Acceptable Thing (2)

857 83 10
                                    

Note : FF ini ditulis dari hasil imajinasi author sendiri. Jika ada kesamaan cerita itu hanya ketidaksengajaan// Maafkan typo dan eyd yang belum benar.

Jisoo Pov

Matahari membangunkanku sesiang ini, atau tepatnya memang aku yang mengulur waktu untuk bangun. Ah peduli sekali. Lagi pula ini hari minggu, bangun siang pun takkan jadi masalah.

Aku berdiri dari posisi tidurku, dan segera masuk ke kamar mandi. Berdiri didepan cermin adalah spot favorite ku dikamar mandi. Tanpa alasan khusus, hanya saja aku menyukainya. Ku buka kaus putih tipis yang semalam ku pakai tidur. Ku perhatikan kumisku mulai tumbuh lagi. Memang tak begitu tebal namun cukup kentara. Jujur saja aku tidak merasa nyaman dengan kumis. Aku sangat mengutamakan kenyamanan dalam bergaya. Jika bagi pria lain kumis 'mungkin' menambahkan kesan manly, bagiku akan berkesan manly apabila pria memiliki brewok tipis. Tapi bukan berarti aku minat untuk memiliki brewok. Menurutku, itu akan memberi efek gatal. Dan aku tak mau jika harus sedikit-sedikit menggaruk. Sekali lagi, aku pria yang netral dalam berpenampilan, selagi itu nyaman.

Ku ambil shaving creamku dan kupoleskan pada bagian dibawah hidung. Saat sedang fokus-fokusnya, dari cermin kulihat Mingyu sedang mengintip dicelah pintu kamar mandi  yang sedikit terbuka.

"Jangan seperti maling yang hendak mencuri, masuklah, " titahku tiba-tiba. Kulihat ia sedikit terkejut bahwa aku menyadari kehadirannya.

"Papa..."

"Ya, ada apa?"

"Papa, Mingyu ingin minta ma--" tak ingin Mingyu melanjutkan perkataannya, dengan sigap kugendong tubuhnya dan kududukkan ia di wastafel didepanku.

"Aah papa, turunkan aku!" pekiknya sambil menggenggam kedua bahuku erat.

"Tidak, cukurkan kumis papa dahulu," pintaku padanya.

"Aku tidak bisa, Pa. Nanti papa terluka," jawabnya mendengus.

"Papa tidak akan terluka karenamu, Mingyu. Ayolah, kau harus belajar. Dewasa nanti pun kau pasti melakukan ini."

Kulihat penurunan dibahu Mingyu yang hanya ku respon dengan seutas garis senyum. Kurasa ia mau melakukan ini.

Aku membungkukkan sedikit badanku, dan kupercayakan alat pencukur elektrik itu berada ditangannya.

"Ayo cepat cukur."

Mingyu bergeming, ia seperti tak mengerti harus mencukurnya bagaimana. Akhirnya sebagai pemula, aku membantu mengarahkan tangannya. Sampai kurasa ia tak menyadarinya, ia terus melakukan pergerakan pada tangannya tanpa bantuan tanganku.

"Kurasa sudah, Pa."
Ia menghentikan kegiatan tangannya. Aku pun kembali berdiri tegak, dan kuturunkan Mingyu dari atas wastafel. Ku perhatikan hasil cukuran Mingyu..., dan sempurna. Ku basuh wajahku kembali dengan air dan kusadari keberadaan Mingyu yang masih berdiri dibelakangku.

"Mingyu, papa ingin mandi. Apa kau masih ingin disini dan memperhatikan papa mandi?"

Kulihat senyum jahil terpancar diwajahnya yang kemudian disusul oleh gelengan dikepalanya.

○○○

Saat handuk putih telah sempurna menutupi bagian perutku kebawah, sembari mengeringkan rambutku dengan handuk kecil aku mendekati pintu kamar mandi dan keluar setelahnya.

Kudapati seseorang yang mungil sedang duduk diatas tempat tidurku yang masih sedikit berantakan --sembari menonton tayangan spongebob squarepants.
Ya, siapa lagi jikalau bukan putraku-Mingyu.

Tak ingin mengusiknya yang sedang serius menonton, aku pun mengganti baju tanpa menegurnya. Tenang saja, aku tidak berpakaian didepannya. Kamarku punya ruangan sendiri untuk berpakaian. Fitting room, tepatnya. Karena, bukan bermaksud sombong, pakaian dan koleksi sepatuku banyak, dan ditambah pula, sepertinya tidak nyaman berganti baju dikamar tanpa tempat khusus.

"Papa?"Where stories live. Discover now