Hasil Otopsi dan Riwayat Aldi

3.1K 344 2
                                    

            Polsek Jatinangor, Senin 09.00

"Jadi, bagaimana hasil otopsi dari jenazah Aldi?"

"Siap, Ndan. Otopsi yang dilakukan oleh dr. Supandi mengonfirmasi kematian Aldi sebagai bunuh diri. Hal ini dilihat dari bekas tali di leher yang tertarik sampai ke bagian belakang telinga yang konsisten dengan kematian oleh gantung diri.

"Ketika menjatuhkan diri, tali akan menegang dan melilit leher di bagian tengah. Lalu tubuh tergantung yang terus menerus ditarik oleh gravitasi itu membuat si korban melorot sehingga lilitan pada lehernya bergeser ke bagian belakang telinga. Itu yang dijelaskan dr. Supandi pada saya semalam."

Yusuf hampir terbelalak jika bukan karena kalimat terakhir itu. Sejak kapan Ujang jadi sepintar ini, pikirnya tadi.

"Potongan kuku itu?"

"Cocok dengan kuku kelingking kiri korban. Untuk bekas kuku di leher dan abrasi pada kaki, dr. Supandi bilang hal itu juga cocok dengan analisis Komandan di TKP."

Yusuf mengangguk, "Bagaimana dengan perkiraan waktu kematiannya?"

"Menurut dr. Supandi, Aldi diperkirakan meninggal sekitar pukul 1-2 dini hari. Sekitar 3-4 jam sebelum ditemukan oleh Pak Syarif dan Hendrik."

Yusuf mengangguk pelan.

"Lalu soal pendapat warga mengenai pribadi Aldi. Apa yang mereka katakan?"

"Kebanyakan dari mereka mengatakan hal yang sama. Mereka menyukai Aldi. Aldi orangnya positif. Ia selalu membawa ketentraman pada sekelilingnya. Pengamatan mereka terhadap Aldi sebulan terakhir ini tidak menunjukan gerak-gerik yang tidak biasa. Mereka yakin Aldi tidak sedang dirundung masalah. Saya bertanya pada teman kampusnya. Mereka mengatakan hal yang sama, terakhir kali mereka bertemu dengannya, Aldi biasa saja. Tidak ada permasalahan yang sedang Aldi hadapi."

"Kesimpulannya, tidak ada yang bisa membayangkan mengapa ia bunuh diri?"

"Betul, Ndan."

"Tidak adakah orang yang tidak menyukai Aldi?" Tentu saja tidak, pikir Yusuf. Jawaban yang ia dapatkan, tanpa Yusuf sangka-sangka, membuatnya terperanjat.

"Ada beberapa, Ndan. Sekelompok pemuda yang saya tangkap tidak terlalu menyukai Aldi. Terlalu sempurna, kata mereka."

Alis Yusuf terangkat. "Apa mungkin mereka yang..? Siapa mereka itu?"

"Pemuda sekitaran. Warga asli. Umur dua puluhan. Tidak kuliah."

"Pengangguran?"

Ujang, "Wiraswasta. Mereka bilang punya bisnis batu akik."

"Bagaimana kesanmu pada mereka?"

"Saya rasa mereka tidak ada hubungannya dalam perkara ini. Saya tidak memberitahukan perihal kematian Aldi di awal wawancara saya. Saat saya memberitahu mereka, mereka cukup terkejut mendengarnya. Mereka tidak tahu Aldi telah bunuh diri Mereka juga langsung menarik kembali perkataan mereka yang bernada agak sentimen terhadap Aldi. Sepertinya karena takut akan dicurigai."

"Alibi?"

"Sudah saya cek. Mereka berada di Garut sampai kemarin malam. Mencari batu akik. Tidak mungkin mereka bisa.."

Yusuf segera menyela, "Ya, walaupun alibi mereka palsu bagaimana cara mereka membunuh Aldi? Jika ini pembunuhan." Jelas-jelas ini bunuh diri, tambah Yusuf dalam hati.

Ujang masih terduduk tegak selama tiga menit di depan Yusuf yang tepekur mengurut alis.

Tidak, bisik Yusuf dalam hati. Apa yang kupikirkan. Tentu mereka tidak ada hubungannya. Perasaan sentimen mereka semata-mata karena rasa iri pada Aldi yang nampak sempurna dibanding mereka yang (mungkin) banyak kekurangan. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya mereka mengakui pribadi Aldi yang sempurna itu, namun rasa gengsi membuat mereka bersikap sebaliknya. Mereka juga terkejut saat mendengar Aldi tewas bunuh diri, artinya mereka benar-benar tidak menyangka Aldi bisa melakukan perilaku drastis seperti itu.

Suicide? [Completed]Where stories live. Discover now