Bab 9 - Whenever -

388 27 8
                                    


Teras depan Rumah Pasien marasmus, berdiri She dan Akhram. She yang menatap Akhram tak percaya akibat sikapnya yang masih saja bercanda disaat-saat seperti ini.

Suara-suara gaduh diluar pagar tampak makin terdengar, begitupun langkah kaki puluhan orang mendekat. She menatap Akhram ketakutan, sementara lelaki itu masih dengan mode fokus, kelihatan sedang berfikir.

"Akhram! Ayo lakukan sesuatu, mereka sudah mendekat," She berseru tertahan mengatakan hal itu sambil mengoyang-goyangkan lengan Akhram. Akhram pun mengangguk dan seketika meraih tangan She dan menariknya masuk kerumah.

Mereka berdua menuju kamar sang pasien, Reza beserta Ibunya. Akhram seketika mengendong Reza dan She pun menarik Ibunya Reza untuk keluar kamar sambil mengikut isyarat Akhram.

Akhram menuntun mereka berlari kesebuah kamar dalam rumah, kamar kosong yang lebih mirip gudang. Didalamnya ternyata ada sebuah lantai yang berlubang. Ketika Akhram membukanya, disana terdapat tangga yang menuju seperti kedalam bawah tanah.

"Ayo turun. Mungkin disini agak gelap dan berdebu. Tapi lebih aman ketimbang kita harus ditangkap," seru Akhram. Kemudian menuntun mereka satu per satu kedalam ruang bawah tanah tersebut.

Ketika mereka tiba diruangan yang gelap, kosong dan sedikit berdebu tersebut, Akhram menyala lampu. Memberikan sedikit penerangan disana. Ternyata ada sebuah sofa yang bisa diduduki. Mereka pun duduk diam disana.

"Oke. Aku yakin, mereka takkan menemukan kita disini. Tinggal bersabar saja, tunggu mereka hingga selesai menyisir dan kita bisa keluar dari sini," ujar Akhram. She dan Ibunya Reza mengangguk menangapinya.

Suara-suara langkah kaki dan gaduh makin terdengar diatas mereka. Para polisi mulai menyisir keseluruhan rumah untuk menemukan mereka.

"Cari. Cari mereka disudut rumah. Cari hingga ketemu," seseorang diatas sana berteriak kencang mengomando pengerebekan ini.

Bermenit-menit, mereka diam dalam tegang menunggu kesempatan aman mereka. Hingga suara-suara gaduh diluar sana menghilang.

"Tunggu disini. Aku akan mengecek," bisik Akhram. Dengan langkah pelan, dia berjalan mendekati tangga hingga naik dan hendak membuka pintu bawah tanah perlahan-lahan.

"Hey, lihat. Ini seperti sebuah pintu," seru seseorang diatas sana. Membuat Akhram kembali menutup pintu dan menunduk kemudian berbalik ke arah She, Ibunya Reza dan Reza meletakan telunjuk dibibirnya, mengisyaratkan untuk diam.

"Iya benar. Ini pintu. Ayo buka," seseorang yang lainnya menyahut. Wajah Akhram seketika makin memokus. Dia berjalan pelan-pelan turun dari tangga, meletakan handphone disaku celananya dengan blitz senter yang menyala, hingga dia berada dibawah tangga dan mematika sakral lampu. Seketika ruangan gelap, hanya penerangan pada saku celana Akhram.

Pintu bawah tanah pun terbuka. Beberapa orang masuk berjalan perlahan ketangga. Akhram merapat dinding. Hingga beberapa orang itu berada dibawah anak tangga, dan kemudian ...

Perkelahian terjadi.

Dimulai dari Akhram bangkit dari belakang kemudian meraih kepala keduanya, membenturkan dengan keras hingga dua orang tumbang. Kemudian yang lainnya berbalik padanya, dan terjadilah pergulatan.

She menonton pergulatan itu terjadi dengan mata melotot dan jantung berdegup kencang. Ibunya Reza memeluk Reza dengan erat sambil mengenggam tangan She.

"Apa Akhram akan menang? Dia sendirian. Dan mereka ada puluhan. Itu sekitar 5 sampai 7 orang," bisik She dengan cemas ke Ibunya Reza.

"Tenang Suster. Tuan Akhram, jago beladiri. Aku bukan hanya baru mengenalnya. Dan yang kutahu, dia menguasai beberapa jurus bela diri dengan mahir," jelas Ibunya Reza. Dan hal itu membuat She menghembuskan nafas lega.

Angel Nurse'sWhere stories live. Discover now