chapter 13

17.2K 2.3K 67
                                    

5760

Pada hari keempat, mereka bergelung dalam selimut diatas sofa ruang tengah. Keduanya-bersama Luna yang duduk di lantai-menonton Titanic, salah satu film kesukaan Baekhyun. Chanyeol tahu Baekhyun pasti akan berurai air mata pada akhir cerita, tapi dia salah. Lelaki kecil yang kelewat lelah untuk tetap terjaga diatas jam sepuluh itu tertidur lelap, bersandar di pundaknya.

Baekhyun terlihat tenang dan lelap dalam kegelapan, walau hanya diterangi oleh pantulan cahaya televisi. Chanyeol pikir Baekhyun akan terbangun pegal bila terus tertidur dalam posisi ini, maka dia beranjak dari sofa dan mengangkat Baekhyun di lengannya.

Luna berdiri, juga, membuntut di belakang Chanyeol hingga dia menidurkan Baekhyun diatas ranjangnya sendiri. Setelah melepasi sepatunya dan menarik selimut hingga menutupi tubuh lelaki mungil itu, Chanyeol berbalik pada Luna, yang sedari tadi memperhatikannya.

"Apa dia selalu lelah seperti ini?"

Ada jeda sesaat. "Tidak juga," balasnya kemudian.

Mendelik pada sosok Baekhyun yang tertidur, Chanyeol menghela napas. "Dia bilang dia sedang demam."

"Demam..." Luna bergumam.

"Beri tahu dia untuk segera periksa kalau ini tambah parah."

Luna baru saja akan berkata lagi, tapi gagal menemukan kalimat yang diinginkannya. Dia meregangkan bahunya dan mengangguk. "Aku akan beri tahu dia." Dia berdiri disana beberapa saat sebelum berpikiran bahwa Chanyeol ingin ditinggal berdua saja dengan Baekhyun. Dia meninggalkan kamar itu.

Begitu Luna pergi, Chanyeol beralih pada Baekhyun sepenuhnya. Dengan sebuah gerakan, dia menyisir rambut Baekhyun yang jatuh di wajahnya. Ketika jarinya menyentuh helai rambut, dia merasakannya. Rambutnya tidak lagi lembut dan halus-tidak seperti yang dia ingat. Chanyeol tidak tahu apa yang harus dipikirkannya. Dalam benaknya, dia berpikir mungkin alasannya karena stres. Dia berbalik ke belakang dan melihat laptop milik Baekhyun yang terbuka.

Akhirnya, Chanyeol beranggapan bahwa Baekhyun hanya stres karena bekerja berlebihan pada buku barunya. Membungkuk pelan, Chanyeol merasa ragu awalnya, tapi hasratnya ternyata lebih kuat. Dia mengecup dahi Baekhyun, berlama-lama, sebelum kemudian mundur dan keluar dari ruangan.

7200

Selama masa renggang hubungan mereka, Chanyeol terlampau sibuk sampai tidak mengacuhkan cerita-cerita Baekhyun dan kerjaannya sama sekali. Dia tahu kesukaan Baekhyun, tapi dia tidak peduli karena terlalu lelah dengan pekerjaannya. Sore itu, untuk pertama kalinya, Chanyeol merebahkan diri dan mendengarkan cerita rancangan Baekhyun.

Baekhyun bergerak lambat, dan Chanyeol sudah mulai terbiasa dengan hal ini sekarang. Dia juga sudah terbiasa dengan ingatan Baekhyun yang buruk-ia tiba-tiba saja lupa banyak hal-atau respon terlambat darinya. Sering kali Baekhyun mengusap mata dan memejamkannya rapat-rapat. Sementara Chanyeol, dengan niat berusaha membantu, akan mengambilkan air minum untuknya.

Kertas-kertas bertebaran diatas lantai ruang tengah. Chanyeol mengamati Baekhyun yang kesusahan menyusun lembaran kertas itu sesuai keinginannya-kalau memang itu yang membuatnya terlihat bingung sedari tadi.

"Jadi," Baekhyun memulai, "semua ini adalah ide dan rancanganku."

"Banyak sekali," timpal Chanyeol, mengamati kertas berantakan diatas lantai. "Apa ini ide-idemu yang dulu?"

"Tidak. Aku membuang semua yang kumiliki waktu itu."

Chanyeol mengangkat sebelah alis. "Semua?"

Sambil mengangguk, Baekhyun mengulangi. "Aku membuang semuanya di akhir musim semi."

"Kenapa?"

"Aku ingin mulai dari awal. Aku baru sadar aku hanya menulis hal konyol."

"Yah, hal konyol kan memang kesukaanmu. Benar?" Chanyeol tersenyum padanya.

"Benar, tapi aku ingin coba sesuatu yang berbeda."

Melirik kalimat yang tertera diatas kertas, Chanyeol menyeringai. "Aku yakin hasilnya pasti bagus. Seperti sebelumnya."

Ketika menatap Chanyeol, matanya berkilap. Bibirnya membentuk sebuah senyum. "Terimakasih, Yeol."

"Sama-sama."

Setelah beberapa saat, dia bertanya, "Apa kau akan membacanya?"

Chanyeol mengerjapkan mata. "Bukumu?"

Baekhyun membalas sambil mengangguk, "Ya, jika sudah diterbitkan." Kemudian dia melanjutkan, "Aku tidak akan memaksamu untuk membaca itu. Sudah kubilang, satu minggu ini adalah hal terakhir yang kuminta darimu..."

Hatinya melengos, Chanyeol mengulurkan tangan dan memutar wajah Baekhyun ke arahnya. "Aku akan membacanya."

Ketimbang senang, Baekhyun malah terlihat sedih, berkebalikan dengan apa yang Chanyeol harapkan. Baekhyun mengangguk lagi sembari mengigit bibirnya. "Terima kasih."

"Tidak masalah."

Ketika Baekhyun diam sesaat untuk memejamkan mata dan menarik napas dalam-dalam, Chanyeol menatapnya dengan miris. "Sakit kepala?"

"Ya..." ucap Baekhyun lirih. "Sakit kepala."

--ooo--

10080 [ChanBaek Fanfiction]Where stories live. Discover now