Konsultasi

10.3K 663 54
                                    

Warteg Bahari, Pukul 12.30

Matahari menggantung di tengah-tengah. Sinar yang dipancarkannya begitu terik, bayangan yang tergambar di pinggir jalan pun terlihat hitam pekat. Suhu di siang hari itu sangat panas, membuat kedua pria yang duduk di sebuah warteg pinggir jalan mengucurkan bulir-bulir keringat dari dahi mereka. Selain menunjukan kulit mereka yang kepanasan, keringat itu juga menggambarkan rasa puas dan kenyang setelah menghabiskan menu makan siang.

"Jadi, bagaimana kabarmu di kepolisian?" Alfa bertanya.

"Baik. Lumayan." Yusuf, seorang polisi dan juga teman Alfa, menjawab.

"Oh, ya. Si Dika bagaimana? Aku dengar dia sekarang diangkat jadi reserse di bagian narkoba."

"Kabarnya baik dan karirnya terus melesat. Kau tahu, hampir semua pengedar narkoba berhasil diringkusnya. Ya, hampir semua, kesuali satu. Bajingan yang memroduksinya. Bukan, salah satu pengedar bernyanyi bahwa barang mereka bukan barang impor. Obat-obatan yang beredar diproduksi secara lokal."

"Dan siapapun yang memroduksinya bertanggung jawab atas meninggalnya mahasiswa yang overdosis itu."

Yusuf mengangguk.

"Nah, sekarang apa yang ingin kau bicarakan. Bukan mengenai kasus OD itu, kan?"

"Bukan, tentu saja. Kau sudah dengar kasus bunuh diri baru-baru ini?"

"Mahasiswa yang bunuh diri di kamar kosnya?"

"Ya, yang itu. Kau ada waktu untuk membicarakannya. Aku ingin berkonsultasi mengenai hal itu padamu."

"Tentu aku punya waktu."

Yusuf menenggak habis teh di gelas jangkung khas warung nasi itu, menghembuskan nafas panjang yang menandakan kepuasan, baru kemudian membuka kembali pembicaraan.

"Gambaran kasar kasus mungkin sudah kau baca di surat kabar. Intinya seorang mahasiswa tewas gantung diri di dalam kamar kostnya. Masalahku sebenarnya tidak rumit, hanya menentukan, tidak, tepatnya mengumumkan bahwa ini adalah bunuh diri. Dari cara tewasnya korban memang jelas sekali terlihat bahwa ini adalah peristiwa bunuh diri. Tapi sebelum mengumumkan hal itu, aku ingin benar-benar memastikan bahwa perilaku korban sebelumnya memang mengarah pada perbuatan bunuh diri itu sendiri. Dulu kau pernah menuliskan artikel mengenai bunuh diri, kan? Nah, aku ingin tahu perilaku seperti apa saja yang ditunjukan oleh orang yang suicidal."

Alfa termenung selama beberapa saat. "Memang benar, orang yang mempunyai pikiran untuk bunuh diri biasanya menunjukkan perilaku tertentu. Mengisolasi diri, memutuskan kontak dengan dunia luar. Nafsu makan berkurang. Kurang tidur atau tidur terlalu lama. Mereka menderita depresi. Ada banyak tanda-tanda lainnya.." Alfa berhenti sebentar.

"dan.. untuk seseorang yang pernah mempelajari psikologi aku yakin kau pasti tahu apa saja tanda-tandanya. Kau tidak benar-benar bermaksud menanyakan hal tersebut. Aku berasumsi bahwa hasil investigasimu tidak menunjukkan tanda apapun yang menandakan korban berpikiran suicidal. Kau bertanya padaku dengan harapan kau telah melupakan beberapa tanda-tanda suicidal yang ada dan aku akan mengoreksimu, tapi bagian lain dari dirimu yakin bahwa kau tidak melupakan apapun. Kau berada dalam keraguan dan mulai mempertimbangkan kemungkinan bahwa ini adalah pembunuhan. Dan hal itulah yang sebenarnya ingin kau bahas."

Sorot mata Yusuf mengonfirmasi kesimpulan Alfa.

"Tersangka utamanya?" tanya Alfa.

"Anggap saja aku sudah mencurigai seseorang."

"Baiklah. Lalu apa yang ingin kau konsultasikan?"

Suicide? [Completed]Where stories live. Discover now