Solusi - Ruang Tertutup

4.7K 411 76
                                    


Polsek Jatinangor, sepuluh hari kemudian

"Oke oke, aku tahu itu berlebihan. Namun sebagai pembelaan, saat itu aku menganggap Pak Syarif sebagai orang licik berdarah dingin yang tak segan membunuh orang yang dekat dengannya untuk menutupi rahasia kotornya."

Yusuf berjalan ke samping meja tamu sambil menyuguhkan dua cangkir kopi pada dua temannya, Alfa dan Dika. "Dan ternyata kau salah?" ujarnya pada yang terakhir.

"Ya aku salah. Tapi bukankah kalian juga berpikiran seperti itu. Jawaban yang ia berikan pada Yusuf menunjukkan ia berdarah dingin. Pada saat ditanya apakah Aldi memiliki masalah yang dirahasiakan, ia bisa saja menjawab 'iya, Aldi punya masalah yang dirahasiakan'. Dengan begitu Yusuf akan mendapatkan motif dan menghentikan penyelidikan. Tapi tidak. Ia malah memberikan jawaban yang tidak membantu. Ia mengaburkan permasalahan motif. Mengapa? Karena jika ia menjawab, 'iya', ia menjadi satu-satunya orang yang percaya bahwa Aldi punya alasan untuk bunuh diri. Sedang banyak suara lain yang menolak gagasan tersebut. Jika ia menjawab 'iya, Aldi punya masalah', Yusuf akan mencurigainya, Yusuf akan menyelidikinya lebih lanjut, dan ia takut Yusuf akan menemukan kebenarannya. Jawaban yang dipilihnya itu jelas-jelas menunjukan bahwa ia seorang pembunuh berdarah dingin yang dengan penuh perhitungan berusaha menutupi kejahatannya." Protes Dika sambil cemberut.

Yusuf menjawab protes tersebut dengan berkata, "Atau mungkin sisi baik dalam dirinya tak mampu menebarkan kebohongan yang dapat merusak nama baik Aldi yang ia anggap sebagai anak sendiri."

Alfa yang duduk di sebelahnya mencoba menenangkan, "Sudahlah di sisi lain kau telah meringkus satu pabrik narkoba beserta sistem peredarannya."

Apa yang dikatakan Alfa memang benar. Bahkan kasus itu bisa dibilang cukup menggemparkan. Usaha laundry yang dikelola Pak Syarif ternyata merupakan kedok untuk usaha pengedaran narkoba. Menurut keterangannya, Pak Syarif mengatakan bahwa idenya didapat dari orang tidak dikenal yang sebangku dengannya dalam perjalanan ke Surabaya. Ini terjadi sudah lama, saat ia telah mewarisi tanah yang sekarang menjadi kos-kosan itu. Pria seumuran yang sebangku dengannya ini awalnya mengajak ngobrol, keduanya ngobrol ngalor ngidul, sampai Pak Syarif mulai menceritakan soal bunker rahasia itu. Awalnya bunker itu dibuat sekedar iseng saja, terinspirasi oleh mitos warga. Memang bisa dikatakan pembangunan bunker itu nampak seperti usaha untuk mengolok-olok kepercayaan warga setempat, apalagi Pak Syarif merahasiakan keberadaannya setelah bunker itu selesai dibangun. Bunker itu sendiri awalnya digunakan Pak Syarif sebagai tempat menyendiri. Adalah perkataan si Pria misterius yang mengubah jalan pikiran Pak Syarif.

Pria itu mendengarkan cerita Pak Syarif dengan seksama, lalu dengan polosnya mengatakan bahwa akan aman sekali jika bunker itu dijadikan pabrik narkoba, di bawah sebuah bisnis legal sebagai kedok, katakanlah tempat laundry. Pak Syarif tersentak ketika mendengar hal tersebut, menyadari respons Pak Syarif pria itu tertawa dan mengatakan bahwa ia bercanda, namun Pak Syarif tidak yakin jika pria itu hanya bercanda. Singkat cerita, beberapa tahun berlalu hingga bisikan setan meyakinkannya.

Pak Syarif terlilit utang. Ia membutuhkan uang untuk hutang-hutangnya. Bisnis kos-kosannya ternyata besar pasak daripada tiang. Jika menaikan harga sewa, ia bisa kehilangan penyewa kos. Jika tidak ia bisa bangkrut. Pada saat itulah ia kembali teringat pada obrolan kecilnya di dalam bus. Pak Syarif pun untuk mencoba menerapkan ide pria tersebut. Ia mulai usaha laundry untuk kedok pabrik narkoba dan kos-kosan untuk mengelabui polisi.

Sindikat yang bekerja dengan Pak Syarif ini sulit dilacak oleh polisi berkat sistem pengedarannya yang tidak biasa. Sistem pengedaran yang dikelola Pak Syarif cukup simpel, namun efektif. Yang ia lakukan adalah meracik narkoba di ruang bawah tanah, di malam hari. Lalu menyelundupkan produknya pada pengedar via pakaian habis cuci yang diambil pelanggan. Pak Syarif sendiri sering terlibat dalam pembungkusan pakaian habis cuci, yang tidak diketahui orang adalah bukan hanya pakaian yang ia masukan ke dalam plastik. Ia juga menyelipkan paket narkoba di antara pakaian bersih yang terlipat itu. Cerdiknya lagi, pemilik pakaian yang dititipi paket narkoba ini bukanlah pengedar utama. Ia hanya kurir yang diutus pengedar agar jejaknya tidak terlacak sampai pada tempat laundry Pak Syarif. Kurir tersebut hanya tahu bahwa ia disuruh mengantarkan cucian dan mengambilnya kembali, dengan komisi yang lumayan!

Suicide? [Completed]Where stories live. Discover now