini dengan surat cerainya, dan dia tidak akan kembali lagi. Dia akan meninggalkan Baekhyun tanpa apa-apa, hanya sebuah rumah dan sejumlah uang. Rasanya menyakitkan, sekarang adalah malam sebelum kepergiannya dan Chanyeol tidak tahu bagaimana cara menghadapinya.

Chanyeol menelan ludahnya dengan susah payah. "Luna, malam ini saja. Kumohon."

Luna menatapnya dengan tajam lalu berbalik membelakanginya. "Ya sudah."

"Terima kasih," balas Chanyeol, menghela napas dengan lega.

Setelah beberapa detik, Luna tiba-tiba bertanya. "Apa kau masih mencintainya?"

"Pertanyaan macam apa itu?" Chanyeol mendesis, ragu dengan jawabannya.

"Pertanyaan yang masuk akal."

Tenggelam dalam pikirannya, Chanyeol sadar bahwa ternyata dia tidak tahu jawabannya. Hatinya berselisih. Kata 'rumah' bukan lagi sesuatu yang berarti jelas baginya. Hari-hari yang dia lewatkan di rumah terasa lebih hangat ketimbang rutinitasnya di apartemen kota-yang sudah dia jalani selama bertahun-tahun. Suara tawa Baekhyun membuatnya nyaman dan tenang, sementara milik Kyungsoo hanya terdengar seperti tiruan yang mirip dengan Baekhyun. Chanyeol menyadari Baekhyun terlihat lebih lelah dan sayu sekarang, tapi dia masih bisa mendapati percikan api yang terpancar dari dua matanya.

Harusnya dia tidak ragu untuk menjawab ini, tapi otaknya-yang mengatur semua perasaan dan tindakannya-mengacaukan semuanya, hatinya, membuat Chanyeol tenggelam dalam kebingungan. Hatinya masih mencintai Baekhyun, tapi yang terbayang dalam kepalanya hanya Kyungsoo.

Setelah tidak mendapat respon juga, Luna mengedikkan bahunya. "Lupakan saja. Aku akan memasak untukmu malam ini. Tolong buat dia bahagia, walau hanya untuk satu malam."

Ruangan itu dibuat remang, hanya diterangi oleh cahaya lilin yang redup. Sajian makan malam tergeletak diatas meja dengan rapi.

Baekhyun berjalan masuk dan menggigit bibirnya keras-keras, sampai dia pikir nyaris berdarah. Dia ingin keluar dan lari jauh-jauh karena ini semua terlihat semu. Tetapi ketika punggungnya menubruk Chanyeol di belakang-yang mendesaknya masuk dengan dorongan di pundaknya-Baekhyun tidak punya pilihan lain.

Tepat setelah mereka menempati kursinya, makan malam dimulai. Untuk beberapa menit pertama sepi-tidak ada yang bicara, tapi lambat laun percakapan mulai berjalan. Keadaannya makin membaik ketika Baekhyun tersenyum memamerkan gigi, mengomentari penampilan mereka. Chanyeol mengenakan kaus polos dan celana pendek, sedangkan Baekhyun hanya berbalut t-shirt dan bawahan piyama. Keduanya bukan penampilan yang cocok untuk acara makan malam romantis macam begini.

Saat mereka usai, Baekhyun beranjak dari meja makan sambil menuturkan terima kasih, berniat untuk pergi mencuci tangannya. Tapi Chanyeol punya rencana lain. Dia menarik lengan Baekhyun menuju ruang tengah, yang juga remang-remang. Beberapa lilin dengan aroma lembut diletakkan di beberapa tempat, persis seperti di ruang makan sebelum ini.

Chanyeol kemudian menekan tombol remote, menghidupkan musik yang mengalir pelan dalam ruangan. Ketika itu, Baekhyun bergetar kecil, dia tidak bisa menghadapi semua ini. Dia ingin jatuh lemas di atas lantai, tapi lengan Chanyeol menahannya. Chanyeol melingkari pinggang si lelaki kecil, lalu tangannya yang lain masuk ke dalam sela-sela jemari Baekhyun. Mereka bergerak mengayun dari satu sisi ke sisi lainnya.

Sungguh momen yang manis, tapi untuk Baekhyun, ini juga menyakitinya. Walaupun Chanyeol menyandarkan wajahnya diatas kepala Baekhyun, dan walaupun mereka masih berayun mengikuti irama lembut yang mengalun; dia bisa mendengar suara rintihan tangis Baekhyun.

Chanyeol mendekap Baekhyun lebih erat, dia menggigit bibir dan memejamkan matanya rapat-rapat. Dia mengabaikan rasa sesak di tenggorokannya dan setengah mati menahan desakan untuk diam-diam menangis juga.

--ooo--

10080 [ChanBaek Fanfiction]Where stories live. Discover now