Bab 8 - Honesty -

327 29 14
                                    


Bellooooooo~ *uhuk*
Ketemu lagi *smileyanglebar*
Astaga. Astaga. Astaga. Sudah berapa lama aku gak muncul didunia orange ini dan mengupdate karya-karyaku? Ckckck. Sampai berdebu rasanya nih karya :D

Ada yang masih nungguin? Atau udah bosen nunggu? Hahaha maaf ya. Aku sedang sibuk menggarap Live in your Life 2 kemarin-kemarin. Dan juga asyik menggarap karya lain. Jadinya yaa gitu deh. Hehehe.

Okelah, daripada banyak basa-basi. Langsung aja, I present for you all, Bab 8 honesty. Enjoy :)

------------

Taman Rumah Sakit Internasional Emerth. Begitu lepas jaga, Zia duduk disana sambil berkali-kali menarik nafas tegar. Begitu tangisnya keluar karena melihat Mamanya Gauri, dia langsung kembali ke nurse station sambil berkali-kali menahan perasaan yang berkecamuk.

Dan saat waktunya pulang, dia bahkan tak enggan melangkahkan kaki keluar dari Rumah Sakit. Baginya, pulang kerumah sama saja menambah beban pikiran ketika dia menemukan kesendirian dikamar.

"Zia ..."

Suara itu membuatnya menoleh. Dan begitu dia dapat melihat siapa pemilik suara itu, dia langsung membuang muka. Itu adalah Izzul.

Izzul duduk dibangku samping Zia dengan wajah menatap kedepan seakan pikirannya sedang menerawang jauh.

"Aku tak mau kau menuduhku geer lagi, atau aku yang sok geer. Tapi jika alasan kau sedih seperti ini karena aku atau apa yang kau liat diruang perawatan Gauri, maafkan aku. Aku sungguh-sungguh minta maaf," jelas Izzul dengan suara lembut.

Perlahan, kepala Zia terangkat menatap Izzul dengan wajah arogannya.

"Maaf Tuan Jalesveva Izzul Padantya, tapi Anda tidak perlu minta maaf. Sebab, Anda tak salah apa-apa. Dan berhentilah mencampuri urusanku," ucap Zia dengan ketus.

Nafas berat Izzul terhembus meresponnya, dia menatap Zia yang masih menatapnya dengan arogan. Bedanya, Izzul menatapnya dengan lembut dan penuh kasih.

"Aku tidak yakin kau ingin mendengar ini, tapi aku hanya ingin mengatakannya saja. Kau ingin menerimanya syukur, jika tidak pun tak masalah," ucap Izzul menatap Zia dengan lekat. Zia membuang muka kedepan dengan sikap acuh. Jelas, dia tidak ingin mendengarnya. Tapi Izzul sepertinya tak peduli.

"Carissa. Itu adalah nama dari Mamanya Gauri. Mantan istriku," Izzul pun memulai. Zia masih menatap depan tanpa mau peduli. Tapi Izzul tetap melanjutkan, "kami sudah bercerai selama dua tahun lebih. Ini kesepakatan kami bersama. Alasannya, karena Carissa sudah mendapatkan lelaki lain yang lebih baik dariku. Dia berselingkuh dengan lelaki itu tanpa sepengetahuanku selama setahun sebelum kami bercerai," sambung Izzul. Sampai sini, wajah Zia sontak menoleh ke Izzul dengan ekspresi terkejut. Sedangkan Izzul hanya menyunggingkan senyum kecilnya.

"Kenapa dia bisa berselingkuh?" Zia akhirnya bertanya. Membuat senyum Izzul makin lebar. Tau Zia sedikit perhatian padanya.

"Mungkin karena aku yang terlalu sibuk dengan perusahaan. Aku tak pernah ada waktunya untuknya," jawab Izzul mengedikkan bahu. Kemudian dia menarik nafas panjang, "padahal aku sangat mencintainya. Dia dan Gauri, mereka adalah segalanya untukku. Tapi, begitu tau dia berselingkuh. Mengkhianati kesetiaan dan cintaku selama ini, semua yang kurasa padanya seakan sirna. Hilang dibawa pengkhianatan," sambungnya.

"Tapi kelihatannya tidak seperti itu tuh. Kalian tidak terlihat sedang bermusuhan. Terlihat baik-baik saja," sergah Zia.

"Ya iyalah Zia. Mana mungkin aku dan dia memperlihatkan permusuhan kami didepan anak kami? Membuat psikologisnya makin terganggu? Cukup dengan broken home saja."

Angel Nurse'sWhere stories live. Discover now