Penelaahan Motif - Mitos

3.2K 352 26
                                    


Dengan pertanyaan tadi terngiang-ngiang di kepalanya, Yusuf turun ke bawah. Di teras, ia bertemu dengan Hendrik.

"Jika butuh pak Syarif, sebaiknya besok saja pak polisi. Saya menyarankannya untuk tidur. Masih syok."

Yusuf mengangguk, memang sudah dalam rencananya menginterview besok.

"Penyelidikan motif Aldi bagaimana pak?"

"Maaf, saya tidak bisa menjawab pertanyaan Mas," jawab Yusuf sambil memasang tatapan menusuk sampai-sampai Hendrik dibuat kikuk olehnya.

"Er, anu.. maaf jika.."

"Karena sampai saat ini saya belum menemukan motifnya." Tambah Yusuf sambil tersenyum. Hendrik bernafas lega.

"Oh, omong-omong jika Mas ada urusan jangan membuat saya menghalang-halangi, silahkan."

"Saya tidak punya rencana. Rasanya pikiran saya kosong entah ingin melakukan apa. Jika pak Yusuf butuh bantuan, apapun, mungkin saya bisa membantu."

Yusuf menggaruk-garuk kepala, ia sendiri bingung minta bantuan apa. "Hmm. Bagaimana dengan tempat laundry itu. Boleh saya melihat-lihat?" Yusuf menunjuk tempat laundry yang berada di sebelah kiri kos-kosan jika dilihat dari arah gerbang. Atau kalau patokannya adalah laundry maka kos-kosan berada di sebelah timurnya.

"Boleh, pintunya juga sepertinya tidak dikunci. Mari." Yusuf mengikuti Hendrik.

Hendrik berjalan menuju pintu samping yang menghadap tepat pada dinding luar bagian barat kosan. Bau deterjen menyerbak tercium ketika Yusuf melangkah melewati ambang pintu. Di depannya terdapat ruang sempit yang dibatasi oleh sekat. Ruang yang cukup bagi satu orang untuk kegiatan mencuci itu diisi oleh sebuah mesin cuci bukaan atas, di sampingnya terdapat meja dengan keranjang baju dan keranjang lain yang tertumpuk di kolongnya.

Hendrik menjelaskan bahwa mesin cuci inilah yang digunakan penghuni kos. "Pemakaiannya gratis, sudah masuk iuran tahunan, namun penggunaannya di jadwal karena jumlahnya yang hanya ada satu. Bagi penghuni lain yang malas mencuci sendiri pakaian bisa dicucikan oleh pegawai laundry, dengan diskon tentu saja. Tempat pencuciannya sendiri berada di sisi lain ruangan ini." Hendrik berjalan melewati sekat berupa rak rak kosong, yang membatasi area cuci khusus penghuni kos dan area cuci komersil. Yusuf bergerak mengikuti Hendrik dan tiba di ruangan yang lebih luas namun kosong. Selain tumpukan keranjang dan rak-rak lain di dinding seberang, sama sekali tidak ada deretan mesin cuci seperti yang dibayangkan Yusuf.

"Mengapa kosong? Tidak ada satu mesin cuci pun di sini." Katanya terheran-heran.

"Satu Minggu yang lalu empat pasang laundromat (mesin cuci dan pengering bukaan samping) dipinjamkan Pak Syarif ke rekan bisnisnya yang lain. Tadinya di sebelah sini," Hendrik menunjuk lahan kosong di samping rak-rak baju, "Ada empat mesin cuci dan empat pengering ditumpuk di masing-masing atasnya. Di hari-hari sibuk biasanya keranjang itu penuh dengan cucian dan rak-rak ini penuh dengan bungkusan pakaian yang siap antar. Ketika bertepatan dengan jadwal saya mencuci, saya dibuat terburu-buru oleh kesibukan pekerja di sini."

Yusuf mengangguk, besar juga bisnis yang dikelola pak Syarif, selain mengurus kos-kosan ada juga bisnis binatu/laundry. Di sisi lain ia juga menggeleng-geleng ketika membayangkan berapa besar tagihan listrik bulanan yang harus dibayar Pak Syarif pada PLN. Merasa cukup melihat-lihat, Yusuf memutuskan untuk keluar dari tempat laundry dan berjalan menuju Honda Tiger merah maroon miliknya yang diparkir di halaman. Hendrik yang menutup pintu tempat laundry, menyusul Yusuf dari belakang. "Ada lagi yang bisa saya bantu?" tanya Hendrik.

Suicide? [Completed]Where stories live. Discover now