Investigasi - Saksi (2)

3.4K 383 21
                                    

"Saya tiba di kosan sekitar setengah enam pagi dan mendapati Pak Syarif beserta Hendrik duduk di ruang tengah. Suasana saat itu terasa berat, saya lantas curiga telah terjadi sesuatu dan Hendrik, sebelum saya sempat bertanya, mengisyaratkan saya untuk duduk di samping Pak Syarif lalu menjelaskan kepada saya apa yang telah terjadi. Saya terkejut dan tidak percaya. Aldi bunuh diri? Tidak mungkin, saya pikir. Lalu saya mengatakan ingin pergi ke atas untuk melihat dengan mata kepala saya sendiri, namun Hendrik menjelaskan bahwa sebaiknya saya menunggu di ruang tengah sampai polisi datang. Kemudian saya pergi ke kamar sebentar, kamar saya berada di jajaran kamar sebelah kanan dari pintu masuk. Saya menyimpan tas laptop, mencuci muka, dan kembali menunggu di ruang tengah bersama yang lain. Tak lama kemudian petugas polisi datang."

Yusuf mengangguk sambil mencorat-coret notebooknya. Yusuf merasa interviewnya dengan Tanto berjalan lebih lancar dibandingkan dengan Hendrik. Hendrik mungkin termasuk ke dalam tipe pemuda yang easygoing sehari-harinya, namun ia bersikap gugup saat berhadapan dengan Yusuf. Tanto, meskipun termasuk tipe yang lebih tertutup, ternyata bersikap lebih tenang dan straightforwad. Yusuf menyukainya.

Yusuf mengawali interviewnya beberapa menit yang lalu dengan menanyakan identitas Tanto. Nama lengkapnya Tantowi Ahmad, panggilan sehari-hari Tanto. Berasal dari Lampung. Baru saja menyelesaikan semester keempatnya di Fakultas MIPA jurusan Fisika.

Tak ingin lama-lama berbasa-basi (juga tak ada alasan untuk itu) Yusuf kemudian menanyakan keberadaan Tanto kemarin malam.

"Bukankah Aldi bunuh diri, pak Polisi?" adalah respons yang diberikan Tanto kala itu. Sebuah respons yang di telinga Yusuf terdengar seperti "Anda mencurigai saya, ya, pak polisi?" Dan memang itulah yang sebenarnya dimaksud oleh Tanto.

Yusuf dengan cepat menjelaskan bahwa bukan itu yang ia maksud, namun ia membutuhkan informasi dari orang terdekat Aldi untuk rekonstruksi kronologis kejadian juga untuk mempersempit perkiraan waktu kematian. Untuk memantapkan maksudnya, Yusuf kemudian merivisi pertanyaannya dengan menambahkan kapan terakhir kali Tanto melihat Aldi masih hidup, apa yang dilakukan Tanto selanjutnya dan apakah Tanto menghubungi Aldi dalam kurun waktu tersebut.

Tanto mengangguk, menunjukkan bahwa ia mengerti kemudian menjawab bahwa ia terakhir kali bertemu Aldi kemarin sekitar pukul delapan malam, pada saat itu ia hendak ke kampus. Yusuf melontarkan pertanyaan tambahan mengenai tujuan Tanto pergi ke kampus.

"Sedot wi-fi, pak polisi. Untuk main game dan browsing. Tidak melanggar hukum, kan?"

"Selagi kontennya bisa dipertanggungjawabkan." Yusuf tersenyum jahil, "Lalu?"

"Saya terus berada di kampus. Di Gazebo sekitar kampus jurusan Fisika."

"Sendirian?"

"Yang menemani saya kebanyakan berada di ujung lain dunia."

Yusuf akhirnya mengerti pemuda seperti apa Tanto itu. Tanto adalah tipe nerd, atau otaku yang sebagian besar kehidupannya dihabiskan dalam dunia maya. Hal itu menjelaskan impresi Yusuf yang menilai Tanto sedikit tertutup. Namun siapa sangka, di balik sangkaan umum bahwa tipe pemuda seperti itu cenderung tertutup, ternyata Tanto bisa dengan mudah diajak bicara. Yang dibutuhkan adalah stimulus yang tepat.

Tanto kemudian mulai menjelaskan sedikit mengenai game yang ia mainkan semalam. Yusuf hanya bisa mendengarkan dengan alis mata yang terangkat terheran-heran. Champion. Magic. Mana. Skill. Yusuf tidak mengerti. Ia menyarankan-setengah menginstruksikan-agar Tanto menskip bagian ini. Tanto pun masuk pada bagian keterangan di mana ia merasa cukup untuk menyedot wi-fi kampus, lalu memutuskan untuk pulang ke kosan.

Suicide? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang