Kemungkinan Baru yang Buntu

3K 326 9
                                    


Polsek Jatinangor, Senin 15.05

Ujang tiba di Polsek sekitar pukul tiga sore. Ia segera memasuki ruangan Iptu Yusuf untuk melaporkan hasil wawancaranya dengan pihak panti asuhan.

"Jadi?" tanya Yusuf dari balik meja kerjanya.

Briptu Ujang langsung menjelaskan hasil wawancara tersebut.

Yusuf duduk termangu. Ia mendengarkan Ujang secara sambil lalu. Sama sekali tidak ada yang baru. Laporan dari Ujang hanya mengonfirmasi apa yang dikatakan pak Syarif.

Pikiran Yusuf mengawang-awang.

Dua hari sudah berlangsungnya penyelidikan.

Namun masih belum ada juga titik terang.

***

Polsek Jatinangor, Senin petang

Yusuf terduduk di meja kerjanya, merenungkan kasus bunuh diri yang ia selidiki. Ia terbangun ketika sebuah ketukan khas terdengar dari pintu ruang kerjanya. Yusuf mendongak ke arah pintu.

Di lawang, berdiri seorang polwan yang memakai jin cokelat dan kaos seragam bertuliskan Polres Sumedang. Polwan berparas cantik dan berambut pendek itu berpangkat Inspektur Dua, bernama Dika.

"Malam, Sup. Kusut sekali wajahmu itu."

Yusuf mendengus.

Dika menebak, "Pasti sedang memikirkan kasus. Kasus apa memangnya?"

"Bunuh diri." Jawab Yusuf sambil lalu.

"Ooh, mahasiswa yang menggantung diri di kamar kosnya itu? Ya, aku dengar sedikit dari yang lain."

Yusuf mengangguk.

Dika bertanya "Serumit itukah? Wajahmu sampai kusut begitu. Apa bukan karena kasusnya dibuat rumit olehmu sendiri, Sup?"

Yusuf melemparkan pandangan masam pada Dika.

"Bercanda, Bos." Katanya sambil menarik kursi untuk duduk di depan meja Yusuf. "Ada yang perlu kubantu untuk kasusmu itu?"

"Aku tidak ingin merepotkan. Lagi pula, bukankah seharusnya kau pergi merayakan sesuatu. Kudengar tadi kau berhasil menggerebek seorang pengedar bersama sejumlah pemakai." Yusuf segera mengalihkan pembicaraan.

"Tidak ada yang istimewa. Hanya seorang pengedar yang masih hijau yang dengan bodohnya mengadakan pesta narkoba di rumah kontrakannya."

"Di Jatinangor ini?"

"Tak perlu heran seperti itu. Justru di daerah yang banyak populasi pemuda dan mahasiswa inilah yang jadi target utama para pengedar."

Tentu saja, kenapa aku ini? Yusuf berbisik dalam hati.

Dika menjelaskan, "Pengedar yang satu ini mencoba menggaet langganan baru dengan mengadakan pesta narkoba di kontrakannya itu. Usaha bodohnya ini membuatnya tercium oleh intel dari BNN. Setelah mendapat informasi dari intel itu, kami dari satuan anti narkoba (bersama BNN) membentuk regu untuk menggerebek dan menangkap mereka. Hasilnya regu kami berhasil menangkap delapan orang calon pecandu baru plus si pengedar kelas teri. Sekitar empat ratus gram narkoba jenis cocaine dan methampethamine dikumpulkan untuk barang bukti. Sebagian kecil sisa konsumsi dan sebagian besarnya disembunyikan di antara lipatan baju di lemari pakaian."

Yusuf berkomentar "Ceroboh sekali."

Dika berkata, "Sangat. Bahkan si pengedar ini juga ikutan mengonsumsi barang jualannya. Ckck. Aturan nomor satu pengedar : jangan mengonsumsi produkmu sendiri."

Suicide? [Completed]Where stories live. Discover now