Fear

538 60 44
                                    

Note : FF ini ditulis dari hasil imajinasi author sendiri. Jika ada kesamaan cerita itu hanya ketidaksengajaan// Maafkan typo dan eyd yang belum benar.

Author Pov

"Jisoo? Hey? Kenapa kau mengabaikan pertanyaanku? Dimana putraku?" tanya Seungcheol yang kini mengguncang kedua lengan Jisoo.

Jisoo yang sebelumnya bergeming, kini melayangkan senyum getirnya bersamaan dengan rontaannya.

".., Mari untuk tidak bicarakan tentang hal itu dahulu. Aku bisa meluangkan waktu untukmu, nanti sore. Sekarang, lebih baik bersikaplah sedikit formal. Kau..," Jisoo menggantungkan kalimatnya dan beralih menatap sebuah map ditangan Seungcheol, "..,datang untuk interview, bukan?" ujar Jisoo dengan senyum paksaannya. Seungcheol membulatkan matanya, ia terhenyak untuk tahu respon Jisoo yang diluar perkiraannya,namun akhirnya pun Seungcheol mengangguk kikuk.

"Baik, mari ikuti aku," jawab Jisoo datar lalu berlalu. Seungcheol pun mengikutinya.

○○○

"Han?"

"Hm?"

"Bibi cukup salut padamu."

"Eoh? Salut karena?"

"Janinmu masih sungguh belia, tapi bibi tak pernah melihat kau mengalami morning sick. Apa kau menahannya?" ujar Bi Nahyeong yang kini tersenyum bangga ke arah Jeonghan. Jeonghan yang sedang mengunyah sarapan jam 10nya tiba-tiba tersedak kecil.

"Aah ada apa?"

"Tidak bi, tteokpokki ini sedikit pedas," jawab Jeonghan yang terkekeh diujung kalimatnya.

Belum sempat Bi Nahyeong merespon, Jeonghan sudah bicara kembali.

"Aku mengalami morning sick, tentu, bi. Rasa mual itu memuncak saat pagi hari. Hampir setiap hari aku bangun pukul 5 pagi hanya untuk memuntahkan salivaku. Bahkan saat ini, aku merasa tidak enak dengan kepalaku," jawab Jeonghan dengan senyum simpulnya. Senyum malaikat yang mampu mengelabui siapapun yang melihatnya.

"Aah benar-benar. Bibi benar-benar mengacungkan kedua ibujari untukmu, Jeonghan. Kau bahkan tak pernah mengeluh untuk itu."

Jeonghan terkekeh kecil untuk mendengar pujian itu. Untuk mendengarnya, seketika terdapat rasa bangga dalam dirinya karena ia kini dipandang kuat. Namun, pada saat yang bersamaan pun ia merasa sedikit sedih, karena bagaimana pun, ia merasa bahwa ia kini telah menjadi Jeonghan yang penuh dengan kesalahan.

"Baiklah, habiskan makanmu dan panggil bibi dihalaman belakang jika kau memerlukan sesuatu," ujar Bi Nahyeong ramah, Jeonghan hanya mengangguk kilat.

○○○

Jeonghan kini tengah menyisir rambut indah panjangnya. Ia senang untuk melakukan itu, karena merasakan halus rambutnya sendiri membuat ia sangat berbangga diri.

Kegiatan Jeonghan seketika terhenti saat ponselnya berdering. Panggilan dari Jisoo, rupanya.

"Halo?"

"Jeonghan, dimana Mingyu?"

"Tentu saja di sekolah. Ada apa, Jisoo?"

"Tidak. Sayang, aku akan pulang terlambat. Jaga Mingyu baik-baik, okay?"

"..."

"Sayang?"

"Aah ya, baik. Kami akan menunggumu pulang."

"Baiklah. Jangan lupa untuk banyak makan dan minum susu hamilmu itu."

"Ya, kau juga. Jangan ulur waktu makan siangmu."

"Papa?"Where stories live. Discover now