9. Re-post Keputusan

23.2K 1.6K 81
                                    

Maksudnya aku bilang marathon kemarin adalah aku akan upload cerita teratur, bukan seharian terus langsung tamat. Diusahakan aku update 2 hari sekali yah. akunya masih lumayan sibuk. tapi tetep aku sempetin update.

yang kemarin nanyain aku kenapa udah nggak nyantumin lagu lagi di setiap partnya, alasannya adalah karena banyak yang sekarang make begitu tiap kali upload cerita. dan biasanya, biasanya nih kalau mulai banyak yang latah begitu aku nggak suka #peace. ngeselin yah, biarinlah aku emang ngeselin kok.

Mulai part kemarin cerita ini akan berbeda dari cerita dulu yang pernah di upload. aku udah mulai nemuin ciri khas dari tulisanku :), dan RC ini mengikuti alur cerita seperti cerita2ku yang lain. Jadi kalau pada nanya kok beda sama yang dulu, emang beda. Kali ini lebih apa yah, hmmm lebih dalam dan kompleks.

Seperti tahun2 sebelumnya mau ngucapin selamat ulang tahun buat @drediajeng, 11 years and still counting Dre. Seneng punya sahabat kayak kamu, kita sering banget berantem, sering banget beda pendapat tapi sering dan cepet baikan juga. Kamu orang pertama yang mengerti jalan pikiranku, orang yang ngerti apa yang aku mau tanpa harus aku katakan. Wish all the best for you... always.

enjoy

_______________________________________________________________

Mendapat penolakan dariku, bukannya menjauh Rey malah makin mendekat. Saat dia mengulurkan tangannya, aku kembali mundur beberapa langkah. Bertahun-tahun berlalu, namun aku masih belum bisa melupakannya. Bayiku harusnya bisa hidup, bayiku harusnya di sini tertawa bersama adik-adiknya. Tapi, dia tak ada di sini, dia pergi. Dia pergi karena aku tak menginginkannya, dia pergi karena aku menyalahkannya.

"Kejora," Rey mengulurkan tangannya menghapus airmataku. Aku menepis tangannya kasar. Melihatnya berdiri di depanku sekarang, membuatku mengingat hari kelam itu.

Dia menatapku sedih, kemudian tiba-tiba bertanya "Anak-anak nggak sekolah?"

"Mereka libur hari ini."

"Apa rencana mereka hari ini?"

"Aku mau ajak mereka belanja bulanan."

"Aku boleh ikut?"

"..."

Rey akan kembali mengatakan sesuatu namun terhenti saat langkah-langkah kaki bergerak cepat menuruni anak tangga. Si Kembar sudah turun.

"Mama!" teriak mereka bersamaan.

"Kata Mbok Nah hari ini kita mau diajak belanja bulanan?"

"Terus kata Mbok Nah kita boleh ikut ke toko. Beneran Ma?"

Aku mengangguk. Mereka memang sangat suka jika diajak belanja bulanan karena bisa main kereta dorong dan memilih snack-snack kesukaan mereka sendiri.

"Nanti aku boleh minta beng beng-nya banyakan Ma, kemarin aku cuma dibeliin dua bungkus." Luce mulai membujukku untuk membelikan makanan favoritnya.

"Aku mau banyakin Taro aja." Luys menimpali.

"Nggak boleh, mama tetap bakalan beli sama kayak biasanya."

"Yah... mama... tambahin." Rajuk mereka bersamaan.

"Nggak boleh. Kalau kebanyakan nggak bagus buat kalian. Mandi gih mama buatin sarapan dulu."

Muka mereka langsung cemberut. Tapi walaupun kesal, mereka tetap menuruti permintaaanku. Dengan langkah berat mereka berjalan ke halaman belakang, tempat mereka biasa mandi sambil bermain-main.

"Om Rey ngapain di sini?" Suara terkejut salah satu diantara mereka mengalihkan perhatianku. Sejak tadi aku melupakan keberadaan Rey karena terlalu asyik bicara dengan si kembar.

ReconciliationWhere stories live. Discover now