Bab 4 - Story -

531 35 10
                                    


Hujan deras turun membawa mendung yang berkepanjangan. Kiran duduk di dipinggir dinding kaca RS Internasional Emerth sambil menatap dengan sendu tetes air yang turun ke bumi. Bukan hujan yang dia sedihkan. Tapi, kisah cinta dan perjuangannya akan seorang pria.

Rangkulan lembut tiba-tiba dirasakannya. Dia mendongak dan mendapati Annisa yang tersenyum dan merangkulnya. Disampingnya ketiga sahabatnya berada. Para Angel Nurses.

"Mentang-mentang hujan turun, kamu jadi ikut mendung begini Kir" She menyahut. Menyikut lengan Kiran. Tapi, dia diam saja.

"Ayolah. Mana Kiran yang kocak? Mana Kiran yang kayak ulat keket itu?" Zia berseru menyemangati. Tapi, Kiran masih diam dengan sendu.

"Kir, dunia takkan berakhir hanya karena lelaki bodoh itu cuekin kamu. Come on. Move on! Masih banyak lelaki luar biasa didunia ini selain dia" Ayunda juga menasehati sahabatnya.

"Tapi, untuk apa coba selama ini aku berjuang kalau ujung-ujungnya tersakiti juga" akhirnya Kiran menyahut. Tetes air mata turun membasahi pipinya.

Annisa menghapus airmata Kiran dan menangkup wajahnya. "Jodoh takkan lari kemana dear. Percayalah" ucapnya dengan lembut. Kiran mengangguk.

"Aarrgh. Pengen aku tonjok tuh laki. Habis kasih harapan. Sekarang malah cuekin. Hanya karena dia cemburu! Aneh banget sih tuh Rifan. Arrgh. Benci aku sama dia" oceh She mengepalkan tangannya dengan gemas.

Ya. Begitulah Kisah Kiran bersama pujaan hatinya Rifan. Awalnya, dia pikir Rifan sudah berubah padanya. Sudah bisa membuka hati. Padahal akibat sebuah insiden, dia memutuskan untuk menjauh dari Kiran. Dan membuat Kiran benar-benar terpukul dan sakit hati pastinya.

Inilah resiko yang harus Kiran ambil. Dia memberanikan dan mempercayai dirinya untuk memperjuangan pria itu. Dia harus menerima segala resikonya. Meski harus tertatih-tatih, meski harus terlunta-terlunta atau meski harus berdarah-darah.

Kenyataannya, bumbu dari cinta yang paling berasa adalah rasa sakit.

***

"Guys.. Aku duluan ya. Mau jenguk Gauri dulu." Pamit Zia sambil berdah-dahan saat Angel Nurses keluar dari ruang training RS Internasional Emerth.

"Bye Zia" sahut keempat sahabatnya sambil berdah-dahan juga.

Setiap tiga bulan sekali dalam setahun, RS Internasional Emerth selalu melakukan training staf. Sesuai skill dan posisinya. Untuk meningkatkan SDM (Sumber Daya Manusia) yang mereka miliki. Dan karena Angel Nurses adalah para perawat berbakat, mereka patut ikut training itu.

Zia berjalan ke ruang perawatan Anak. Tempatnya bekerja. Tapi, karena ini weekend, jadi dia libur. Namun, hatinya tak tenang jika tak menjenguk pasiennya Gauri. Seorang anak berumur 4 tahun yang mampu membuatnya jatuh hati dan empati.

Akhirnya, Zia tiba diruang perawatan Gauri. Saat dia membuka pintu, Gauri sedang terbaring lemah dan tak berdaya. Dengan kompres dikeningnya. Zia terkejut. Karena kemarin yang dia tahu, kondisi anak itu sudah membaik.

"Apa hari ini Gauri hanya ditempat tidur seperti itu?" Tanya Zia kepada babysitter Gauri. Karena didalam ruang perawatannya hanya ada babysitter yang menjaganya.

"Iya suster, badannya panas. Jadi, dia sangat lemas. Nafsu makannya juga menurun" ujar babysitter tersebut. Refleks, Zia meraih dahi Gauri dan merabanya.

"Ya ampun. Panas sekali. Sebentar, aku ambil termometer dulu" sahutnya. Kemudian segera berlari ke Nurse Station.

Setibanya Zia di Nurse Station, tak ada siapapun. Karena bingung, dia ke kamar perawat. Dan mendapati tiga teman sejawatnya yang bertugas jaga hari ini sedang catok-mencatok rambut, blow-memblow rambut dan make-upan.

Angel Nurse'sDonde viven las historias. Descúbrelo ahora