17. Sulit Melepaskan dan Memaafkan

28.5K 2.9K 143
                                    

Bacanya abis buka aja yak....

______________________________________
Saat mataku perlahan terbuka, hari sudah beranjak siang. Dengan tatapan mata kosong aku mencoba mengingat-ingat sedang berada di mana. Ini bukan kamarku, namun suasananya terasa tak asing. Kamar ini terlihat maskulin dengan dominasi warna dinding yang gelap sehingga berkesan suram dan kelam.

"Ya Allah!" teriakku panik, saat akhirnya sadar tengah berada dimana.

Baru kemarin aku pulang dan datang kembali ke rumah keluarga besar Rey, dan yang aku lakukan pertama kali di pagi ini adalah kesiangan bangun. Dengan kecepatan maksimal yang bisa dilakukan oleh kakiku, aku langsung berlari ke kamar mandi, melepaskan baju tidurku serampangan dan langsung mandi di bawah guyuran air dingin.

Setengah jam kemudian aku sudah menyelesaikan ritual pagiku, rambutku masih basah, jadi aku mencoba mengeringkannya dengan mengibas-ngibasknya dengan handuk perlahan. Aku memutuskan mengenakan dress sederhana berwarna putih tulang tanpa lengan dengan tambahan aksen bunga berwarna merah menyala di pinggang dan sekitar bahu. Rambutku aku sisir sembarangan dan menggerainya begitu saja.

"Maaf Ma, aku kesiangan." Sapaku dengan nafas memburu begitu sampai dapur.

Mama yang sedang memasak, berbalik dan tersenyum padaku. Saat aku melirik jam dinding yang berada di atas kulkas, waktunya menunjukkan pukul sepuluh pagi.

"Iya, nggak pa-pa. Kamu pasti kecapean. Jangan gugup begitu" mama tertawa. "Baju kamu bagus. Kamu kelihatan cantik."

"Makasih, Ma." Jawabku malu.Pandangan mataku berkeliling, menari keberadaan Si Kembar.

"Anak-anak lagi berenang bareng, Rey." Ucap mama saat menyaddari aku tengah mencari sesuatu. "Padahal mama udah larang jangan berenang dulu tapi Rey bandel. Dia kelelahan, nggak tahu tidur berapa jam semalam. Mereka ada di taman belakang , ada Papa sama Opa juga. Kami bisa nyusul ke sana."

"Aku di sini aja Ma, bantuin Mama."

Mama tertawa, matanya menatapku geli.

"Janji nggak bakal ngancurin masakan mama kayak dulu."

"Oh... Oke." Balas mama tak yakin.

"Beneran." Tawaku meluncur. "Mama masak apa?"

"Mama lagi masak buat makan siang, ini bahannya udah mama siapin." Mama menunjukkan semua bahan yang sudah tertata rapi di atas meja, kemudian kembali menoleh padaku. "Yakin bisa?"

"Bisa..., makanya Jora bantuin mama masak, biar mama yakin kalau Jora beneran bisa masak."

Mama tertawa, kemudian mulai memberitahuku apa yang harus aku lakukan dengan bahan-bahan masakannya.

"Kamu membesarkan mereka dengan baik, Ra." Ucap mama tiba-tiba. Mendengar ucapannya aku langsung mendongakkan kepala dan mengikuti arah pandang Mama. Di depan kami, Si Kembar terlihat sedang bercanda dengan Rey, Opa dan Papa.

"Mama senang kamu pulang, mama pikir mama nggak akan pernah lihat kamu lagi." Lanjut Mama.

"Maafin Jora, Ma."

Mama mengangguk "Yang penting kamu ada di sini sekarang. Ternyata kamu beneran bisa masak, mama perhatiin bumbu-bumbu yang kamu masukin udah benar." Godanya.

"Jora bilang juga apa, malam nanti biar Jora yang masak. Jadi mama bisa tahu keahlian memasakku."

"Sip... tantangan di terima."

"Hahhahaha" kami tertawa bersama.

"Ma.. Ma... Mama!!" Si Kembar berlarian menghampiriku. Mereka masih memakai baju renang hingga membuat lantai yang mereka lalui basah.

ReconciliationWhere stories live. Discover now