Investigasi - TKP

5.6K 450 51
                                    


Dua hari sebelumnya

Pondok Netherland, Minggu 6.10

Yusuf tiba di TKP yang merupakan sebuah rumah yang cukup besar. Rumah tersebut memiliki area tanah yang luas dengan satu bangunan besar, satu bangunan kecil dan halaman yang cukup untuk menampung enam buah mobil. Bangunan besar yang merupakan tempat kos-kosan yang berdiri tegap di depan Yusuf itu terdiri dari dua bangunan yang menempel. Pertama, bangunan di sebelah kiri yang memiliki tiga lantai dan kedua, bangunan di sebelah kanan yang terdiri dari dua lantai.

Seorang polisi berpangkat Brigadir Satu mendekati Yusuf dan menyampaikan laporan singkat. Nampaknya polisi yang berpelat nama Ujang Sudrajat itu merupakan petugas pertama yang datang di TKP. Selesai menyampaikan laporan singkatnya, Ujang kemudian mengantarkan Yusuf ke bangunan berlantai dua di sebelah kanan untuk menemui pemilik kos yang juga salah seorang dari saksi yang menemukan korban.

Sang pemilik kos merupakan seorang pria berumur awal lima puluh tahunan. Saat Yusuf dan Ujang memasuki ruangan, sang pemilik kos tengah duduk di sofa dengan wajah yang setengah terbenam di pangkuan tangannya. Sosok pria muram tersebut seketika menghilang saat pemilik kos menyadari kehadiran dua polisi di depannya. Dengan memasang sikap tuan rumah yang ramah, pemilik kos berdiri dari duduknya kemudian mempersilakan Yusuf dan Ujang untuk duduk.

Yusuf berterima kasih pada pemilik kos lalu menduduki sofa panjang di dekatnya. Ujang memilih untuk tetap berdiri, namun akhirnya ia pun duduk di samping Yusuf atas isyarat atasannya itu.

"Maaf mengganggu anda di tengah situasi duka seperti ini pak.."

"Syarif. Syarif Cahyo Kumolo."

"Pak Syarif. Bolehkah saya mengajukan beberapa pertanyaan?"

Pak Syarif mengangguk.

"Baiklah, bagaimana jika diawali dari apa yang sedang anda lakukan sebelum anda menemukan korban?"

Sejenak, Pak Syarif terlihat bingung, lalu dengan agak ragu ia mulai buka bicara. "Waktu itu masih subuh, sekitar pukul lima pagi, saya hendak menyalakan pompa air untuk mengisi tangki air di bangunan utama (kos-kosan). Sakelarnya kebetulan berada di lantai satu bangunan utama. Saya masuk lewat pintu yang menghubungkan bangunan utama dengan tempat saya tinggal (bangunan berlantai dua). Pada saat itu Hendrik turun dari tangga, cukup tergesa-gesa dan segera berlari ke arah saya sambil mengatakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan Aldi."

"Saya kemudian bertanya apa yang tidak beres. Katanya, Aldi tidak menyahut saat ia memanggilnya dari luar kamar, padahal lampu kamarnya menyala. Aldi, pak polisi, adalah orang yang biasa tidur dengan lampu menyala, dan selalu mematikan lampunya jika sedang tidak ada di kamar. Jadi jika lampu kamarnya menyala namun Aldi tidak menjawab, siapa pun yang mengenalnya akan merasa ada yang aneh. Saya pun tentunya jadi merasa khawatir, saya kemudian kembali ke bangunan sayap untuk mengambil kunci master dan saya cukup tersentak ketika mendapati bahwa kunci master sudah tidak ada pada tempatnya."

Yusuf mengernyit. "Maaf saya menyela, di mana biasanya anda menyimpan kunci master itu?"

"Di sana pak polisi."

Pak Syarif menunjuk ke dinding yang ada di seberangnya, sebelah kiri jika mengacu pada tempat Yusuf duduk. Yusuf menoleh ke sebelah kiri, pandangannya lalu berhenti pada sebuah papan yang digantungi beberapa pasang kunci. Dari tempat duduknya Yusuf bisa melihat tulisan yang tertera di atas tiap kunci tersebut. Pintu gerbang, pintu kos-kosan (depan-belakang), rumah, master #1, master #2, master #3 (kunci tidak tergantung), bungker c&w.

Suicide? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang