Solusi - Motif Pembunuhan

3.3K 359 56
                                    

Warteg Bahari, Selasa pukul 14.27

Alfa meneguk teh manis, membasahi tenggorokannya yang kering. Ia mulai menjelaskan, "Kasus yang kau tangani ini, Sup, berpusat pada permasalahan tidak adanya motif. Dari keterangan yang kau dapatkan mengenai kepribadian korban, semuanya tidak memberikan petunjuk untuk motif bunuh diri maupun pembunuhan. Hal itu, tentu saja, sebelum Dika mencetuskan analisis psikologisnya yang cukup brilian. Semuanya mengena. Berawal dari trauma masa lalu yang membentuk kepribadian dan tujuan hidup Aldi, sampai pada kesimpulan Aldi bahwa semuanya hanyalah berupa kekosongan, hingga akhirnya menuntun Aldi pada niat bunuh diri. Penjelasan Dika memang masuk akal, tapi masalahnya kita tidak bisa membuktikan atau menyanggah penjelasan tersebut. Di satu sisi, interpretasi kepribadiannya sesuai dengan riwayat korban. Di sisi lain, tidak ada bukti (dokumen seperti diary) atau cara lain yang bisa mengonfirmasi penjelasan Dika."

"Dan meskipun penjelasanku lima puluh persen kemungkinan benarnya. Kau tetap mengatakan bahwa penjelasanku salah dan ini adalah kasus pembunuhan. Bah! Hobimu mengkontradiksi orang sama sekali belum sembuh, Al!"

"Kau keliru, Dika. Aku tidak semata-mata mengatakan hal itu untuk mengkontradiksi penjelasanmu, namun dibandingkan dengan penjelasanmu.." Alfa berhenti, mencari kata yang tepat untuk meyakinkan Dika,

"Baiklah, simpelnya seperti ini. Kasus ini bersifat ambigu. Kita bisa melihatnya sebagai kasus bunuh diri juga sebagai kasus pembunuhan (yang dibuat seperti bunuh diri). Masalah untuk masing-masing alternatif adalah ke-tidakada-an motif. Untuk alternatif pertama, kau sudah menyediakan motifnya. Namun kita tidak bisa langsung menerima penjelasanmu begitu saja. Bukan karena aku iri atau apa, malah aku kagum kau bisa menganalisis sisi psikologis Aldi sampai menemukan motif yang tak terpikirkan sebelumnya itu. Bukan itu masalahnya. Masalahnya adalah, seperti yang kau katakan, penjelasanmu memiliki kemungkinan kebenaran sebesar lima puluh persen. Agar kita bisa yakin kebenarannya kita harus mengeliminasi kemungkinan lima puluh persen lainnya, yang tak lain adalah alternatif kedua, yaitu penjelasan di balik pembunuhan. Jika nanti diketahui bahwa penjelasan dari alternatif kedua ini tidak tepat, maka penjelasanmu lah yang diterima."

Yusuf menyeringai, "Kemampuannya bersilat lidah tetap sama, bukan?"

Dika mengetuk-ngetuk permukaan meja, "Sialan! Aku tidak bisa membantah argumenmu itu! Yasudah, kalau begitu mulai penjelasanmu."

Alfa berdeham, "Oke. Kita pertimbangkan alternatif kedua dan langsung menuju pada masalah utamanya. Jika ini pembunuhan, apa motif pembunuhan Aldi?

"Dari pribadinya, sudah dipastikan tidak ada yang menyimpan dendam pada Aldi sampai berujung pada pembunuhan. Jadi motif untuk pembunuhan Aldi adalah akibat dari sesuatu yang terjadi kepada, atau dilakukan oleh Aldi, baru-baru ini. Sesuatu yang sangat drastis yang mengubah sosok Aldi menjadi target pembunuhan. Apakah sesuatu (kejadian) itu?

"Untuk menjawab pertanyaan itu kita harus melihat kembali kejadian apa yang kira-kira tidak biasa atau drastis. Dari informasi yang dikumpulkan Yusuf, awalnya kupikir tidak ada kejadian yang cukup signifikan untuk bisa memicu motif pembunuhan. Tapi setelah mempertimbangkan karakter Aldi dan kebiasaannya, tiba-tiba saja ada satu hal yang menggelitik pikiranku.

"Keterangan dari si pemakai narkoba."

Selama beberapa detik, tidak ada yang bereaksi.

"Oh, tentu saja. Keterangan pecandu yang sedang nge-fly memang sangat bisa diandalkan." Dika memecah kesunyian dengan kata-kata sarkastis.

Berbeda dengan Dika. Yusuf sama sekali tidak bisa berkata-kata, ia hanya membisu sambil memicingkan matanya pada Alfa. Yusuf mulai berpikir bahwa temannya yang satu ini memiliki proses mental yang tidak biasa. Keterangan pemakai! Bahkan Yusuf tahu lebih baik dari itu.

Suicide? [Completed]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum