Knot (2)

453 54 16
                                    

Note : FF ini ditulis dari hasil imajinasi author sendiri. Jika ada kesamaan cerita itu hanya ketidaksengajaan// Maafkan typo dan eyd yang belum benar.

Author Pov

Jisoo membuka gorden jendela kamar inap Minki saat langit mulai mencerah. Setelah berdebat dengan Jeonghan semalam, Jisoo memutuskan untuk tetap berada dirumah sakit. Semalaman ia terjaga, terdiam menunggu Minki yang belum juga sadar. Bukan apa-apa, karena ini adalah ulah Jeonghan, Jisoo sebagai calon suaminya hanya berusaha untuk bertanggung jawab atas kesalahannya.

Seketika suara ketukan pintu kamar membuyarkan fokus Jisoo. Tak lama datang seorang perawat dengan tangan kosong.

"Selamat pagi. Apa Ny.Minki belum juga tersadar?"

"Ya, dia belum tersadar," jawab Jisoo singkat.

"Baiklah, sebentar lagi dokter akan masuk dan memberitahu hasil diagnosisnya, saya permisi," ujar sang perawat yang seketika berlalu. Jisoo tersenyum tipis sembari mengangguk.

Tak lama setelah kepergian perawat tersebut, datang seorang dokter beserta perawat lainnya.

"Selamat pagi, pak. Sebelumnya sudah ada perawat yang bilang saya akan datang 'kan? Ya, jadi sekarang saya hendak memberitahu hasilnya, pak."

"Pagi. Ya, silahkan dokter," jawab Jisoo singkat.

"Begini, menurut keterangan Ny.Minki itu terjatuh pada posisi duduk yang dimana semua kekuatan bertumpu pada bokongnya. Umumnya pendarahan itu 50% memungkinkan terjadinya gugurnya janin dalam kandungan. Disini ada dua hal yang harus Ny.Minki syukuri, pertama) ia tidak mengalami keguguran, kedua) Ny.Minki baru memasuki trimester ke-2, karena kalau sudah memasuki trimester ke-3, itu akan membuat bayi dalam kandungan Ny.Minki lahir prematur."

Jisoo seketika membuat pergerakan pada tangannya, dari kening ke bahu kiri-kanan dan dadanya, sembari mengucap lirih, "Puji Syukur."

"Tapi, karena Ny.Minki mengalami shock yang berat, itu membuat janinnya mengalami infeksi yang akan menganggu perkembangannya kedepan. Makadari itu, sebagai langkah pengamatan dan pencegahan untuk sesuatu yang kita tak duga-duga, Ny.Minki harus lebih sering datang kemari untuk mengecheck perkembangan si janin. Tepatnya 2 minggu sekali."

"Apa itu akan mengakibatkan sesuatu yang serius pada sang bayi ketika dia lahir, dok? Maksudnya cacat atau semacamnya?"

"Kemungkinan itu bisa saja terjadi jika Ny.Minki tidak mendapatkan pertolongan lebih awal atau pihak medis lalai, makadari itu kami menganjurkan untuk melakukan pengamatan pada janin secara lebih intensif. Kami akan melakukan yang terbaik. Semoga saja bayi Ny.Minki akan lahir sehat sempurna," jelas sang dokter yang kini menepuk bahu Jisoo kilat.

Jisoo mengangguk mengerti, lalu sang dokter pun berlalu setelah seperdekian detik yang lalu Jisoo berterimakasih.

Selang beberapa menit usai kepergian sang dokter, Jisoo yang hendak keluar dari ruang kamar tersebut seketika menoleh ketika merasakan pergerakan pada ranjang Minki.
Dilihatnya Minki yang kini sedang berusaha untuk duduk, Jisoo pun bergerak cepat.

"Jangan paksakan, berbaring sajalah," ujar Jisoo yang berusaha untuk tidak kikuk.

Minki seketika tersenyum tipis dengan wajah pucatnya yang kini terlihat begitu natural tanpa make up.

"Jisoo, kau disini," lirih Minki yang seketika meraih tangan kanan Jisoo.

Jisoo tersenyum tipis, lalu melepaskan genggaman tangan Minki. Minki yang dilepas tangannya pun seketika terdiam, lalu memaksa senyum.

"Jisoo, apa Jeonghan yang memintamu untuk datang?" Jisoo mengangguk kikuk.

"Apa kau merasakan sakit sekarang?"

"Papa?"Where stories live. Discover now