Long Time Ago

391 54 8
                                    

Note : FF ini ditulis dari hasil imajinasi author sendiri. Jika ada kesamaan cerita itu hanya ketidaksengajaan// Maafkan typo dan eyd yang belum benar.

Author Pov

April 2009

Ditengah semilir angin malam Daegu, seseorang berjalan gontai kesana-kemari tak terarah. Keadaannya begitu usang. Rambutnya yang tak rapi, bajunya yang bau dan kotor dan cara berjalannya begitu lambat -membuatnya menjadi fokus siapa saja yang dilewatinya.

Karena merasa tak tahu dengan rencananya kedepan, ia memutuskan untuk tidur disebuah gang kumuh malam itu. Untung saja ditempat itu terdapat banyak sekali kardus bekas yang setidaknya berguna sebagai alas tidurnya.

Ia meringkuk diatas kardus-kardus yang sudah ia tata sesuai dengan panjang tubuhnya. Keadaan gang yang cukup gelap membuat ia merasa bebas untuk menangis. Menangis untuk kesalahan yang telah ia perbuat. Menangis untuk mengetahui bahwa ia adalah seorang pembunuh.

Ia benar-benar menyesali, namun tetap saja, disaat seperti itupun ia sempat memikirkan pria dambaannya. Ia masih mengutamakan cintanya, bukan keluarganya.

○○○

Disatu rumah didaerah Seoul -didalamnya terdapat pria yang risau dengan keamanan dan kenyamanan anaknya. Menjadi target polisi memang menjadi sesuatu yang berat untuknya, terlebih lagi ia mengingat tanggung jawab untuk mengurus anaknya sendiri.

Hidupnya menjadi begitu tak tenang. Setiap rumah yang ia tinggali seperti  detektif polisi yang akan membocorkan keberadaannya. Sebenarnya ia tak takut untuk masuk ke dalam penjara, ia hanya merasa ia bukan orang yang tepat untuk mendapatkan hukuman itu, melainkan istrinya -yang telah meninggalkannya.

Ia hampir gila dengan keadaannya saat itu. Orang memanggilnya dengan sebutan penjahat -yang denotasi kata nya mutlak terdengar buruk, tapi penjahat pun adalah manusia biasa -yang pada faktanya seorang penjahat pun punya akan hati yang lembut mengingat peranannya sebagai ayah dari anaknya sendiri.

Ia mengingat bayi polosnya yang tak berdosa, jadi apapun yang terjadi, ia takkan membiarkan anaknya hidup bersamanya didalan sel penjara.

Sampai pada saatnya, satu ketenangan melegakannya saat itu. Ia bertemu dengan seseorang yang ia kira sebaya dengan dirinya -datang dengan tulus memberikan bantuan.

○○○

Kepulangannya kerumah orang tuanya dengan seorang bayi  -membuat gempar keluarganya. Orang tuanya terus mencecarnya dengan berbagai pertanyaan. Sedangkan kakaknya mulai membuat sinopsis tentang kehidupan adiknya kelak jika sembarangan mengurus bayi yang notabenenya adalah bukan anak kandungnya.

Sebagai penolong yang juga sebenarnya masih tak percaya dengan keputusannya saat itu -ia memilih diam, ia bahkan merasa telinganya tak berfungsi untuk mendengar kalimat-kalimat orang tua dan kakaknya.
Karena niatnya menolong si buronan itu lebih besar dari pada resiko-resiko yang bahkan tak ia pikirkan sebelumnya.

○○○

April 2011

Aura cantik menghiasi pantulan dirinya dicermin pagi ini. Ia tersenyum melihat dirinya setiap hari. Ia benar-benar senang dengan hidupnya sekarang. Hidup dengan pekerjaan yang menjamin kemewahan memang benar-benar membuatnya lupa tentang segalanya.

Kesalahannya, masalalunya, tapi tidak untuk cinta dambaannya. Karena pada saat ia sedang bercinta dengan pelanggannya pun -ia masih dan terus memikirkan pria idamannya.

○○○

Seorang polisi memberitahu seorang narapidana bahwa akan ada yang menemuinya, yang diberitahu kemudian keluar sejenak dari sel untuk ke ruang besuk.

Ia tercengang melihat siapa yang mengunjunginya. Maniknya tunak melihat centi tubuh si tamu -yang ia rindukan selama ini.

Narapidana yang bermarga Kim tersebut kemudian duduk dihadapan si tamu. Tangannya siap menggenggam tangan si tamu -namun yang dipegang dengan sigap pula menangkis.

"Ibu? Mengapa? bahkan aku hanya ingin merasakan halus tanganmu."

"Jangan panggil aku ibu! Bahkan mengingat aku telah melahirkanmu saja -aku malu."

Ia menunduk mendengar perkataan terkejam yang keluar dari mulut ibunya sendiri.

"Jangan melemah didepanku, Seungcheol! Pembunuh sepertimu pantas mendapat ini," yang disebut namanya semakin meringis. Bukan bibirnya, tapi hatinya.

Ia sedih untuk mengetahui bahwa ibunya sendiri percaya bahwa ia adalah seorang pembunuh.

"Maafk-,"

"Dimana Yoobin?"

Pria bernama Seungcheol itu kemudian kembali menatap ibunya. Hatinya yang sebelumnya merasa sakit kini sedikit terobati dengan pertanyaan itu. Seungcheol tersenyum sendu ke arah ibunya, karena itu adalah kali pertama bagi Seungcheol untuk tahu bahwa ibunya mencari cucunya-Yoobin -yang tak diinginkan sebelumnya.

"Ditempat yang lebih baik dari sel penjara ini, bu."

○○○

Seorang pria dengan kemeja putih dan celana hitamnya berjalan tergesah-gesah memasuki lingkungan rumah orang tuanya.

Selamat ulang tahun~
Selamat ulang tahun~
Selamat ulang tahun, Mingyu~
Selamat ulang tahun~

Pria itu tersenyum melihat keadaan rumah yang cukup ramai didatangi saudara-saudara. Ini adalah moment yang jarang ia temui. Tak lama, seseorang menyadari kedatangannya lalu memanggilnya!

"Jisoo? Acaranya sudah selesai, papa!" yang dipanggil hanya tersenyum lalu mendekati ruang keluarga.

Jisoo memeluk mama, papa, kakaknya kemudian dengan sigap menggendong Mingyu yang sebelumnya berada ditangan mamanya. Jisoo pun tak lupa memberi salam kepada saudara-saudaranya.

"Jisoo, apa kabar?"

"Kau menjadi sangat gentlemen, Jisoo!"

"Kau sudah tumbuh dewasa, Jisoo!"

Beberapa lontaran keluar dari mulut saudara-saudaranya yang jarang ia temui, Jisoo pun menanggapinya satu-satu.

"Kau belum memberinya ucapan, papa!" Ujar namja setengah cantik itu -yang bukan lain kakaknya sendiri.

Jisoo membulatnya bibirnya lalu dengan cepat ia mencium kedua pipi anaknya.

"Selamat ulang tahun yang ke-2, Kim Min Gyu."

"Yak! Apa kadomu untuknya, papa? Kulihat tanganmu kosong," ujar kakaknya lagi.

"Kado kali ini, aku akan mengambil Mingyu dan membawanya ke Seoul. Aku menempati janjiku 'kan, Ma?"
Jisoo tersenyum ke arah mamanya, sedang yang disenyum-i mengangguk pasti.

○○○
hayoooo..dari sini, udah bisa menerka-nerka kelanjutannya belum? ^^

"Papa?"Where stories live. Discover now